A Man Behind The Hood

1818 Words
Benua Istolib, desa utara Al-Sarem Hazin dan teman-temannya berada disebuah bar kecil didesa yang berada diarah utara kerajaan Al-Sarem, desa itu berada tidak jauh dari kediaman raja Mehmed. Hazin sengaja memilih tempat diluar ibukota untuk melakukan komunikasi dengan ayah dan ibunya, itu karena ia takut informasi yang ingin ia sampaikan bocor dan orang bertudung yang ia curigai mengetahui rencananya. "Langsung keintinya, kenapa kau tidak mengucapkan salam atau basa basi Hazin? Mereka itu adalah orang tuamu loh." Ucap Minaki sambil meneguk bir dalam gelas besar. Hazin mengambil roti kering yang ia pesan lalu melirik Minaki, "Justru karena mereka orang tuaku, kenapa harus basa basi?" Ia langsung menyantap roti keringnya. Jack dan Latina sedang bertarung siapa yang kuat meminum bir, Latina telah menghabiskan beberapa gelas bir dan masih terus memesannya. Sesekali ia tertawa karena pipi Jack mulai memerah, "Haha... Sebagai lelaki, kau harus mengaku kalah." Ucap Latina, Jack yang tidak ingin kalah itu terus meminum bir. "Ngomong-ngomong, apa yang dikatakan orang tuamu Hazin? Apa mereka telah memberi tahu kemana kita harus pergi selanjutnya?" Tanya Latina, ia meletakan gelasnya diatas meja. Namun, ia tetap memegangnya. Hazin perlahan menutup matanya. Lalu, ia menatap wajah Latina dengan wajah dinginnya. "Aku lupa menanyakan hal itu." Balas Hazin, ia terlalu fokus bertanya tentang orang bertudung yang ia temui dikota bawah tanah. Latina sontak kaget dan marah padanya, gelas bir miliknya ia jatuhkan dari meja. "Apa kau bilang?!" Pipinya memerah karena sedikit mabuk, "Bagaimana kita bisa melanjutkan perjalanan kita tanpa-.." Brakk! Pintu bar terbuka secara mendadak. "Pergi! Kalian harus segera pergi dari sini...!! Iblis-.. Iblis menyerang ibukota Al-Sarem..!!!" Tiba-tiba orang yang membuka pintu bar berteriak histeris, semua orang yang berada didalam bar hanya melamun menatap orang yang terlihat ketakutan itu, badannya cukup dipenuhi luka. Jack melirik Hazin, "Apa yang dibicarakan orang-.." DUAKK!!! Puing yang berukuran besar tiba-tiba mendarat dan menghancurkan sebagian bar, Orang yang sedang duduk didalam tidak terkena puing itu karena puing besar itu mengenai bagian depan bar. Setelah debu hilang, salah satu pengunjung bar itu menunjuk puing besar tadi, ada noda darah besar disana. "Orang itu... Mati?" Orang itu terlihat kaget. Setelah mengetahui hal itu, semua orang yang berada didalam bar berlarian. Ada juga yang berteriak saat melihat darah yang menempel dipuing tadi, keadaan tiba-tiba menjadi kacau, Hazin dan teman-temannya segera keluar dari bar itu. Minaki menengok puing sebelumnya dan menyadari sesuatu, "Hazin, puing ini bukan sesuatu yang asing. Puing ini, ini berasal dari tembok besar Al-Sarem!" Hazin, Latina dan juga Jack langsung melihat kearah ibukota kerajaan Al-Sarem, asap sudah menyebar dari arah itu, tembok-tembok tinggi yang tadinya berdiri kokoh telah hancur, Jack kembali melirik puing sebelumnya, "Yang dikatakan orang itu ternyata, benar!" Ia tidak lagi terlihat mabuk. "Sial!" Hazin langsung terbang menuju ibukota Al-Sarem. "Tunggu!" Latina langsung menyusulnya, begitu juga dengan Jack dan Minaki. Berbeda dengan kerajaan Triton yang sudah mulai sore, daerah yang saat ini Hazin berada. Benua Istolib, disana matahari masih bersinar cukup terang. Hazin berhenti diatas tembok Al-Sarem yang masih berdiri, ia melihat kearah ibukota yang tengah diserang oleh sesuatu yang besar. Hazin sontak terkejut dengan apa yang ia lihat, "Itu, Akar itu... Kuroi Akuma!" Wajahnya terlihat emosi saat melihat akar besar yang bergerak-gerak menghancurkan tembok dan juga rumah-rumah. Latina datang dan berdiri disamping Hazin, "Bagaimana kau bisa memutuskan hal itu Hazin? Bagaimana kau bisa tahu bahwa hal ini diakibatkan oleh kelompok Kuroi Akuma?" Tanya Latina, ia juga melihat kearah ibu kota Al-Sarem yang tengah kacau. "Buku, aku pernah membaca buku tentang seluruh anggota Kuroi Akuma itu. Sudah kuduga, orang bertudung sebelumnya." Hazin mengingat orang bertudung di dalam kota bawah tanah, "Orang dengan energi aneh yang dibicarakan Varka." Wajah Hazin lebih emosi lagi, "Kuroi Akuma berengsek!" "Oi Hazin." Suara Varka terdengar dikuping Hazin. "Tidak biasanya kau menyebutkan namaku, apa kau sedang senang hati saat ini?" Tanya Hazin. "Haha! Sudah kubilang padamu, orang itu memang sedang menunggumu lengah. Hazin, sebaiknya kau segera bertindak." Ucap Varka. "Diam, aku sudah tahu itu." Balas Hazin, ia memutuskan komunikasinya dengan Varka. Latina melirik Hazin lalu bertanya, "Apa itu Varka?" Hazin hanya diam tidak menjawabnya. Di samping itu, Minaki dan Jack sampai dan berdiri dibelakang Hazin. "Sial, ini benar-benar kacau." Hanya kata itu yang dapat dikatakan Jack setelah melihat keadaan ibukota Al-Sarem. Minaki melihat kearah pusat kekacawan itu, "Disana! Orang itu berada dipusat ibukota." Hazin dan yang lainnya langsung melihat kearah yang Minaki maksud. "Anggota yang memiliki kekuatan mengendalikan akar seperti ini, jika tidak salah... Eh! Tidak-tidak, bagaimana dengan peningkatan dan perubahan hewan dikota bawah tanah? Tunggu! Apa mungkin, ada dua anggota Kuroi Akuma disini? Jika itu terjadi, kita lebih baik menghindar, Hazin!" Gumam Minaki, ia melirik Hazin dan berharap Hazin untuk tidak bertindak gegabah. "Aku akan kesana." Ucap Hazin, matanya berubah menjadi biru. Sama dengan warna rambutnya, Hazin langsung menggunakan wujud Ikari Yasei tahap pertama. Minaki langsung terbang menyusul Hazin, "Hazin! Mereka terlalu berbahaya untuk-..." "Diam! Jika kalian takut, pergi dan biarkan aku melawan orang itu sendiri." Hazin menyela Minaki, ia terus terbang kearah pusat kekacawan. Untuk sesaat Minaki terdiam dan berpikir, ia tidak bisa meninggalkan Hazin dan teman-temanya bertarung tanpa dirinya. Setelah diam sejenak, ia kembali mengikuti Hazin. "Setelah berlatih dengan pak tua itu, setelah memenangkan turnamen Gya, aku... Aku akan buktikan bahwa aku pantas menjadi anakmu, ayah! Ibu!" Gumam Hazin, ia sudah mulai dekat dengan pusat kekacawan itu. "Dasar pangeran bodoh! Masamune!" Ditengah terbangnya menyusul Hazin, Latina mengeluarkan katana hitam ditangan kanannya, "buat susah saja." Ia berhenti sejenak lalu membidik pusat kekacawan di depannya. "Sayat!" Latina menebaskan senjatanya diudara, keluar tebasan hitam yang langsung menuju tempat yang ia bidik. Namun ia lupa, Hazin berada didepannya juga. "Hazin!" Teriaknya. Dengan cekatan, Hazin menoleh dan langsung menghindar. Latina langsung kembali terbang kedepan, "Maafkan aku, ti-tidak biasanya aku melakukan hal tanpa-.." "Putri tidak berguna." Balas Hazin, ia menyela Latina. Mereka sedikit adu bicara ditengah perjalanannya menuju pertatungan, Hazin sedikit berpikir, dalam hatinya ia berkata. "Aku... Tidak boleh emosi seperti itu, ayah tidak pernah terlihat emosi dalam pertarungannya." Ia mengingat perkataan Vondest saat Hazin masih kecil. "Jika suatu saat kau dihadapkan dengan musuh, kau harus selalu mengingat ini Hazin. Jangan pernah terbawa emosi, emosi hanya akan membuat pikiranmu kacau, gerakan dan semua usahamu akan terbaca mudah oleh lawanmu. Dan juga jangan lupa, terkadang sedikit lawakan dibutuhkan dalam pertarungan." Kata-kata Vondest masih tertanam di kepala Hazin. "Hem... Latina, ternyata kau ada fungsinya." Gumam Hazin. Tebasan Latina sebelumnya sampai dan berhasil membelah akar besar yang membentuk lingkaran, akar itu seolah melindungi sesuatu. Tanpa disadari Minaki, akar lainnya bergerak dengan cepat dan mendekat kearah Minaki. DUAK!! Jack dengan sengaja menggunakan tubuhnya untuk menghalangi akar itu agar tidak mengenai Minaki, ia terdorong sampai bertemu dengan tanah. Minaki kaget dan baru menyadari kedatangan akar itu, "Jack!" "Tidak usah khawatir! Si bawang merah itu baik-baik saja, tubuhnya sekeras batu." Hazin menggenggam tangan Minaki yang sedang berusaha menyusul Jack, "Kita harus melakukan hal yang lebih penting daripada menyusul dia." Hazin menariknya. "Tapi." Minaki terlihat bersalah dan berusaha menolak ajakan Hazin. Akar yang tadinya berbentuk lingkaran itu secara mendadak berubah bentuk, akarnya teruai. Tentu saja, Hazin terkejut saat melihat apa berada didalam bulatan akar sebelumnya. Samar-samar, Hazin melihat seseorang dengan jubah yang sama dengan orang bertudung sebelumnya, orang itu tersenyum padanya. Dari balik tudung yang menutupi kepala, orang itu menggerakan bibirnya dan seolah berkata. "Mati." Akar yang berjumlah banyak itu bergerak dengan cepat dan menghantam Hazin, Latina dan juga Minaki. Mereka terpental cukup jauh, Latina menabrak sebuah patung, Minaki mendarat dan berputar dijalan kota, Hazin menabrak dan berkali-kali menghancurkan rumah yang ia lewati. "Uhuk! Sial, aku lengah. Sudah dipastikan, orang itu... Wajah itu, dia benar benar anggota Kuroi Aku-.." BRAKK!! Akar hijau mengincar Hazin dan menghancurkan rumah tempat Hazin berhasil berhenti setelah terpental sebelumnya. Saat itu, Hazin berhasil menghindarinya dan terbang keatas. Namun, akar yang lainnya mengejarnya lagi. Ia menengok kebawah dan langsung menggerakan kakinya untuk menendang, "Rasakan-.." DAK!! Tendangan Hazin tidak mampu menahan gerakan akar itu, ia kembali terpental. setelah kembali menghancurkan beberapa rumah, Hazin kembali keluar dari tumpukan kayu. "Rupanya, kekuatan akar itu lebih kuat dibandingkan dengan akar biasa, aku terlalu menganggapnya remeh." Hazin tidak terlalu merasa kesakitan, itu karena ia menggunakan kakinya untuk mengurangi dampak serangan itu. Ia kembali berpikir, "Sekarang apa yang harus aku lakukan? Latina, Minaki, Jack. Mereka pasti sedang bertarung saat ini, menggerakan akar dan mengarahkannya pada suatu titik perlu konsentrasi, disaat yang lainnya menyerang, mungkin aku bisa-.." BRAK!! Akar kembali mengincar Hazin, ia kembali menghindar. Tapi, kali ini ia terbang mendekat ketempat ia bertemu orang dengan jubah dan tudung sebelumnya, "Apa itu percuma? Kekuatannya memang hebat. Tapi, kecepatannya mungkin masih bisa diakali." Ia melirik akar yang tengah mengejarnya. "Sedikit lagi, aku harus menggunakannya dalam jarak dekat!" Hazin terus mendekati orang itu, tangannya menyala dan sedikit mengeluarkan petir disekitar telapak tangan kanannya. "Dengan begitu, aku bisa langsung mengenainya... Dengan tepat!" Ia mengarahkan tangannya kepada orang bertudung di depannya. "Dari sini, sudah cukup!" Hazin sudah berada cukup dekat dengan orang yang mengendalikan akar itu, "Naguru..!!" Cahaya keluar dan langsung mengarah ke orang itu dari tangan Hazin. Disaat yang bersamaan, Hazin melihat orang di depannya, "Ia... Tersenyum?!" "Lambat." Dengan cepat akar menghalangi teknik serangan Hazin dan menggagalkan rencananya, Hazin diam sejenak sebelum kembali berpikir apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Namun, ia tidak menyadari salah satu akar sudah berada diatas kepalanya. Hazin menengok keatas karena ia melihat bayangan besar menutupi badannya. DUAKK!! Akar besar menimpa tubuh Hazin, ia tidak bisa bergerak banyak. Akar itu mengunci setiap gerakan yang Hazin coba lakukan, ia terlihat kesal sambil menatap orang itu, "Kau..." Orang itu berjalan secara perlahan menghampiri Hazin. Ia berhenti dihadapan Hazin yang tengah tergeletak tertindih akar besar, ia menunduk dan menatap Hazin, jubah yang ia kenakan di buka. Baju aslinya adalah baju dengan beberapa armor yang terbuat dari semacam kayu hitam. Ia terdiam sambil menatap Hazin untuk beberapa saat. Lalu, ia berkata, "Lihat, inilah akibatnya jika kau berani lari dariku, susah payah aku mencari kesempatan untuk membunuhmu tanpa menimbulkan masalah besar seperti ini." "Tapi tunggu, justru hal ini membuatmu datang padaku kan? Kau... Kau datang kesini demi menyerahkan nyawamu padaku, itu benar kan?" Tanya orang itu. Kuping panjang yang mirip dengan elf itu menandakan bahwa ia adalah ras iblis, rambut coklat yang sedikit acak-acakan, wajah yang memiliki bekas luka terlihat di depan mata Hazin. Ia menginjak kepala Hazin yang tengah menatapnya, "ups! Maaf, aku sudah mengetahui namamu. Namun, aku belum memperkenalkan namaku." Ia melepaskan kaki dari kepala Hazin lalu berjalan sedikit menjauhi Hazin. "Hazin!!" Latina datang dan langsung menebas akar yang menimpa tubuh Hazin, Minaki dan Juga Jack datang bersamaan, mereka berempat berkumpul dihadapan orang itu. Orang itu tersenyum, "Bagus jika kalian semua datang kemari, aku jadi tidak usah repot memperkenalkan diriku ini satu persatu kepada kalian semua." Ucapnya. Hazin mulai berdiri, ia dan dan yang lainnya menatap orang itu dengan tatapan penuh serius. Orang itu sedikit membungkuk, "Izinkan aku memperkenalkan diriku. Namaku adalah Pelmond Root, aku adalah seseorang yang diutus untuk mengambil nyawa kalian. Aku adalah anggota dari-.." Pelmond sedikit menghentikan kalimatnya. lalu, ia menengok Hazin sambil terus menunduk, "Kuroi Akuma."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD