48. Anonymous

1122 Words
"Kalian semakin membuatku bingung. Yang satu ingin ku lupakan. Yang satu ingin ku coba. Namun sayang, semakin ke sini, semakin membuatku bingung. Mana yang sebenarnya aku inginkan." *** Sebuah mobil berhenti tepat lurus dengan Lila dan Magenta. Orang yang ada di dalam mobil itu keluar, menggunakan payung, dengan sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku hoodie yang ia kenakan. "Bareng gue aja," tawar Navi setibanya di hadapan Lila dan Magenta. "Nggak. Motor Genta masih bisa dipake," tolak Lila dengan angkuh. Magenta menunduk lesu, melihat Lila yang basah kuyup karenanya. Dia tidak tega jika nantinya Lila berangkat ke sekolah dengan kondisi terus seperti itu. "Di mobil lo ada handuk? Bawa jaket? Gue pinjem, tapi buat Lila." Cowok itu benar-benar peduli dengan Lila. "Genta?!" panggil Lila seakan memberi intruksi agar Magenta menarik ucapannya. "Ada. Nggak perlu lo minta, gue juga bakal kasih langsung ke Lila. Ya udah cepet, masuk mobil gue." Lila membuka mulutnya lebar-lebar. Magenta langsung masuk dalam mobil Navi. Ada apa dengan dia? Padahal, biasanya juga mereka berdua berantem. Lila mendesah pasrah, dia pun terpaksa untuk memasuki mobil Navi dan duduk di kursi belakang. Gadis itu mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk, lalu mengenakan jaket bomber milik Navi. Suara pesan masuk dari ponselnya, membuat Lila bergerak cepat untuk mengecek pesan itu. Anonymous You get a punishment! Kamu dapat 30 poin untuk aku tangkap. Jika kamu mendapatkan 70 poin lagi, kamu akan bertemu dengan aku. I will kill you. Napas Lila mendadak sesak. Keringat dinginnya mengalir deras pada pelipis. Mau tidak percaya dengan Anonymous, tapi apa yang barusan terjadi adalah bukti nyata dari game itu. Sebetulnya, siapa Anonymous? Mengapa dia muncul dan membuat game yang tidak beradab seperti ini? "Lila ... lo kenapa?" Magenta yang duduk di samping Lila langsung peka dengan gerak-gerik gadis itu yang aneh. "La, ada gue, jangan takut." Boleh dibilang, Magenta adalah sosok paling peka. Tangan Lila gemetar, dia menyerahkan ponselnya kepada Magenta. Magenta mendelik tajam pada setiap chat yang ia baca. Kurang ajar, berani-beraninya ada yang mau mencelakai Lila?! "Lo nggak tau ini siapa, La?" "Enggak, Ta. Gue dapet tadi malem. Awalnya gue pikir itu spam. Tapi tadi beneran terjadi. Misi level 1 gue dapet di sticky notes. Tiba-tiba aja muncul di cermin kamar gue." "Apa? Siapa?" tanya Navi penasaran. "Bentar, ada misi lagi dari dia." Magenta mulai membaca pesan dari Anonymous itu. Anonymous You accept to continue this game! Level two! Mission Hindari menapak pada alas bersudut. Gift Kamu akan mendapat 20 poin untuk menjauh dariku. Side effect Mungkin kepalamu bisa terluka. Punishment Jika kamu gagal, kamu akan mendapat 50 poin untuk aku tangkap. Play or i will kill you? Lila mengerutkan keningnya. Dia mencoba berpikir tentang misi selanjutnya ini. "Alas bersudut? Apaan, sih?!" Gadis itu mengacak rambutnya frustasi. Mau tidak percaya lagi, namun kejadian tadi saja sudah menjadi bukti. "Argh, gue juga nggak mudeng juga nih. Gimana, ya, La?" Magenta ikut bingung. "Itu apa? Gue tau jawabannya," celetuk Navi masih fokus untuk menyetir. Lila melirik ke arah Magenta seperti meminta saran pada cowok itu untuk memberitahukan soal Anonymous pada Navi. Gadis itu menarik napas pelan. "Itu misi. Game dari Anonymous, dia bilang mau nangkep dan bunuh gue kalo gue dapet poin hukuman," ungkap Lila. Mata Navi membelalak dia tidak terima ada orang yang berbuat seperti itu kepada Lila. "Gue bakal bantu lo. Lo nggak usah nolak," tegasnya. "Jawaban alas bersudut itu anak tangga. Artinya, lo jangan jalan lewat anak tangga." "Lah, kalo nggak lewat situ, gimana gue masuk kelasnya?" "Gampang. Kan Sky Blue punya lift." Baik Lila maupun Magenta terbisu. Mereka mengerutuki kebodohan sendiri dan lupa bahwa yang sedang bersama mereka adalah siswa yang cerdas. Mobil Navi mulai memasuki area parkir SMA Sky Blue. Mereka bertiga turun, dengan Navi dan Magenta yang terus berada di samping Lila. Mungkin jika orang-orang melihat, Lila yang seperti kegatelan. Tapi faktanya, gadis itu sendiri yang terus ditempeli dua cowok famous di SMA Sky Blue. Begitu memasuki lift, suasana mendadak canggung. Hening tanpa obrolan. Lila menghela napas lega saat lift akhirnya sampai di lantai barisan kelas XI. Gadis itu berjalan mendahului Navi dan Magenta. Bukan. Bukan langsung menuju kelas, melainkan pergi ke balkon. Hujan sudah reda, Lila hanya ingin mendapat cahaya matahari untuk mengeringkan seragam sekolahnya. Magenta masih memegangi ponsel Lila. Ada pesan masuk dari Anonymous. Anonymous You get a gift! Kamu dapat 20 poin untuk menjauh dariku. Good game! Let's play the final level! Magenta berhenti melangkah. Dia terlalu gugup membaca pesan untuk level selanjutnya. Sedangkan Navi yang ada di sampingnya juga diam-diam mengintip pesan itu. Anonymous You accept the final game! Level Three! Mission Jangan berada di area di ambang angin. Beralas namun tak beratap. Gift Kamu akan mendapat 30 poin untuk menjauh dariku. Side effect I hope you die Punishment Jika kamu gagal, kamu akan mendapat 70 poin untuk aku tangkap. "Balkon." Magenta menoleh kepada Navi yang terlalu cepat berpikir tentang misi terakhir. Cowok itu mengedarkan pandangannya di sekitar lantai kelas XI. Matanya mendelik tajam ketika melihat Lila sudah berdiri di area balkon. "Lila! Lo jangan di situ!" teriaknya berlarian menghampiri Lila. Lila menoleh ke suara yang memanggilnya. Namun, tiba-tiba saja ada segerombolan siswa datang bersamaan ke area balkon. Mereka berdesak-desakan, membuat Lila mundur dan sekarang berada tepat di pembatas balkon. Tubuhnya yang kecil, membuatnya susah untuk bertahan pada desakan siswi itu. "Lila!!" pekik Magenta manyaksikan sendiri Lila jatuh dari balkon itu. "Minggir lo semua! Kalo mau main tik tok jangan di sini!" Gerombolan para siswi itu seketika bubar. Mereka tidak jadi untuk membuat video tik tok. Magenta berlari, dia melihat tangan Lila masih memegangi pembatas balkon. "Magenta! Tolongin gue, gue nggak mau mati!" seru Lila menutup matanya rapat-rapat. Dia terlalu takut untuk meliat ke bawah. "Lila, lo tenang dulu." Magenta segera memegang lengan Lila. Dia menarik gadis itu pelan-pelan. Setelah berhasil diselamatkan, Lila segera memeluk Magenta dengan erat. Rasa takutnya masih mengganggu gadis itu. Bagaimana jika Lila tidak berpegangan? Bagaimana jika dia langsung jatuh? Lila takut dengan hal itu. "Udah, nggak papa. Lo selamat Lila, lo tenang, ya?" Navi yang hendak mendekat, seketika membeku di tempat. Rasa cemburunya meningkat, namun dia tahu dia tak mempunyai hak. "Andai gue masih punya bluphobia, gue bisa cari tahu dengan mudah siapa Anonymous itu," ucap Navi dalam hati. Suara notifikasi di handphone Lila, menginterupsi Lila dan Magenta. Magenta melepaskan pelukannya, dia mengambil ponsel Lila yang ada di saku seragam sekolah. Anonymous You get a punishment! Kamu dapat 70 poin untuk aku tangkap. Total poin hukuman : 100 See you tonight. "Nggak. Gue nggak mau pergi!" "Lo tenang aja, La. Biar gue yang--" "Mau pergi atau sembunyi, dia bakal neror lo terus. Kita harus selesein malam ini. Lo bukan cewek penakut, jadi nggak usah takut. Gue bakal bantu," pungkas Navi memotong ucapan Magenta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD