"Seperti duri pada mawar, seperti itu aku menjagamu. Nyata adanya, namun tak dapat dilirik olehmu sedikit pun."
***
Lila mengeringkan rambutnya yang basah menggunkan hair dryer. Duduk di depan meja rias, dia tak jeda menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Dirinya sekarang terlihat rapi dengan balutan piyama berwarna peach.
"Gue bisa ngomong di dalam hati? Tapi, kok bisa? Apa tiba-tiba bisa atau, karena faktor apa?"
Lila menekuk mukanya, dia tak memperoleh jawaban apapun jika hanya melihat pantulan diri alam cermin. Dia terus memikirkan teori warna biru Navi yang hilang karenanya. Atau ... dia bisa berbicara dalam hati seperti manusia normal karena Navi? Memusingkan!
Gadis itu lantas berkutik dengan handphone-nya begitu dia mendapatkan banyak notifikasi pesan masuk secara bersamaan yang membuat dia sedikit terusik.
Magenta
Lo lagi ngapain?
Crazy Frienship
Ruby : Besok kita skip kelasnya Pak Sanip. Masih dendam dia sama kita.
Kulkas Gulali
Lila
Anonymous
Hello Lila
Lila bingung harus membalas pesan mana dahulu. Tapi, dia akhirnya mulai mengetik balasan untuk pesan dari Magenta. Setelah terkirim, dia beralih ke pesan dari Navi yang ternyata cowok itu sedang online. Grup yang sedang ramai ia biarkan dahulu.
Kulkas Gulali
Lila
Mbb
Maaf baru bales? Gpp La
Dih
Mbb
Maaf baru bacot
?
Lo lagi free?
Gue jemput mau?
Mola pengin main sama lo
Gue mau main sama Mola,
Tapi gue males buat ketemu sama lo
La ...
Maaf
Gimana rasanya udah
makan omongan sendiri?
Gimana rasanya kehadiran lo justru nggak diinginkan dari orang yang lo suka?
Gpp La
Gue bisa sabar nunggu lo maafin gue
Nggak papa, lakuin aja yang lo suka
Mau ngejauh dari gue
Mau ngusir gue
Tapi, jangan harap gue bisa gampang nyerah buat dapetin lo
Cuma lo yang berhasil bikin gue jatuh hati La
Lila hanya membaca pesan terakhie dari Navi. Entahlah, semakin Navi mendekatinya, semakin rasa sakit di hati Lila menyerukan suara. Mungkin, karena dia sudah terlalu kecewa dan merasa dipermainkan. Alhasil, Lila tidak dengan mudahnya memberikan maaf kepada Navi.
Gadis itu melanjutkan kegiatan berbalas pesan. Kali ini ada satu pesan dari sosok yang ia tak kenali. Namun anehnya, nomor orang itu tidak tertera dan hanya bertulis Anonymous.
Anonymous
Hello Lila
Sorry, who are you?
I'm your boss
Welcome to the game
You are selected to be one of the players.
Lila mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu apa maksud dari pesan ini. "Bos? Game? Gue terpilih buat jadi salah satu pemain? Ah, cuma spam kali, ya?" tanya gadis itu seorang diri. Dia tidak ingin mengambil pusing, let's the positive brain works!
Lagi.
Anonymous itu kembali mengirimkan pesan kepada Lila. Karena Lila penasaran, dia refleks langsung saja membuka ruang obrolan itu kembali.
Anonymous
The game is so easy
Cath me if you don't want to cathed by me
Good luck and stay alive
Cause, you can die in this game.
Ngaco!
Nggak usah spam pak,
bikin berisik hp gue aja lo
But i don't lie.
This is a real
Have a good game
Telinga Lila berdenging dengan keras. Dia terus memegangi kedua telinganya. Suara dengingan nyaring itu berhasil memecahkan fokus gadis itu. Dia juga menutup matanya karena secara refleks.
Selama 10 detik suara dengingan itu berlangsung. Lila membuka telinga dan matanya bersamaan. Dia menatap ke arah cermin meja riasnya. Hal yang mungkin sedikit aneh membuat Lila menganga kebingungan. Sebuah sticky notes hijau muda menempel pada cermin itu.
You accept to start the game!
Level one!
Mission
Hindari jalanan berlubang, atau jalanan yang sedang hujan.
Gift
Kamu akan mendapat 10 poin untuk menjauh dariku.
Side effect
Mungkin bisa membuatmu terluka parah.
Punishment
Jika kamu gagal, kamu akan mendapat 30 poin untuk aku tangkap
Lagi-lagi Lila dibuat bingung. Bagaimana bisa ada sticky notes itu? Lalu apa sebenarnya permainan yang menerornya kali ini? Apa dia harus percaya? Namun Lila pikir bahwa sepertinya semua itu hanyalah ulah iseng dari seseorang.
***
Lila terbangun dalam keadaan panik pagi ini. Gawat, jam digital di atas meja samping ranjangnya menunjukkan pukul 06.40. Sudah sangat siang dan dia baru bangun tidur? Astaga, dia pasti akan terlambat.
Gadis itu secepat kilat membersihkan dirinya dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Masa bodoh dengan sabuk juga dasi yang belum Lila kenakan. Dia langsung keluar dari kamarnya saat sudah menyisir rambutnya dengan asal.
Lila sedikit mengintip ke luar rumahnya melalui jendela samping ruang makan. Cahaya matahari menyelusup melalui jendela itu. Aman. Berarti benar Anonymous hanyalah seorang yang iseng. Tidak ada hujan yang turun, artinya Lila dapat tenang-tenang saja dan terus berpikir positif.
Setelah sarapan selesai, dirinya meminta restu dari Aster untuk berangkat sekolah. Lantas Lila bergegas keluar dari rumahnya.
Ternyata, Magenta sudah datang untuk menjemput gadis itu. "Kuy, otw, La!" ajak Magenta dibarengi dengan memberikan helm untuk Lila.
Lila menarik napas panjang, harap-harap tidak ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Harap-harap, permainan terkutuk itu bukanlah sebuah realita. Sepanjang perjalanan, Lila tak fokus untuk mengikuti obrolan Magenta. Pikirannya terlalu kalut memikirkan siapa Anonymous itu?
Sial. Hujan mendadak turun di tengah jalan. Bukan hanya gemiris kecil, namun langsung hujan deras. Lila dan Magenta tak sempat untuk memakai mantel. Magenta berniat menepi terlebih dahulu di toko depan. Namun saat hendak ke toko itu, motor Magenta tiba-tiba tidak bisa dikendalikan karena bannya yang tipis itu bersentuhan dengan jalan licin akibat hujan.
Sial lagi. Ada sebuah lubang jalan di depan. Magenta dengan sigap, mencoba untuk menghindari lubang jalan. Namun naasnya, dia kehilangan keseimbangan. Dan akhirnya jatuh tergelincir ke aspal. Tubuh Lila dan Magenta menubruk langsung kerasnya jalan.
"Lo nggak papa, La?" tanya Magenta panik.
Untung saja, hanya terjatuh ringan tanpa menyebabkan luka apapun. Motor vespa milik Magenta juga hanya lecet sedikit. Cowok itu membawa Lila untuk menep dan berteduh di depan toko. Dia lalu memindahkan motornya di halaman toko itu.
Lila bangkit dengan uluran bantuan dari Magenta. Kepalanya terasa berat, gadis itu berusaha berpikir jernih. Jadi, game dari Anonymous benar-benar nyata?
Sebuah mobil berhenti tepat lurus dengan Lila dan Magenta. Orang yang ada di dalam mobil itu keluar, menggunakan payung, dengan sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku hoodie yang ia kenakan. "Bareng gue aja," tawar Navi setibanya di hadapan Lila dan Magenta.
"Nggak. Motor Genta masih bisa dipake," tolak Lila dengan angkuh.
Magenta menunduk lesu, melihat Lila yang basah kuyup karenanya. Dia tidak tega jika nantinya Lila berangkat ke sekolah dengan kondisi terus seperti itu. "Di mobil lo ada handuk? Bawa jaket? Gue pinjem, tapi buat Lila." Cowok itu benar-benar peduli dengan Lila.
"Genta?!" panggil Lila seakan memberi intruksi agar Magenta menarik ucapannya.
"Ada. Nggak perlu lo minta, gue juga bakal kasih langsung ke Lila. Ya udah cepet, masuk mobil gue."
Lila membuka mulutnya lebar-lebar. Magenta langsung masuk dalam mobil Navi. Ada apa dengan dia? Padahal, biasanya juga mereka berdua berantem. Lila mendesah pasrah, dia pun terpaksa untuk memasuki mobil Navi dan duduk di kursi belakang.
Gadis itu mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk, lalu mengenakan jaket bomber milik Navi. Suara pesan masuk dari ponselnya, membuat Lila bergerak cepat untuk mengecek pesan itu.