Number 2

2306 Words
Sore ini, Perly, anggota OSIS dan siswa yang ikut serta dalam tour, kembali ke sekolah untuk sekedar memeriksa kelengkapan tour nanti.  Ya beginilah tour yang mereka adakan. Para siswa siswi hanya tinggal membawa diri, pakaian ganti, dan uang tentunya. Sedangkan selebihnya anggota OSIS-lah yang mempersiapkannya. Ini dilakukan agar tak ada yang membawa barang yang aneh-aneh.  Mereka semua berbaris sesuai intruksi. Masih terlihat ribut di sana sini, sampai si Ketua OSIS datang, "Semuanya udah datang?" Teriaknya membuat mereka kembali merapikan barisan. Salah satu adik kelasnya mengangkat tangan, "Temen gue dua orang lagi yang belum dateng, Kak." ungkapnya. Perly mengangguk mengerti, "Oke. Selain itu ada?" Tanyanya mengedarkan pandangan pada semuanya. "Lengkap, lengkap."  "Udah dateng semua."  "Lengkap, Kak."  "Oke. Sambil nunggu dua orang lagi, sekarang kumpul tas kalian ke depan, antri ya jangan desak-desak-an. Yang cowok di sebelah kiri, yang cewek di sebelah kanan. Kakak OSIS, tolong catet namanya sesuai urutan." perintah Perly. Satu persatu dari siswa dan siswi maju ke depan dan meletakkan tas mereka ke tempat yang sudah di sediakan di sana.  "Sorry Kak, kita telat." Dua orang siswi datang dengan tergesa-gesa pada Perly.  Perly menoleh dan tersenyum tipis, "Gak apa-apa. Lain kali kalau telat, siap terima hukuman ya?" Kedua gadis itu mengangguk mengerti. Perly melanjutkan, "Kumpul tas kalian di sana," ucapnya menunjuk bagian sebelah kanannya.  Tak sampai 5 menit, semuanya sudah kembali berdiri ke tempat semula.  "Udah semua?" teriak Perly bertanya.  "Udah!" teriak mereka serentak.  "Kak. Terus ini mau di apa in, Kak?" Salah satu adik kelasnya mengangkat sebuah kantong plastik berwarna hitam.  Kini semua perhatian tertuju padanya. Salah satu OSIS cewek dengan cepat merampas kantong plastik dari tangan siswa itu, "Ya ampun, Dek. Kamu 'kan cowok, kok nyasar ke sini sih. Ini milik cewek, sana ke barisan!" ucap OSIS itu kesal.  Tentu saja kesal, dengan entengnya siswa itu mengangkat kantong plastik yang isinya adalah barang wajib cewek saat sedang datang bulan. Untung plastiknya berwarna hitam. Dengan perasaan bingung dia berjalan dan kembali ke barisannya. Masih belum mengerti dengan apa kesalahan yang dia perbuat, "Perasaan, gue cuma nanya deh," gumamnya.  Perly hanya geleng-geleng kepala melihat mereka berdua. Terlebih melihat temannya yang kini sedang menggerutu kesal. "Oke. Tas kalian semua akan di periksa sama anggota OSIS. Apapun barang-barang yang tidak diizinkan untuk di bawa, bakal di tahan sementara sama OSIS. Bisa di terima?"  "Bisaa ...!"  "Bagus. Silahkan Kakak-Kakak OSIS di periksa tasnya. Jangan lupa, tempel nama mereka di sana biar nanti gak ketuker," anggota OSIS hanya mengangguk mematuhi.  Masih melanjutkan ucapannya sambil mengambil sebuah kertas dari kursi di sebelahnya. Serunya, "Sambil anggota OSIS memeriksa tas, saya akan beri tahu rute tour kita besok pagi."  "Tujuan tour kita adalah sebuah pulau, saya gak akan kasih tau pulau apa biar kalian penasaran. Poin utamanya di sini adalah, kita tour bukan hanya untuk sekedar main-main, tapi juga buat cari ilmu, buat belajar, sama buat cari pengalaman. Di sana, jangan harap kalian bisa malas-malas-an, kalian nggak bisa nyuruh-nyuruh orang. Mau sesuatu, usaha sendiri. Nggak bisa sendiri, minta bantuan. Kalau ada keluhan, bilang langsung sama saya atau anggota OSIS lainnya. Jangan sampai kalian jadi sok tau, ingat, kita besok di daerah lain," ucap Perly memberikan sedikit nasehatnya.  Dia melanjutkan, "Besok pagi kita berangkat jam 8.00. Di wajibkan sarapan di rumah, atau kalian boleh bawa makanan kalau mau makan di bus. Pakaian bebas, asalkan sopan. Disarankan, jangan pakai atau bawa pakaian berwarna putih, karena nanti bakalan cepat kotor. Plus yang cewek dilarang bawa high heels, soalnya nanti tim nggak akan ngurus kalau heels kalian patah, atau kalian keseleo gara-gara pakai heels."  "Oh ya nanti yang ngawasin kita bukan guru, tapi dari kepolisian sama anggota pramuka. So, jaga tingkah laku kalian nantinya," Perly mengakhiri ucapannya. Sambil meletakkan kembali kertas yang tadi dia pegang, Perly mengedarkan pandangan ke seluruh barisan, "Oke. Ada yang kurang jelas? Ada yang mau di tanyain?" tanya Perly.  Satu dari mereka mengangkat tangan, "Er. Busnya gimana?" Itu teman se-angkatannya.  "Soal bus nanti bakal ada dua bus. Cewek sama cowok di pisah buat keamanan. Makanya dulu di pengumuman di cantumin jumlah cewek sama cowoknya berapa, biar bisa di sesuain sama kapasitas busnya."  Ada sebagian yang mengeluh, ya tentu saja. Mereka yang memanfaatkan moment ini untuk berpacaran, tentu saja mengeluh, hingga satu dari adik kelasnya melayangkan protesan, ah tidak, mencoba bernego dengan Perly. Katanya, "Yah ... Kak. Gak bisa di gabung gitu cewek cowok?" tanyanya. Perly tersenyum mendengar pertanyaan itu, lu mengangguk, "Boleh aja." "Wah ... beneran Kak?" "Serius nih Kak boleh?" "Bilang dari awal kek Er kalau boleh." "Lo emang ketos paling pengertian sepanjang sejarah Er." "Aduh makin cinta sama Perly." Semuanya langsung heboh sambil tersenyum senang. Malah, ada yang berpelukan. Namun, kala Perly kembali melanjutkan, "Iya boleh, sini daftarin nama yang pengen di gabung. Biar nanti di atur. Plus nanti bakal dihitung uang yang bakal kalian keluarin berapa, pembagian kerja kalian nanti apa aja, trus kalian yang ngerencanain semuanya nanti pas tour. Gimana? Ayo sini saya tulis namanya," Semangat mereka yang tadinya sudah berkobar, kini redup seketika. Lebih baik mereka duduk terpisah daripada mereka yang harus mengurus semuanya. Apalagi mengeluarkan pembayaran, mereka 'kan ikut tour karena ini di biayai oleh sekolah. "Lanjut deh, Kak, nggak jadi. Bangkrut gue yang ada," ucap siswa yang tadi bertanya. Perly dan anggota OSIS yang melihat itu hanya dapat terkekeh pelan. Kembali bersuara, Ada lagi yang mau nanya?" tanya Perly menatap mereka semua. "Kak. Tempat duduknya gimana, Kak?" tanya salah satu adik kelasnya.  "Nah kalau yang itu udah di atur sama pengurus OSIS. Tas kalian bakal ditinggal di sekolah, dan kita yang bakal taruh tas kalian di kursi kalian masing-masing. Jadi nggak bakal ada yang rebutan. Dan saya yang jamin tas kalian aman di sini," jawab Perly. "Oke. Ada lagi yang mau nanya?" tanya Perly.  Tak ada yang bersuara pertanda mereka sudah mengerti.  Perly menggangguk, "Kayaknya udah ngerti semua ya. Kalau nanti ada yang masih ragu, silahkan hubungi anggota OSIS. Ingat, anggota OSIS, jangan ke guru. Guru nggak bakal nanggapin apa-apa. Dan satu lagi. Jaga kesehatan kalian, kalau sekiranya ngerasa demam atau emang lagi sakit, cepat kasih tau kami." Semuanya mengangguk sebagai tanda mengerti.  "Ya udah, kalian bisa pulang sekarang. Ingat jangan telat. Yang telat, saya gak jamin kalau nanti bus mau nungguin. Oke?"  "Oke." "Sip." "Aman, gak bakal telat lah." Mereka semua bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Begitupun dengan anggota OSIS yang lainnya setelah selesai dengan pekerjaannya.  Siapa yang bilang menjadi OSIS itu mudah? OSIS adalah orang-orang yang bekerja meluangkan semua waktu yang mereka punya, hanya untuk kesuksesan suatu acara yang mereka ataupun sekolah rencanakan. So jangan remehkan suatu usaha atau pekerjaan walaupun itu gagal. Karena kita tak akan pernah tau seberapa banyak keringat yang mereka teteskan dalam usahanya itu.  * * * Tok! Tok! Tok! Perly yang tengah duduk di meja belajar menghadap pada laptop miliknya yang menyala, kini menoleh pada pintu, tak menjawab sampai si pelaku menyerukan, "Ini Mama sayang." Ternyata mama..  Lantas, Perly balas berteriak pada mama, "Masuk Ma. Nggak dikunci kok." Dengan cepat Perly menutup laptopnya saat mamanya masuk ke dalam.  Di sana, mama berjalan ke arahnya sambil tersenyum, "Nih Mama bawain s**u coklat," tukasnya mengangkat sedikit nampan yang dia bawa. "Makasih, Ma." Perly menerimanya dan langsung meminumnya.  Mama mengangguk, "Gimana persiapan tournya?" tanya mama sembari menyusun buku Perly yang berserakan di atas meja. Perly menoleh, menghapus jejak s**u di bibirnya lalu menjawab, "Udah selesai semua kok, Ma. Tinggal berangkat aja." Dan mama hanya mengangguk mendengar jawaban itu. "Kamu jangan aneh-aneh ya di sana."  Kening Perly berkerut, memangnya apa yang akan Perly perbuat di sana? Aneh-aneh yang bagaimana maksud mama? "Aneh gimananya? Perly normal-normal aja kok."  Alis mama langsung menukik tajam, tanda tak setuju dengan ucapan sang anak, katanya, "Tour tahun lalu aja kamu sama sahabat kamu hampir dinyatakan hilang. Kamu lupa?" mama bertolak pinggang.  Perly terdiam sejenak, memikirkan kejadian mana yang di maksud mama. Lalu lantas terkekeh saat baru saja menyadarinya, "Hehe.. Mama masih ingat aja. Iya-iya gak bakal deh. Sekarang 'kan aku yang jadi koordinatornya, jadi aku gak bakal lepas tanggung jawab sama anggota aku," jawab Perly tersenyum membuat mama ikut tersenyum.  "Ya udah, kamu tidur ya. Katanya mau dateng cepat besok pagi. Jangan salahin Mama kalau besok pagi kamu telat bangun." Mama mengusap rambut Perly lembut. Perly masih tersenyum. Dalam hati, bersyukur rasanya dia memiliki ibu seperti mama, sangat pengertian dan sayang padanya. Menggenggam tangan mama yang mengusap pipinya dan mengangguk pelan, "Iya Ma, janji deh gak bakal telat," jawabnya mantap. "Good night."  "Good night Ma." Perly ingin kembali memanggil mamanya, ingin menceritakan apa yang dialaminya tadi pagi. Tapi niatnya di urungkan. Lebih baik dia tak menceritakannya, pikirnya. Setelah memastikan mama benar-benar sudah berada di luar, barulah Perly kembali membuka laptop.  Namun baru saja Perly ingin mengetikkan sesuatu di sana, tiba-tiba jarinya langsung terhenti. Dan tidak jadi mengetik.  Kalau di pikir-pikir lagi, percuma rasanya mencari info tentang mermaid itu di internet, toh sedari tadi dia mencarinya yang muncul hanyalah cerita film yang tadi Agnes katakan, dan cerita dongeng. "Mungkin gue cuma halu kali ya?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.  Perly kembali menutup laptopnya dan berjalan ke arah tempat tidur. Duduk di tepi ranjang sambil terus memikirkan kejadian tadi pagi, "Tapi masa sih itu halu. Kayaknya nggak mungkin deh," gumamnya lagi. "Itu beneran kayak nyata banget. Tapi kok bisa sih cewek yang ada di mimpi gue mirip banget sama tu mermaid?" Lagi-lagi Perly hanya bergumam. Mengacak kasar rambutnya, dirinya frustasi hanya memikirkan kejadian tadi pagi. "Arrghh... lama-lama gila gue mikirin itu terus." Erangnya. Tiba-tiba Perly teringat akan suatu hal. Dia bangkit lalu berjalan ke arah di mana ikan hiasnya terletak.  Memperhatikan si ikan yang tengah berenang dari jarak lumayan dekat, memperhatikan dari segala sudut, lalu menarik kesimpulan, "Tuh 'kan beneran mirip." gumamnya.  "Bubu, lo percaya gak mermaid itu ada?" tanyanya pada ikan itu.  Respon Bubu hanya berenang, berputar ke sana ke mari. Dan Perly kembali melanjutkan seolah mengerti dengan apa yang Bubu lakukan. Katanya sambil menerawang, "Gue sih pengennya gak percaya, tapi gue liat sendiri mermaidnya, gimana dong?"  Apakah Perly benar-benar sudah mulai gila?  "Bubu, jawab dong. Itu tu ganggu banget tau nggak di pikiran gue." Bubu hanya menatapnya sebentar lalu kembali berenang ke sana ke mari di dalam akuarium itu. Tentu saja, memangnya apa yang Perly harapkan saat memilih curhat dengan seekor ikan. Menarik nafas panjang, "Ya udahlah. Gue tidur duluan ya Bubu. Lo juga tidur, oke. Good night."  Perly melambaikan tangannya pada ikan itu dan tersenyum. Lalu kembali berjalan menuju kasurnya, memilih untuk tidur. Dan tanpa Perly sadari, di dalam akuarium itu muncul sebuah cahaya yang sangat terang berwarna putih. * * * Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Semua siswa yang ikut tour pun sudah berbaris rapi di depan bus yang akan membawa mereka.  Di depan sana, Perly berdiri di depan mereka semua, berbincang sebentar dengan anggotanya sebelum mengarahkan toa yang dia pegang ke depan mulut, untuk menyerukan, "Oke semuanya sudah datang 'kan?"  "Udaah ...!" jawab semuanya serentak.  Perly mengangguk, "Bagus. Semuanya udah siap 'kan?"  "Siaapp!"  "Bagus. Saya cuma mau ingetin, peraturan yang kemarin saya kasih tau, tolong di ikutin. Sekali lagi tolong di ikuti. Karna yang melanggar aturan dan terkena masalah gara-gara itu, tim OSIS, kepolisian dan tim pramuka nggak akan ikut campur tangan. Paham?"  "Paham!"  Mengalihakan tatapan dari barisan siswa di depan sana, ke arah wakilnya di sebelah kanan, "Kak Dito. Tolong pimpin doanya," ucapnya memberi arahan. Lantas, laki-laki yang di panggil Dito itu langsung mengikuti perintah, "Oke semuanya, sebelum berangkat mari kita sama-sama berdoa untuk keselamatan perjalanan kita. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."  Semuanya menundukkan kepalanya berdoa sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.  "Berdoa selesai." intruksi Dito, kemudian mereka kembali mengangkat kepalanya.  Setelah Dito melaksanakan tugas, Perly kembali mengambil alih atensi, "Nah, semuanya silahkan masuk ke dalam bus. Yang tertib jangan rebutan." Dan dengan patuh, satu persatu dari mereka pun masuk ke dalam bus, duduk di kursi sesuai dengan letak tas mereka.  Dua bus yang membawa mereka akhirnya melaju meninggalkan pekarangan sekolah. Di dalam bus pun keadaannya sangat berisik akibat murid di sana yang bernyanyi sepanjang jalan. Apalagi di dukung oleh dua buah gitar dan pengeras suara. Setidaknya untuk menemani perjalanan mereka agar tidak membosankan.  Sekitar 4 jam lebih perjalanan, bus mereka berhenti di depan sebuah restoran yang cukup besar. Itu memang rutenya. Masalah biaya? Perly dan rekan-rekannya yang mengatur. Mereka semua makan siang dan beristirahat sebentar di sana sebelum kembali melanjutkan perjalanan.  Sekarang sudah jam 15.35. Dua bus itu baru sampai di tempat tujuan mereka. Sebenarnya, ini belumlah tempat tujuannya, karena mereka harus melanjutkan perjalanan lagi menggunakan kapal kecil, seperti kapal yang sering digunakan para nelayan untuk menangkap ikan.  Tak berselang lama setelah turun dari bus, Perly langsung mengambil alih, mengkoordinasikan rombongan yang menjadi tanggung jawabnya, "Perhatian semuanya." Masih dengan menyerukan lewat toa yang senantiasa ada di tangannya.  "Sekitar satu jam setengah lagi, kita bakal lanjut perjalanan ke pulau tujuan kita. Nah, di sini kalian semua bisa bersih-bersih, istirahat dulu atau sekedar liat-liat tempat ini juga nggak apa-apa. Asal jangan keluar dari wilayah ini. Nanti jam 17.00 kalian udah harus stay lagi di sini. Ingat, jam 17.00. Jangan telat, yang telat tanggung resiko. Bisa paham ya?"  "Oke."  "Iya paham."  "Siap."  Perly mengangguk, ingin menyudahi sebum seorang rekan berbisik ke telinganya membuat Perly kembali berkata, "Oh ya saya lupa. Kalau kalian mau mandi kalian bisa mandi di kamar mandi yang sudah tersedia di sini. Anggota OSIS bakal nunjukin di mana tempatnya. Oke itu aja. Kalian boleh bubar." Tukasnya. Mereka semua pun bubar sesuai dengan apa yang Perly ucapkan tadi.  Di tempat itu memang seperti sebuah perkampungan kecil. Ada beberapa rumah penduduk di sana, dan yang mendominasi adalah para pedagang yang menjual berbagai macam dagangannya. Sepertinya memang pulau yang akan mereka tuju adalah salah satu tempat wisata.  Baru ingin melangkah menjauh dari tempatnya, Perly di kejutkan dengan sebuah sensasi dingin menyapa lengannya. Perly sontak menoleh, menampilkan senyum tampan dari si wakilnya. Katanya, "Nih minum buat lo." Sambil mengulurkan sebotol minuman yang beraroma khas teh itu padanya. * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD