"Hazin masih bertahan!! Kau lihat Kairo?! Dia masih bertahan!" Latina terlihat senang. "Emm.. iya nyonya, dia masih bertahan."
Turnament Gya babak ketiga, peserta yang tengah bertarung di dalam arena saat itu ialah Hazin dan Yadaku. Keduanya berasal dari bangsa yang sama, bangsa Fadelta.
"Sial.. dia kuat sekali!! Kalau begitu, aku tak ada pilihan lain." Hazin menggunakan teknik pengkalian yang ia pelajari. Namun, ia masih tidak kuat untuk menahan serangan Yadaku.
"Kenapa kau bisa bertahan pangeran lemah?! Kau itu lemah, kau tak pantas menjadi pangeran, kau tak lebih dari sekedar-.."
"Kasan Ki Times Twenty!!"
"Pangeran tak mau KALAH! ia menggunakan suatu teknik yang luar BIASA..!!" komentator masih berbicara ditengah terpaan angin yang besar.
"Hazin.." Viole mengucapkannya dalam hati.
"Teknik apa itu?! Aku tak pernah mendengarnya." Latina berdiri sambil terus melihat Hazin.
"Tutup mulutmu itu!!" Hazin berhasil menghilangkan ledakan energi tadi. Tiba-tiba, Ia terbayang masa kecinya, mengingat kata kata orang dimasa lalu.
"Dasar anak aneh..."
"Dia tidak pantas..."
"Ahaha aku tak mau bermain dengan orang sepetimu..."
"Apakah benar dia anakmu tuan.."
"Pegilah!! Kami tak mau bermain dengan mu! Ayo teman-teman."
"Jangan dekati dia anaku..."
"Anehnya, ada Fadelta lemah seperti dia..."
Suara-suara orang yang membuatnya terkucilkan itu menghatui pikiran Hazin, wajahnya terlihat sangat serius.
"Apakah aku memang tak pantas? Apakah aku benar benar anak ayah? Kenapa mereka memperlakukan ku seperti itu? Tapi kenapa ayah dan ibu selalu menyanyangiku? Kenapa mereka selalu membelaku?" Gumam Hazin dalam hati.
"Kau tidak seperti itu!"
Terdengar suara Varka di telinga Hazin.
"Varka? Apa kau mendengar ku?" Tanya Hazin dalam hatinya.
"Tentu saja, Ha!! Kau cengeng sekali, merasa kesal untuk hal yang tidak benar, memalukan." Varka membalasnya.
"Kau ya kau, kau tidak perlu mendengar perkataan orang-orang bodoh seperti mereka, jadilah dirimu yang sebenarnya, perlihatkan sedikit sisi dirimu yang sebenarnya!" Suara Varka perlahan menghilang.
Hazin terlihat menundukan kepalanya, wajah pangeran Fadelta itu terlihat sedikit suram. "Kau benar serigala gila, akan kuperlihatkan padamu."
"Dasar tak BERGUNA..!!" Yadaku melompat dan menyerang Hazin.
"Kau salah cecunguk." Hazin menggunakan Vanishing dan muncul di arah yang berlawanan dari datangnya Yadaku. "Kaulah yang tak pantas melawan ku!" Wajah Hazin terlihat berubah drastis.
"NAGURU...!!"
DUAR..!!!
Hazin menggunakan aliran energi kearah Yadaku. Seketika, terjadi ledakan yang begitu besar, Barrier yang menahan arena pun retak tak sanggup menahannya.
Namun, itu tidak berlangsung lama. Di depan Hazin, Yadaku terlihat terkapar di garis Barrier arena.
"TIDAK BISA DIPERCAYA..!!! YADAKU TERHEMPAS BEGITU JAUH..!!" Komentator dan para penonton terkejut dan ikut bersorak.
"Kau berhasil Hazin! Kau berhasil!!" Viole menangis gembira melihat Hazin berhasil mengalahkan lawan pertamanya. "Dia berhasil Jack, dia mengalahkannya!" Viole terus menangis bahagia.
"Tentu nyonya, tentu." Jack sedikit melamun dan memberikan kain untuk ratu Viole.
"Haha..! Mengejutkan, ia berhasil mengalahkan salah satu peserta terkuat." Latina kembali duduk setelah menghela napas panjang.
"Salah satu lawan yang kuat?" Tanya Kairo tidak mengerti apa yang dikatakan Latina.
"Ya.. Yadaku Zuma, keluarga Zuma terkenal sebagai keluarga pembunuh, orang orang dari kalangan bangsawan biasanya menyewa salah satu keluarga Zuma untuk menghabisi seseorang. Pembunuh bayaran tidak mungkin lemah kan?" Jelas Latina.
"Kita bisa tau siapa yang lolos ke babak BERIKUTNYA...!! Dia-dia-DIA..! Adalah... HAZIN TRITON..!!" komentator dan para penonton ikut bersorak. Namun, masih terdengar kata kata dari para penonton.
"Hah.. Apa dia tidak licik?"
"Sepertinya begitu, mana mungkin keluarga Zuma kalah, ah.. kemenangan ini tidak bisa kita terima."
Hazin yang mendengar kata kata itu tersenyum.
"Ya, kalian lebih baik berkata seperti itu."
Kemenangan berhasil diraih Hazin. Namun, di waktu yang bersamaan dengan babak pertama turnamen tadi.
Daerah Pertanian Triton Kingdom
Sruk.. srak
"Mmm... Maafkan aku, aku tidak mampu melindungi kalian." Vondest berjalan menuju area pemakaman korban p*********n iblis di arah selatan kerajaan Triton, Vondest berdoa lalu kembali ke desa yang ia kunjungi.
"Silahkan diminum tehnya tuan" seorang istri dari salah satu petani menuangkan teh, nama wanita itu ialah Emely Nillson.
"Terima kasih." Vondest meminum tehnya.
"Kenapa anda datang seorang diri tuan?" Tanya suami Emely, Robine Mark.
"Aku ingin memastikan terlebih dahulu lokasi kejadian ini, kita tidak tau apakah para pembantai itu telah memasang perangkap. Namun, siapa sangka ada dua orang yang selamat." Jawab Vondest.
"Aku tak bisa hanya diam, aku akan pergi keluar dan melacak keberadaan mereka." Vondest kembali menyimpan tehnya diatas meja.
"Namun diluar sedang hujan tuan!" Emely melihat kearah jendela dan berusaha mencegah raja keluar.
"Sebenarnya aku tidak bisa melakukan penyelidikan. Namun, kita bisa menangkap sang pelaku jika kita melacak keberadaannya." Vondest berjalan dan membuka pintu.
"Kalau begitu aku juga akan pergi ke ladangku, sejak kemarin para babi liar terus merusak kebun jagung yang sudah matang itu. Aku hanya seorang diri jadi tidak bisa memanennya dengan cepat, saya permisi dulu raja Vondest." Robine keluar rumah dan pergi duluan.
"Setelah insiden ini terjadi, dia jadi sering ke kebunnya. yah.. walaupun kebun kita tidak begitu besar, namun ia tidak bisa membiarkan peninggalan ayahnya tidak terurus." Emely senyum sambil merapikan cangkir teh.
"Haha.. dia pria yang rajin ya!" Vondest menoleh kearah jalannya Robine sambil tersenyum.
Ibukota Triton, kota inti Fadelta
Tring
"Bersulang!"
Para peserta, penonton dan semua orang di ibukota berpesta setelah babak pertama Turnament Gya selesai.
Mereka menari, bernyanyi, dan mabuk-mabukan bersama disekitar api unggun yang besar. Tidak hanya siang hari, malam pertama dari turnamen itu terasa begitu ramai, lantunan musik khas para petualang juga membuat suasana menjadi lebih meriah.
"Ahaha... Kau pemenangnya Hazin, kau pemenangnya." Ratu Viole terlihat mabuk.
Kastel Triton, ruang makan kerajaan
"Ibu hentikan! Jika orang melihat ibu seperti ini, ibu sendiri yang akan malu." Hazin terus berusaha menahan ibunya agar tidak terjatuh di ruang makan kerajaan.
"Licik.. kau licik.. KENAPA?! Kenapa kau mengikuti turnamen nya Hazin? Aku akan menghajarmu sekarang juga." Putri Latina juga terlihat sangat mabuk, ia terus berjalan tidak karuan sambil sedikit menangis.
"SIALAN..!! kalian semua berisik! Kenapa tidak mabuk diluar saja hah?!" Jack juga mabuk ditempat duduknya.
"Ahh sial, aku harus mengurus para bayi." Hazin cemberut.
Setelah mereka semua tertidur, Hazin menggendong ibunya dan menidurkannya di kamar Ratu. Ia kembali untuk melihat ruang makan tempat mereka berpesta sebelumnya.
"Aku tidak ingin mengurus yang satu itu." Gumam Hazin dalam hatinya, setelah melihat Latina tidur dimeja sambil meneteskan liurnya, Hazin pergi keluar kastel.
"Huf, apanya putri? Seorang putri yang mengeluarkan air liur saat mabuk." Hazin bergumam dalam hatinya dengan wajah cemberut.
"Mencari angin segar tuan Hazin?" Kairo datang dari belakang Hazin.
"Mau apa kau kemari?" Hazin sedikit menoleh. "Haha.. tidak ada yang spesial, aku hanya ingin berbicara dengan mu" jawab Kairo.
"Berbicara?" Hazin sedikit merasa terkejut, itu karna Kairo merupakan orang asing yang ingin berbicara dengannya.
"Ya, aku sebenarnya ingin menanyakan tentang teknik yang anda gunakan saat turnamen, tentang Naguru. Aku telah berkeliling dunia, mempelajari tentang semua jenis teknik aliran energi dari berbagai guru di seluruh bangsa yang ada. Namun, aku belum pernah mendengar tentang Naguru." Kairo membayangkan saat Hazin bertarung melawan Yadaku.
"Dan juga teknik peningkatan kekuatan yang anda gunakan, Kasan Ki. jujur saja, aku tidak pernah melihat hal seperti itu sebelumnya." Kairo heran.
"Guruku." Singkat Hazin.
"Apa?" Kairo tidak mengerti.
"Guruku yang mengajariku tentang semua itu." Jelas Hazin.
"Siapa gurumu itu tuan?" Tanya Kairo penasaran.
"Itu rahasiaku, dia mengajari ku tentang teknik Kasan Ki. Namun, ia tidak mengajariku tentang Naguru. Aku sendiri tidak tau kenapa aku bisa menggunakan itu." Hazin berusaha mengingat cara melakukan teknik Naguru nya.
"Tidak usah terlalu dipikirkan tuan, tapi aku akan bertarung besok. Tak tau siapa yang akan benjadi lawanku. Namun, nyonya Latina ingin melihatmu bertarung dengan ku." Mendengar ucapan Kairo tadi, Hazin sedikit merasa curiga.
"Maaf telah mengganggu waktumu tuan, sampai jumpa besok di arena." Kairo kembali masuk ke dalam kastel.
Hazin benar-benar tidak mengeti dengan apa yang di maksud Kairo tadi. Namun, ia sedikit tidak memperdulikan nya.
"Apa-apaan dia itu?" Tanya Hazin sambil melihat kepergian Kairo.