Kasan Ki

1624 Words
"Huff..huf" Hazin terbangun di tempat tidurnya, Matahari yang terlihat bersinar di balik jendela membuat Hazin sedikit menutupi wajahnya menggunakan tangan kanan nya. "Apa itu barusan?!" Hazin bingung setelah mengingat nya. Hazin kembali mengingat kejadian yang ia alami sebelum ia jatuh pingsan. ia ingat, seekor serigala raksasa bernama Varka yang menyebut dirinya sebagai Ancient Beast telah melakukan sesuatu pada dirinya. Sesuatu yang membuat Hazin tahu akan keberadaan Varka dalam dirinya, sesuatu yang memiliki kekuatan diluar nalar manusia. "Oyy, kau sudah bangun?" Tanya seseorang. "Aku tak tau apa yang terjadi, tapi orang tua mu mengkhawatir kan mu." ternyata itu adalah Jack, ia terlihat tengah duduk di pojok kamar. "Kemana kakek tua itu?!" Hazin langsung berlari mencari Hidrus di lapangan tempat ia berlatih. "Bagaimana keadaan mu? Merasa lebih baik?" tanya Hidrus, ia dan raja Vondest terlihat tengah duduk di bangku yang ada di dekat lapangan terbuka. "Kau pingsan cukup lama, jadi ayah pikir akan lebih baik jika kau tidur dikamar mu." Ucap Vondest sambil menggenggam segelas bir di tangan nya. "Siapa Varka?" Hazin langsung menanyakan apa yang terjadi padanya. Dengan begitu, Hidrus langsung meminta Hazin untuk menjelaskan apa yang terjadi pada saat ia bertemu dengan Varka. "Mmm... Jadi seperti itu, aku pikir kau akan tergiur akan kekuatannya dan ternyata. kau menolaknya mentah mentah, mungkin kau akan menyesal, tapi." "Itu tak apa, setelah dipikir lagi. Itu adalah keputusan terbaik." Hidrus berkata sambil memegang dagunya. "Aku masih belum tahu apa itu Ancient Beast, tapi jika tidak salah dia mengatakan tentang jumlah semesta dan jumlah ekornya. Apa maksud dari itu.?" tanya Hazin. "Kau akan segera mengerti nak. Jika kau sudah merasa baikan, bagaimana jika kita langsung berlatih mengendalikan kekuatan mu itu?" Hidrus bangun dari tempat duduk dan berjalan menuju tengah lapangan. "Kekuatan ku?" Tanya Hazin kebingungan. "Apakah itu tidak terlalu cepat?" Tanya Jack. "Hazin akan menjadi dirinya jika dia berusaha Jack." Vondest mengangkat jempolnya sambil tersenyum. LIMA HARI SETELAHNYA TET...TRET..TETET..!!!! Terdengar suara terompet didepan kastel "Puteri telah tiba..!! Puteri Latina telah tiba..!!!" Tuk...tak Tep. "Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda tuan Vondest." Putri tertinggi bangsa manusia, Latina The Down menyampaikan salam hangat nya pada raja Vondest dan ratu Viole di ruang tahta kastel. "Maaf aku tak bisa menjamu mu dengan baik putri Latina." balas ratu Viole dengan senyuman manisnya. "Ya.. bahkan kita hanya menyambut mu di ruang tahta." Vondest turun dari bangkunya. Latina terlihat malu saat mendengar ucapan Vondest tadi, "Ahhaha... Tidak tuan, seharusnya aku yang minta maaf karna tidak datang sesuai janji ku, aku tak mengira perjalanannya akan sejauh itu." "Hey! Hazin, cepat beri salam pada putri Latina." ucap Viole sambil sedikit berbisik. "Hah? itu perlu ya?" Hazin masih diam. Latina langsung melirik siapa orang yang dimaksud Viole itu. Wajah dingin, tatapan tajam. Latina memperhatikan seluruh liku wajah Hazin dengan cermat. "Apa dia..." Pipinya terlihat memerah. "Hazin...!" Viole kembali berbisik dengan suara yang masih terdengar jelas. "Hehe... tidak apa nyonya" Latina hanya bisa sedikit tertawa. namun dalam hati sebenarnya. "Sial! Apa-apaan bocah sombong itu?!" Gumam Latina dalam hati. "Bagaimana jika kita minum terlebih dahulu, kau telah menempuh perjalanan yang cukup panjang." tanya Vondest. "Dengan senang hati tuan." jawabnya. Mereka minum dan makan bersama di ruang penjamuan. "Perkenalkan, ini anak kami, Hazin. Maaf atas sikap nya tadi, tidak biasanya dia seperti itu." jelas Viole. "Hazin, ini putri Latina the Down, putri tertinggi dari bangsa manusia." Hazin dan Latina saling menatap, Hazin menatap nya tanpa perasaan, sedangkan Latina menatapnya dengan penuh rasa kesal. "Haha..Ya! Tentu saja aku mengetahuinya. Aku sudah mendengar kenapa dia bersikap seperti itu, pasti karna dia tak memiliki te-.. man-.. kan?" Ucap Latina, ia ragu-ragu di akhir kalimat. Setelah mendengar perkataan Putri Latina tadi, Hazin terdiam. "Perut ku terasa sudah penuh, saya permisi dulu." Dengan wajah murung nya, Hazin meninggalkan ruang penjamuan. "Dia sedang tidak enak badan, lima hari yang lalu sehabis latihan bersama ayahnya, ia jatuh pingsan. Mungkin wajar jika dia seperti itu." meliat situasi itu, Viole berusaha mencairkan suasana. "Teman..? apa gunanya teman untuk ku.? teman hanyalah orang yang melihat orang lain dari luarnya saja." Ucap Hazin dalam hatinya. Hazin kembali teringat masa kecilnya, dimana ia selalu dikucilkan. Rasa tersebut sangat dibenci olehnya. Wushh Hazin terbang menuju tempat favorit nya di luar ibukota, danau yang tenang. Disisi danau tersebut, terdapat pohon rindang dimana selalu ia gunakan sebagai tempat bersandar ketika ia ingin menyejukan kepalanya. "Huhf... tak akan ada yang mengganggu ku jika aku diam disini." Hazin berbaring dibawah pohon itu dan menutup matanya. "Tak ada yang mengganggu kata mu?" tak disadari Hidrus berada di atas pohon itu. "Bagaimana kau bisa tau aku ada disini?" Hazin kembali membuka matanya sambil cemberut. "Itu hal yang mudah, aku hanya perlu mengenali energi mu dan mencari keberadaan nya, tak peduli kau berada dimana. Aku akan bisa menemui mu, aku menamainya Soul Tracking." Hidrus turun dari pohon. "Lagi lagi nama yang aneh." Singkat Hazin. "Yah... Bukan salah ku, kau saja yang aneh tidak tahu teknik penting seperti-.." Hidrus menghentikan perkataan nya sambil menyodorkan tangan kanan nya. Nyingg BLAR...!! "Itu." Hidrus mengeluarkan ledakan dari tangan nya yang mengarah ke Hazin tadi. Namun dengan cepat, Hazin menghindari serangan Hidrus. "Bagus! Hanya dalam waktu dekat, kau sudah memiliki reflek secepat itu." Hidrus kembali ke posisi bertarung nya. "Yaa, kau juga bagus karna sudah merusak tempat ini!" "HAA..!!" Dapp... dapp.. dapp Hazin menggunaka tangan nya untuk berusaha mengenai Hidrus, namun ia selalu berhasil menghindarinya. Buk..!!! "Uhk...!!" Satu pukulan Hidrus mengenai perut hazin dengan telak. "Kau terlalu fokus untuk menyerang Hazin..! seimbangkan pikiran mu, jangan menyerang dengan pola yang sama..!!" setelah menyerang, Hidrus duduk di depan Hazin. "Huh?! apa kau mau mengejekku? k Kau pikir dapat menghindari serangan hanya dengan duduk?!" Hazin melompat dan mencoba menendangnya dari udara. DREP! "APA?!" Hidrus menangkap kakinya dan melemparkan nya. DUAK..!! batu di tepian danau tersebut retak. "Ukhuk.. uhkhuk! Kau semakin tak sungkan untuk menghajar ku." Hazin bangun setelah terlempar keras. "Itu karna lawan mu saat ini aku, bukan ayah mu. Aku tak akan sungkan untuk menghajar mu jika ku mau. Oh ya, aku terduduk tadi bukan hanya diam." ucap Hidrus, mereka berdua hanya saling bersiaga. "Duduk itu hanya umpan untuk mengecoh mu. Disaat kau berfikir kau memiliki celah untuk menyerang, kau hanya akan bertindak secara resonsif dan kehilangan akurasi. Maka, aku dapat dengan mudah menahan nya." Hidrus mulai berdiri. "Baiklah jika mau mu seperti itu.." "Haa.....!!!! HAA..!!!" Selama latiha lima hari, Hazin belajar teknik bernama Kasan Ki. teknik penggandaan kekuatan, teknik Itu berfungsi meningkatkan dan mengkali kan kekuatan dan indra yang digunakan saat bertarung. Selama lima hari Hazin hanya bertarung dengan ayah nya yang tak serius itu, namun sekarang. "KASAN KI TIMES TEN..!!" DUASH.....!! Aura hitam keluar dari tubuh Hazin, energi hitam itu membara dan meluap-luap dari tubuhnya. Setelah energi terkumpul, dengan cepat Hazin melesat kearah Hidrus yang terlihat melambat di pandangan Hazin. DUAK...!!! Satu serangan Hazin sedikit menggores pipi Hidrus. "Bagaimana? Kau sedikit terkejut bukan?!" Tanya Hazin sambil sedikit tersenyum. "Baiklah, sudah cukup sampai disini dulu."Hidrus melangkah mendekati pohon tadi. "Hazin, itu baru awal dari Kasan Ki. Orang lain tak dapat menggunakan teknik itu dengan mudah. Namun, kau berhasil karna kau dapat mengendalikan energi milik Varka dan mengubahnya mengunakan Kasan Ki." "Kenapa aku menyebutnya awal? Itu karna kau hanya melipatkannya menjadi sepuluh kali. Sesuai apa yang aku beri tahu pada mu kemarin, kau dapat mengkalikannya sebesar apapun yang kau mau. Namun selalu ingat, itu memiliki dampak yang buruk. Kau harus memiliki badan yang kuat untuk mengatasi efek sampingnya." jelas Hidrus. YIUNG... DREP "Huh.. ternyata kau Hazin, aku sangka suara tadi diakibatkan terjadi pertarungan." Jack datang tiba tiba. "Bagaimana dengan penyambutannya?" tanya Hazin. "Semua baik baik saja, putri sedang berbincang dengan ibumu terakhir kali aku lihat. Sepertinya mereka berdua sedang membicarakan se-.. sua-.. tu." bisik Jack meledek Hazin. "Aku tak peduli dengan apa yang dibicarakan nya." Hazin kembali berbaring dibawah pohon kesukaan nya. "Haha! Kau memang payah! Emosi kau naik karna omongan wanita?! menjadi lelaki itu tak boleh seperti itu bodoh." Jack ikut berbaring. "Aku akan pergi untuk sementara waktu Hazin, aku akan kembali jika kau sudah siap." ucap Hidrus sambil bersiap siap. "Bagaimana kau akan tau aku siap atau tidak jika kau tak melihat ku?" tanya Hazin sambil membuka matanya. "Kami selalu tahu nak." Wush Hidrus terbang dan pergi. "Kami? Apa maksudnya itu? Dia pikir dia apa? Manusia berkepala dua?" Jack ikut membuka matanya, Hazin tetap terdiam menatapi pohon rindang itu. Nging.. Kepala Hazin terasa aneh. Nging...!!! "Hey...!" Terdengar suara yang tidak asing di kepala Hazin. "Hah?! apa itu barusan, aku seperti mengenal suara itu." Hazin berbicara dalam hatinya. "Itu karna suara ini milik ku, Varka." ia berbicara dalam pikiran Hazin. "Apa?! Varka! Bagaimana kau bisa berbicara dalam pikiranku? Apa kau membajak otakku hah?!" balas Hazin dalam hati. "Tentu saja tidak, aku dapat melihat dan mendengar apa yang kau dengar. Itu karna kau sudah menjalin kontrak denganku." suara Varka terdengar lagi. Hazin teringat saat ia berlatih bersama Hidrus. "Kau dapat berbicara dengan orang tertentu hanya dengan otakmu, kau bisa mentransfer suara dalam hati mu dengan memfokuskan energi kedalam hati dan otakmu lalu menyebarkannya ke orang yang kau tuju, itu dinamakan kemampuan Telephaty." Hazin teringat ucapan Hidrus waktu itu. Sebenarnya, teknik bernama Telephaty itu sudah tidak asing lagi untuk semua penduduk bumi. Namun, karena Hazin tidak banyak keluar dan tidak tahu banyak tentang semua teknik yang ada, tidak aneh jika Hazin tidak mengetahui teknik dasar tersebut. "Ohh.. jadi kau sekarang bisa berbicara padaku." tanya Hazin. "Ya.. namun kemampuan Telepathy itu hanyalah kemampuan berbincang saja, jika dengan kau. Aku bisa melihat dan mendengar mengerti?!" Jelas Varka. "Bagaimana dengan saat pertama kali kita bertemu? Apakah aku juga bisa melihat mu lagi?" Tanya Hazin. "Untuk saat ini sepertinya kau belum bisa, namun seiring kau mengasah pengendalian energimu. Aku yakin, kau bisa kembali kesini lagi. "Jawab Varka. Hazin dan Varka terus berbincang dalam hatinya, yang Jack lihat, Hazin hanya berbaring dan menutup matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD