*****...*****
"Nona!! Kamu harus sadar! Hiks hiks!! Maafkan bibi karena tidak memiliki kemampuan untuk menolongmu."
Wanita tua yang bernama Laras itu langsung memeluk tubuh Sofia yang tampak lemah, wajah wanita itu bahkan memar dan bengkak. Dia tidak mampu membuka kedua matanya.
"Bibi Laras!! Bawa saja dia ke tempat tidur, seharusnya kamu sebagai pembantu bisa sadar diri. Karena jika sampai Tuan dan nyonya tahu. Mereka akan menghukummu!."
Salah seorang pelayan tampak menatap tajam wajah bibi Laras. Bahkan memandang remeh wanita tua itu.
"Kalau begitu tolong bantu aku untuk membawanya ke kamar."
Bibi Laras yang masih bersimbah air mata itu, tampak menatap ke arah pelayan wanita yang bertolak pinggang sambil menatap mereka.
"Bawa saja sendiri, Kenapa harus menyuruh saya? Nona Sofia itu sama halnya seperti kita, dia bahkan tidak lebih terhormat dari semua pelayan di rumah ini. Jadi, Aku sama sekali tidak ada kewajiban untuk membantunya. Tugasku hanya bersih-bersih dan menjalankan perintah, nyonya Siska dan Nona Bella."
Pelayan muda Itu tampak segera pergi meninggalkan bibi Laras.
"Kurang ajar sekali Reva itu. Padahal Nona Sofia adalah jelas-jelas majikannya, dia adalah pemilik sah semua harta ini. Dan mereka itu hanya menumpang."
Bibi Laras benar-benar geram kepada sosok pelayan yang bernama Reva. pelayan itu memang bertugas untuk melayani Siska dan juga Bella. Reva sangat menurut kepada kedua wanita itu.
"Ayo nona!! Kamu harus kuat dan tetap hidup! Balaskan semua penghinaan ini! Dan juga semua sakit hati mamamu. Kamu harus hidup untuk membalasnya. Mereka harus merasakan kesakitan yang sama seperti yang kau rasakan dan mamamu."
Bibi Laras tiada hentinya berucap sambil berusaha mati-matian membawa tubuh Sofia yang masih belum sadar. Walaupun kekuatan wanita tua itu sangat terbatas, Namun karena tidak ada yang perduli pada Sofia di rumah itu. Dia harus bekerja ekstra keras untuk membantunya.
Buukk!!
Akhirnya setelah perjalanan panjang yang melelahkan, dari gudang ke kamar Sofia yang kecil. Akhirnya bibi Laras berhasil membaringkan tubuh wanita itu.
"Bibi Laras akan merawatmu sampai sembuh!."
Wanita tua itu kembali bergegas keluar. Dia akan mengambil kompres untuk membersihkan tubuh Sofia yang terlihat sangat kotor. Dipenuhi debu dari gudang, Dan juga wajahnya yang memar dah serta babak belur.
"Untuk apa itu?."
Kedatangan bibi Laras di dapur langsung disambut pertanyaan oleh Siska yang menatapnya penuh selidik.
"Anu nyonya, Saya ingin mengompres Nona Sofia."
Jawab wanita tua itu jujur tanpa mau menatap wajah Siska yang bengis.
"Oh ternyata majikan kesayangan kamu itu! Kamu terlihat sangat peduli padanya."
Siska menatap penuh ejekan kepada bibi Laras.
"Biarkan saja dia merawatnya mama. Jangan sampai Sofia mati sekarang, Aku tidak mau dia mati terlalu cepat. Karena aku sangat ingin dia menyaksikan pernikahanku dengan kak Noah, biar dia semakin menderita menyaksikan pria yang dicintainya ternyata telah menjadi milikku. Hahaha hahaha!!."
Bella tertawa terbahak-bahak menyaksikan penderitaan Sofia. Bibi Laras hanya sempat menggeleng perlahan kemudian meninggalkan dapur itu.
"Suatu saat Kalian pasti akan mendapatkan balasan! Nona Sofia! Kamu harus kuat dan tetap hidup agar bisa membalaskan semua kejahatan mereka padamu."
Bibi Laras terus berbicara sambil berjalan menuju arah kamar Sofia yang terletak di deretan kamar pembantu. walaupun kamar wanita itu jauh lebih luas dari kamar bibi Laras, namun tetap saja letaknya ada di bangunan belakang. Tidak seperti kamar Bella ataupun Siska. Mereka semua tinggal di rumah utama yang memiliki perabotan serba mewah dan fasilitas lengkap.
"Apa kamu tidak takut, suatu saat nanti Sofia akan menjadi penghalang terbesarmu untuk menikah dengan Noah?."
Siska segera bertanya kepada putrinya itu. Dan Bella segera memasang gesture genitnya.
"Mana mungkin seperti itu Mama? Aku jauh lebih cantik daripada Sofia, dan lihatlah! Bahkan kak Noah sampai menyamar menjadi pengawal hanya untuk bisa dekat denganku! Aku benar-benar tidak menyangka!."
Bella menyeringai penuh kelicikan. dia jadi membayangkan wajah Noah yang tampan, walaupun selama ini dia memang tidak tahu tentang pria itu yang menyamar sebagai pengawal dikeluarganya, secara diam-diam Bella memang sering mencuri tatap terhadap pengawal itu. Namun dia tidak menyangka kalau ternyata Noah adalah putra tunggal dari keluarga Sanjaya yang kaya raya. Dan merupakan teman masa kecil Sofia. Bahkan menjadi cinta pertama dari saudara tirinya itu.
"Mama hanya takut! Kalau nanti dia menyusun rencana untuk menggagalkan pernikahanmu dengan Noah!."
Seru Siska yang memang memiliki ketakutan sendiri. Paras Sofia memang sangat cantik, walaupun mereka selama ini berusaha untuk memungkirinya. Dan tetap berpikiran kalau Bella jauh lebih cantik daripada Sofia, namun tetap saja kenyataannya. Wajah Sofia Sangat sempurna bagaikan bulan purnama.
Bahkan ketika gadis itu baru duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia pernah dilamar oleh seorang pria, namun ditolak mentah-mentah oleh Tedi Anggara. Karena pria itu, hanyalah orang biasa.
"Huum!!."
Bibi Laras langsung tersenyum saat melihat Sofia menggeliat.
"Nona!! anda sudah sadar?."
Wanita tua itu segera bertanya dengan suara yang cukup kencang.
"Bibi!!."
Jawab Sofia dengan suara lemahnya.
"Syukurlah anda sudah sadar! Ayo kita makan! Anda pasti lapar karena semalaman tidak makan dan sampai pingsan!."
Wanita tua itu benar-benar terlihat menahan tangis saat melihat kondisi Sofia. Dan wanita muda itu perlahan membuka mulutnya yang bergetar.
"Anda harus kuat nona! Anda harus tetap hidup untuk membalas mereka! Karena mereka sudah semena-mena padamu! Mereka sudah mencuri kehidupanmu yang berharga! Anda tidak boleh diam saja dan mengalah! Semua yang ada di keluarga ini adalah milikmu!."
Bibi Laras berucap dengan suaranya yang terdengar serak dan bergetar. Sofia pun langsung menatapnya.
"Apa kau masih ingat Bagaimana mamamu meninggal?."
Ingatan Sofia langsung terbang melayang ke masa lalu. Bayangan sebuah bangunan yang terbakar besar, dan ada sosok wanita yang melahirkannya berada di dalamnya.
"Mama!! Tolong mamaku!."
Sofia kecil berusaha berteriak untuk meminta pertolongan. Dirinya sudah dikepung api bersama dengan sang mama.
Namun Sofia kecil masih bisa keluar Karena posisinya ada di ruang tamu saat kondisi api semakin membesar. Sementara mamanya berada di sebuah kamar, dan sedang tertidur. Karena waktu itu sedang tidak enak badan.
"Mama!! Siapapun tolong mamaku!! Dia ada di dalam api itu!!."
Sofia kecil kembali berteriak dengan histeris. Beberapa pelayan di rumah keluarga besar anggaran tampak berlarian untuk melihatnya. Termasuk bibi Laras.
Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena api sudah mengepung bangunan itu.
"Bagaimana mungkin paviliun bisa terbakar?."
Tentu saja pertanyaan itu menjadi tanda tanya besar di hati semua orang. Karena paviliun Megah itu tiba-tiba terbakar dengan dahsyat.
"Sampai saat ini aku masih mengingat kejadian itu bibi."
Sahut Sofia berlinangan air mata saat mengingat mendiang mamanya yang terjebak dalam kobaran api.
"Kebakaran itu tidak terjadi begitu saja. Ada orang yang sengaja membakar mamamu hidup-hidup di dalam paviliun itu."
Sofia langsung menatap tidak percaya wajah bibi Laras yang segera menganggukkan kepalanya.
*.
"Selamat pagi!!."
Noah tampak berjalan memasuki kediaman Anggara. Wajah tampan dan wangi parfum mahal yang dipakai oleh pria itu langsung tercium. Para pelayan termasuk Reva, langsung dibuat larut oleh wanginya.
Sementara Sofia tampak berjalan keluar, Wanita itu sudah rapi walaupun Masih ada sisa memar di sudut bibirnya.
Dia langsung melewati Noah begitu saja tanpa menyapa pria itu. Wajahnya juga dingin dan datar tanpa ekspresi di sana.
Noah mengerutkan keningnya melihat perubahan wanita itu, karena ketika dia menjadi pengawal di keluarga Anggara. Setiap kali dia datang, Sofia pasti akan langsung datang untuk menyambutnya dengan wajah berbinar. Bahkan seringkali melakukan hal-hal kecil untuk memancing perhatiannya.
"Kenapa dia terlihat dingin sekali? Dia bahkan seperti tidak kenal padaku! Apa dia sedang sok jual mahal? Ciihh!! Padahal Bella jauh lebih baik dari dia."
Gumam Noah, Dia segera berbalik dan menatap punggung Sofia yang berlalu pergi tanpa kata.
Namun setelahnya, Dia segera mengabaikan sikap Sofia itu. Karena dia datang ke sana untuk menjemput Bella. Mereka akan melakukan makan siang romantis bersama. Dia bahkan sudah menyiapkan hadiah kejutan untuk wanita yang dicintainya itu.
Sementara di tempat lain, tampak seorang pria tampan yang sedang menatap sebuah foto di tangannya.
"Sekarang dia sudah tumbuh dewasa! Dia sangat cantik bagaikan Dewi dari kayangan!."
Seorang pria yang berdiri di hadapannya tampak tertunduk sambil Berkata.
"Hhmmm!! Tiga tahun tidak melihatnya, Aku sangat merindukannya."
"Sofia ku!!!."
***...***