Di ruang kelas yang sepi itu, mereka tidak berdua. Denisha juga sudah datang. Gadis itu tekun menulis sesuatu di mejanya. Rainier cengengesan. Tampilannya sengak. “Tidak harus menunggu jadi om-om biar bisa jadi sugar daddy. Aku bisa mensupportmu secara finansial juga.” “Hm,” balas Lyssa acuh. Lyssa tidak peduli lagi. Gadis itu merebahkan kepalanya ke atas meja. Dari posisi miring seperti ini, pandangannya sedikit berkunang-kunang. Ia memfokuskan pandangannya pada wajah Rainier. “Kamu sangat tampan.” Rainier tertawa. Suaranya renyah dan terdengar merdu di telinga Lyssa. Gadis itu sayup-sayup menutup mata. Rainier mengacak-acak rambut Lyssa, “Tidurlah. Aku akan menemanimu.” Lyssa tidak lagi menjawab. Gadis itu sudah setengah perjalanan ke alam mimpi. Tangannya yang semula hendak menj

