Lyssa mendekat, memeriksa jari Rainier. “Tuh kan. Ada bekas darah di punggung tangan kamu.” Menggandeng Rainier yang masih membeku, Lyssa mengajak Rainier menuju westafel, mencuci tangan kekasihnya dengan air mengalir. Sadar bahwa sedari tadi Rainier tak bersuara, Lyssa melihat kekasihnya. Tampak wajah Rainier yang super-super kaku. Lyssa sedikit kebingungan, reaksi apa yang sedang Rainier tampilkan. Tapi begitu melihat telinga Rainier yang memerah, bibir gadis itu melebar, tersenyum menyeringai. “Ckckck. Apa saat ini kamu sedang malu, Rainier?” “Hm.. Tidak kuduga,” goda Lyssa. Rainier masih tak menjawab, daun telinganya masih merah juga. Lyssa memencet sabun cuci piring, mengoleskannya di punggung tangan Rainier. “L-Lyssa, aku minta maaf.” Mendengar Rainier yang gagap, sontak Lyss

