Di meja makan, berdiri tiga orang. Dua orang pemuda dan satu orang wanita yang berdiri anggun di sebelah kiri. “Perkenalkan, ini Alyssa Grace, putrinya Ayah.” Bibir Lyssa bergetar pelan. “Salam kenal,” ucapnya. Wanita anggun yang berdiri di kursinya itu melangkah ke depan. Menuju Lyssa. Insting, Lyssa melangkah mundur, menciptakan ketegangan di ruangan tersebut. Tangan ayahnya yang masih bertengger di punggungnya membeku kaku, menyadarkan Lyssa akan kesalahannya. “Maaf, maaf,” ucapnya buru-buru. “Tidak apa-apa.” Wanita di depannya tersenyum lembut. “Perkenalkan, nama tante Vania Wangsadinata. Ibunya anak-anak.” Dua anak lelaki di belakangnya ikut maju, satu yang lebih tinggi mengajukan tangannya, mengajak Lyssa berjabat tangan, “Darryl,” ujarnya sopan. Lyssa membalas jabat tangan p

