The Kingdom Of Roma

2481 Words
Benua Istolib, daerah antah-berantah Hazin beserta teman-temannya memutuskan untuk terbang kearah utara untuk pergi menuju kerajaan Roma. Mereka berempat tengah melewati padang pasir yang begitu luas, tidak ada pohon ataupun tanda-tanda kehidupan setelah mereka melewati batas wilayah Al-Sarem, disana hanya ada bebatuan dan juga tengkorak hewan. Berjam-jam telah mereka lalui. Tanpa makanan ataupun minuman, mereka pergi tanpa persiapan apapun. Karena terbang lama memakan energi yang cukup besar, mereka memutuskan untuk turun sejenak. Hazin maupun temannya berkeringat karena matahari yang begitu menyengat, "Ternyata terbang jauh seperti ini melelahkan juga." Gumam Hazin sambil mengeringkan keringat didahinya. Minaki menjatuhkan tubuhnya dan terlentang kearah langit, "Kenapa kepalaku terasa begitu berat ya?" Tanya Minaki. Disamping Hazin, Jack menunjuk bibirnya sendiri, "Sial... Bibirku kering..." Jack menelan ludahnya lalu duduk karena lemas. Latina masih berdiri sambil membelakangi mereka, "Hei," ia mengeluarkan Masamune miliknya, "kalajengking itu... Milikku!!" Tanpa sebab, Latina mengayun-ngayunkan pedangnya kesegala arah. Tidak lupa, selagi ia melakukan hal itu. Latina juga berkali-kali tertawa jahat, wajahnya terlihat aneh. Hazin yang melihatnya hanya memasang wajah dingin, "Dia sudah gila." Setelah itu, Hazin memalingkan pandangannya lalu melihat kearah Jack, Jack yang tadinya sedang duduk lemas diatas pasir tiba-tiba berjalan sambil mengarahkan kedua tangannya kesuatu arah seolah ia melihat sesuatu yang membuatnya senang. "Aha-.. Ahaha..." Jack ikut tertawa kecil sambil jalan perlahan, "disana... Sumber air itu... Ayo kita MANDI...!!" Jack melompat dan masuk kedalam pasir lalu menggerakan tangan dan kakinya yang bergerak seolah ia sedang berenang, wajahnya juga terlihat aneh. Hazin sedikit mengkerutkan wajahnya, "Oi... Apa yang ia lakukan?" Gumamnya, ia kembali memalingkan pandangannya lalu melihat Minaki yang juga bertingkah aneh. Saat itu Minaki tengah memeluk-meluk badannya sendiri sambil tersenyum bahagia, "Ahh... Hazin, jangan begitu... Bagaimana jika Latina dan Jack melihatnya," ucap Minaki, ia juga berkali-kali mencium udara, "jangan disini Hazin..." Minaki menggunakan nada imutnya yang sesekali di iringi dengan suara desahan. Wajah Hazin bertambah muram dan menatap Minaki dengan tatapan menjengkelkannya, "Sial, apa yang dia pikirkan!" Para petualang itu melakukan tingkah konyol mereka ditengah padang pasir yang panas, hanya Hazin yang masih terlihat normal. Namun, perlahan Hazin juga merasa sedikit pusing, pandangannya mulai kabur. "Hei-hei, ada apa ini? Tanahnya... Kenapa pasir ini seperti puding?" Hazin mulai kehilangan keseimbangannya, ia setengah duduk sambil memegang kepalanya, semua yang ia lihat terasa berputar, "tunggu, apa ada seseorang yang meracuni kita?! Apa mungkin udara disini membuat kita terhipnotis? Atau..." "Kita menggila karena kehausan." Hazin tidak bisa bangun kembali, ia terus berusaha untuk berdiri. Tapi, rasa lelah dan haus yang ia rasakan saat itu telah membuat tubuhnya amat lemas, "Sial! Kalau begini terus, aku sendiri akan..." Setelah menahan kesadarannya sedikit, Hazin akhirnya jatuh pinsan. Pandangan Hazin dipenuhi oleh warna hitam, tidak ada sedikitpun cahaya. Sampai, "Itu..." Hazin melihat sosok Varka dalam penglihatannya, "Varka?" tempat ia berada saat itu sama persis seperti tempat ia bertemu dengan Varka sebelumnya. Pandangannya kembali jernih, Hazin terus menatap tubuh besar Varka yang tengah melihat balik kearahnya. "Yo!" Ucap Varka menyapanya. Hazin berubah sikap lalu melihat Varka dengan penuh kecurigaan, "Hei, jangan coba-coba menipuku. Kau, jangan bilang saat ini aku sedang melakukan tingkah konyol seperti mereka!" Wajah Hazin menunjukan bahwa ia tidak percaya bahwa serigala hitam besar di depannya adalah Varka. Varka senyum sambil menahan tawa, "Hem.. ya! Saat ini kau tengah memeluk gadis yang bernama Latina itu! HUAHAHA..!!!" Varka tak kuat untuk menahan tawa, ia mendengkup perutnya dengan keras sambil memukul tempat itu berkali-kali. Hazin kembali memasang wajah dingin mencurigakannya, "Hei, kau yang asli kan?" Tanya Hazin dengan serius. Sedangkan Varka, ia masih saja tertawa terbahak-bahak sampai sedikit meneteskan air mata. "J-jika kau tahu, kenapa kau bertanya?!" Varka mulai menahan tawanya, "Lucu, lucu sekali...!! Baru kali ini aku merasakan kepuasan yang begitu dalam! Rasanya aku telah membalaskan dendam lamaku!" Varka berhenti tertawa. Hazin duduk, "Siapa pelakunya?" Tanya Hazin, ia membuang pandangannya dari Varka, "Hah... Pelakunya? Tentu saja itu adalah ulahku!" Balas Varka, ia kembali terlihat gagah penuh wibawa. "Serigala bodoh." Hazin mengejeknya dengan wajah dingin. "Buang kata itu!" Varka menyentaknya, ia merasa jengkel setiap ia mendengar kata serigala bodoh yang keluar dari mulut Hazin, "Hanya terkena tekanan energi milikku saja mereka sudah menggila. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi bila aku mengeluarkan satu persen saja energi yang kumiliki." "Serigala bo-.." "Jangan ucapkan itu lagi!!" Varka kembali menyentak Hazin, "Sial, padahal aku sudah berusaha untuk menahan diri. Tapi, mereka saja yang terlalu lemah." Varka menurunkan badannya, "saat ini aku sedang mencoba membantumu agar kau bisa datang kesini. Tidak hanya itu, setelah kau keluar dari sini, aku bisa dengan bebas berbicara dengan orang yang berada dekat denganmu." Varka menutup matanya, kepala besarnya diletakan dikedua kaki depannya. "Siapa juga yang ingin bertemu denganmu? Itu tidak penting." Balas Hazin. "Terserah kau saja. Tapi yang jelas, aku bisa lebih membantumu diluar sana, kamampuanku sebagai pelindung dan pendukungmu dari dalam sudah bertambah kau tahu? Jangan menyangkalnya, saat ini kau itu jauh, sangat, amat lemah." Ucap Varka, Hazin melihat kearah Varka saat Varka bilang ia lemah. "Melawan sampah seperti itu saja kau tidak bisa, kau sangat mengecewakan. Suatu hari nanti, kau akan segera bertemu dengannya, ya.. memang, kau ditakdirkan untuk terus menghancurkan orang menyebalkan itu. Tapi, saat ini kau lebih jauh dari kata mustahil untuk bisa melawan si hitam itu, tugas yang kau berikan ini. Berat, kau tahu itu?" Varka sedikit membuka matanya. Hazin menatapnya dengan wajah dingin yang serius, "Ya, aku ini memang lemah. Tidak seperti ayah dan ibuku, tapi suatu saat nanti. Aku pasti bisa menjadi orang yang berbeda." Ucapnya, Varka balik menatapnya serius. "Hah? Vondest dan Viole? Mereka tidak lebih dari sekedar serpihan debu untukku, manusia, iblis, dan Fadelta itu. Mereka sombong sekali, padahal mereka tidak lebih dari sekedar mahluk hidup biasa, kau tidak sebanding... Tu-... Maksudku Hazin, kau harus lebih memandang kedepan agar-.." "Hentikan." Hazin menyela perkataan Varka, wajahnya menjadi suram setelah mendengar perkataan Varka yang telah merendahkan kedua orang tuanya. Varka terdiam tidak berucap lagi. "Mereka adalah kedua orang tuaku, sekali lagi kau merendahkan mereka. Akan kupastikan kau membusuk disini." Hazin berdiri sambil terus memasang wajah suramnya, Varka terus menatap Hazin. Hazin menghilang bagaikan debu yang tertiup angin, Varka menutup matanya untuk sesaat lalu membukanya kembali, "Orang tua... Ya?" Hazin kembali, ia bangun diatas padang pasir sebelumnya. "Dasar serigala bodoh." Ucapnya. Hazin sedikit berjalan untuk menemui teman-temannya, namun setelah melihat kesegala arah. Ia tidak melihat kehadiran Latina ataupun yang lainnya. "Kemana mereka pergi?" Gumamnya, Hazin menggunakan Soul Tracking. Tapi, setelah menelusuri dan mencari energi milik mereka, Hazin tidak menemukan apapun, kemampuan Soul Tracking memang tidak luas. "Mereka pergi kearah utara..." Hazin mendengar suara Varka, tadinya ia tidak ingin mengikuti perkataan Varka. Tapi, karena saat ini teman-temannya pergi entah kemana, Hazin sedikit terpaksa dan mendengarkan ucapan Varka tadi. "Roma." Hazin menatap kearah jejak Jack berenang diatas pasir sebelumnya, setelah memutuskan kemana ia akan pergi. Akhirnya, Hazin kembali terbang menuju kerajaan Roma. The Kingdom Of Roma, kota Gladiator Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, Hazin akhirnya melihat sebuah bangunan besar yang dikelilingi oleh rumah-rumah kecil didepannya. Kerajaan Roma, bangunan khasnya menunjukan bahwa Hazin telah sampai ketempat tujuan mereka. Walaupun dikelilingi oleh padang pasir yang luas, kerajaan Roma masih masuk kedalam kerajaan makmur dibenua Istolib. Hazin turun setelah sampai dikeramaian ibukota Roma, banyak orang berjalan dan beraktifitas, terutama berdagang. Itu karena Hazin berhenti dijalan utama menuju kastel, karena terlalu banyak orang disana, Hazin tidak dapat menggunakan Soul Tracking untuk melacak keberadaan temannya. Ia memutuskan untuk berjalan, pakaian dan wajah dingin Hazin membuat beberapa orang yang dilewatinya sedikit merasa aneh, mereka terus menatap Hazin disepanjang jalannya. Beberapa orang juga membisikan sesuatu sambil menatapnya curiga. "Kemana para prajurit Roma?" Hazin melihat sekeliling, ia tidak menjumpai satupun tentara Roma, tiba-tiba, "Gladiator, itulah pasukan yang digunakan Roma untuk bertempur." Seorang wanita setengah rubah yang tengah bersandar ditembok membuat Hazin berhenti melangkah. Rambutnya tidak sepanjang wanita pada umumnya. Namun tidak pendek seperti lelaki, buntutnya berwarna orange sama dengan warna rambut dan juga kupingnya, ia mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Namun, ia menggunakan dua sarung tangan yang cukup tebal. Hazin membalikan badannya dan melihat kearah wanita itu, "Apa kau melihat-.." "Sutt..!! Tidak usah buru-buru," wanita itu menekuk leher Hazin lalu berjalan bersamanya seolah mereka adalah teman, "aku tidak percaya, pangeran sekaligus pemenang turnamen Gya berani berjalan tanpa satupun penjaga di Roma." Wanita itu memaksa Hazin untuk memasuki gang kecil. Hazin melepaskan tangan wanita itu setelah memasuki gang kecil lalu berhenti, "Apa maksudmu?" Tanya Hazin. Wanita menghela napas panjang, lalu ia kembali menatap Hazin, "Para saudagar itu pasti menginginkanmu. Walaupun kau seorang pangeran, mereka akan tetap membelimu dan menjadikanmu sebagai Gladiator." Balas wanita itu. "Oh ya, namaku adalah Celesia Lin. Kau bisa memanggilku Lin jika kau mau, " Lin memperkenalkan dirinya, "dan oh! Aku sebenarnya hanya mengetahui bahwa kau adalah seorang pangeran dari pakaianmu saja, aku tidak tahu siapa namamu." "Hazin Triton," Hazin langsung menjawabnya, " sekarang, beritahu aku. Apa kau melihat-.." "Triton?! Kau adalah keluarga Triton?" Wajah Lin tiba-tiba suram, "akhirnya kesepatan ini datang juga." Ia tersenyum jahat sambil menundukan kepalanya. Hazin langsung mencurigai gerak-gerik Celesia, "Apa yang mahluk ini pikirkan? Dia berubah setelah mendengar bahwa aku adalah keluarga Triton, apa dia memiliki dendam tersendiri?" Gumamnya, ia menatap Lin dengan serius. "Yosh, kita akan beradu tinju disini!" Sentak Celesia sambil mengadukan kedua kepalan tangan nya. Celesia tiba-tiba kembali ceria. Namun, Hazin tetap curiga dan terus waspada, "Ada apa dengan ekspresinya itu? Apa dia sedang menantangku saat ini? Tapi, dia sepertinya tidak memiliki niat jahat." "Aku adalah penggemar raja Vondest Triton!" Celesia mengatakannya dengan lantang, Hazin sontak memasang wajah cemberut saat mendengarnya. "Menyusahkan." Lin mengepalkan kedua tangannya lalu berkali-kali meninju udara, "Dengar ya, aku sebenarnya sedikit tidak percaya bahwa ada orang sekuat dia. Tapi, setelah mengetahui kebenarannya, aku jadi penasaran." Ia berhenti lalu memukul udara dengan keras. Wush..!! Pukulan Lin membuat udara disamping Hazin bertiup kencang, "Jadi kapan kita mulai duel nya?" Tanya Lin, Hazin menjawabnya dengan tatapan dingin, "Ayolah... Jika tidak bisa dengan Vondest Triton, bertarung bersama anak-.." Lin tiba-tiba memasang wajah terkejut, "anak... Raja Vondest?" Hazin menggunakan kesempatan itu untuk berjalan melewati Lin, "Kau sama saja." Bisik Hazin saat melewati wajah Lin, Celesia membalikan badannya dengan cepat, "Hei! Tunggu!" Ia mengejar Hazin yang telah berjalan cukup jauh. Hazin jalan perlahan untuk keluar dari gang itu, "Bahkan sampai disini, mereka... Mereka tetap saja tidak mempercayai kebenaran itu." Gumamnya, saat sedikit lagi Hazin keluar dari gang kecil tadi, dari kejauhan ia melihat Latina dan Minaki. Minaki terlihat sedang kesulitan menahan Latina, putri tertinggi dari bangsa manusia Latina tengah berusaha untuk menghampiri seseorang yang tengah bersujud dihadapannya, orang yang berlutut itu terlihat gendut. Ia terus memohon kepada Latina, Minaki hanya berusaha menahan Latina. Hazin berjalan mendekati mereka. Ditengah langkahnya, ia sedikit mendengar pembicaraan Latina dan orang gendut itu. "Hah?! Jangan berbohong! Aku tahu kau menyembunyikan Hazin disuatu tempat! Cepat katakan dimana!" Ucap Latina sambil terus berusaha untuk menghajar orang yang bersujud didepannya. "Saya sudah katakan tuan putri Latina, saya tidak mengetahui dimana tuan yang bernama Hazin itu." Ia terus memohon, Minaki yang tengah menahan Latina melirik dan melihat kedatangan Hazin, "Hei! Itu Hazin!!" Ia langsung melepaskan Latina dan bergegas menghampiri Hazin. "Hazin?" Latina ikut melirik Hazin. Minaki datang dan langsung memeluk Hazin dengan erat, "Ah... Hazinku, darimana saja kau cintaku? Aku sama sekali tidak bisa menemukanmu sebelumnya." Ia mendekatkan wajahnya kebadan Hazin. Hazin menatap Minaki dengan wajah dingin yang menusuk, "Cepat lepaskan jika tidak ingin kupotong buntutmu!" Ucap Hazin, Minaki berhenti dan kembali mendekatkan wajahnya, "aku rela memberikan buntutku untukmu." Latina menghampiri Hazin, wajahnya yang tadi terlihat sangar berubah menjadi lembut, "Hazin, kau pergi kemana?" Tanya Latina, "kau yang pergi duluan! Kenapa menyalahkanku?" Balas Hazin. "Aku mengira kau pergi kesini! Ahk..! Yang penting, sekarang kita memiliki satu masalah," wajah Latina terlihat kesal, "Jack telah diambil oleh mahluk tidak berguna itu!" Latina menunjuk Half Man yang ia injak-injak tadi. "Diambil? Apa maksudmu?" Tanya Hazin. "Orang ini menganggap Jack sebagai pengembara. Ia menemukannya di tempat kita diam sebelumnya lalu langsung membawanya pergi, dia akan menjadikan Jack seorang Gladiator Hazin!" Balas Latina. "Tapi saat mereka mendengar maksud kita datang kesini, ia menawarkan bayaran untuk Jack. Dia akan memberikan akses agar kita bisa memasuki labirin yang dikatakan tuan Vondest, ya... Tapi, Jack. Ia akan menjadi seorang Gladiator selama hidupnya." Jelas Minaki, Hazin mencoba untuk berpikir. "Ahk..!! Sial! Jika kau tidak mengembalikan teman kita, aku akan segera menghancurkan kerajaan ini! Kau dengar itu?! Cepat kembalikan si landak merah!" Latina terus memaksa orang tadi. "Akses? Tunggu dulu, jika dia mengatakan akses. Itu berarti kita tidak bisa asal masuk kedalam labirin itu kan? Em... Tapi, kita sudah mendapatkan dukungan dari ayah, ratu Patricya dan pastinya raja Warlock. Mungkin saja kita bisa memasuki labirin itu dengan bebas, tapi..." Gumam Hazin, ia sedikit mengingat ucapan Lin sebelumnya. "Berani juga kau, pangeran sekaligus pememang turnamen Gya berjalan tanpa satupun penjaga di Roma..." Kata-kata wanita rubah itu membuat Hazin kembali berpikir, "Pemenang ataupun pangeran pasti bukan orang sembarangan kan? Lantas, kenapa dia mengatakan hal itu? Apa mungkin..." Hazin terus berpikir, Minaki hanya terlihat senang karena Hazin diam saat ia memeluknya. "Hei babi." Hazin menatap orang didepan Latina, orang yang dikatakan menahan Jack adalah Half Man setengah babi, "Siapa kau?! Berani seka-.." Latina menatap orang itu dengan tatapan yang sadis, "Hah... Siapa coba yang sok berani disini? Dagingmu sepertinya enak di bumbui dengan saus pedas." Latina menjilat salah satu senjata Tyrel miliknya yaitu Masamune. "Khik!!" Orang itu kembali bersujud. "Bagaimana jika kita sedikit bernegosiasi? Tentunya, itu akan saling menguntungkan." Ucap Hazin, Latina sedikit terkejut. Lalu, ia berpaling dan menatap kearah Hazin, "Apa yang kau coba lakukan?" Ia sedikit cemberut malas. "Kau ingin menjadikan Jack sebagai Gladiator kan? Kalau begitu, berikan kita akses menuju labirin itu." Ucap Hazin, Latina tidak menerima saran Hazin barusan, "Hei! Walaupun dia menyusahkan, tapi si landak itu orang titipan raja Vondest kan? Kenapa kau menyerahkannya?" Tanya Latina, orang itu sedikit tersenyum jahat. Minaki terus memeluk Hazin dan tidak ingin mengetahui masalah itu, "Jangan salah sangka dulu. Setelah kau memberikan aksesnya, kau dapat menjadikan Jack sebagai Gladiator dalam satu pertandinngan, tidak buruk kan?" Minaki yang tengah memeluk Hazin melirik wajah Hazin penasaran. "A-apa?! Menguntungkan apanya? Untuk bisa memasuki labirin itu sangat mahal kau tahu?! Bagaimana aku bisa-.." "Apa yang ingin kau ucapkan babi busuk? Ingin mengasah kesabaranku ya?" Latina mengayunkan Masamune miliknya dan berhenti tepat dileher orang itu, semua orang yang berada dijalan terus melihat kejadian itu. "Sial..! Wanita ini menyebalkan sekali. Tapi, sepertinya saat ini aku tidak bisa berbuat banyak." Gumam manusia babi itu, "baiklah! Aku menerimanya, tapi dengan satu syarat." Ia berdiri dihadapan Latina. "Jika temanmu itu sampai kalah, walaupun itu hanya satu kali saja. Aku tidak akan melepaskannya, dengan kata lain. Dia harus menjadi pemenang." Orang itu tersenyum jahat. "Baiklah." Singkat Hazin. "H-hei! Kenapa kau menerimanya begitu saja?! Melawan Kairo saja dia sudah kalah, apalagi bertarung disini? Kau tidak bisa mempercayakannya pada Jack." Ucap Latina, ia tetap tidak menyetujui perjanjian itu. "Dia berbeda dengan yang sekarang, sama sepertiku." Ucap Hazin, Latina tidak mampu lagi untuk menyangkalnya. Sedangkan, Minaki hanya terus memeluk dan menatap wajah Hazin yang terlihat biasa saja ketika salah satu teman dekatnya berada dalam genggaman orang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD