Fase Blue dan Unblue

1080 Words
- "Aku menyukaimu. Aku mengacuhkan orang yang ada untukku karena aku hanya menyukaimu. Tapi bisakah dirimu membuka hati untukku? Aku merelakan hampir semua hidupku. Bahkan, aku tak bisa berpaling kepada yang lain." - *** "Kok lo ada disini?!" tanya Magenta penuh selidik. Dia sangat terkejut melihat Navi ada di rumah Lila. "Makan, hehehe," jawab Navi polos dengan sedikit kekehan kecilnya. "Nggak usah tanya lagi, gue juga nggak tau dia kenapa. Udah lo duduk aja, makan." Lila berjalan dan kembali duduk di tempatnya tadi. Genta hanya menekuk kepalanya ke samping kiri. Dia merasa aneh terhadap sikap Navi saat ini. Dia memilih duduk disamping cowok itu agar dia dapat mencari tahu kebenarannya. "Lo jangan mainin hati Lila. Atau lo bakal berurusan sama gue! Tinggal milih aja mau dipermaluin di SMA Sky Blue atau gue bikin lo masuk rumah sakit?" ancam Genta berbisik di telinga kanan Navi. "Aaa!!" Jeritan Navi membuat yang lainnya merasa kaget tiba-tiba. "Ih Genta, geli tau! Jangan bisik-bisik!" pekik Navi mengusap kasar telinga kanannya. "Emang siapa yang mau nyakitin hati Lila? Navi nggak mau! Anceman Genta iii serem, Navi takut!" Lila hanya menggelengkan kepalanya. Dia sudah tidak paham lagi dengan tingkah Navi yang seperti ini. Ada apa sebenarnya? Kenapa Navi kayak -- argh Lila sangat bingung. "Kalian berdua mau jaga Lila?" tanya Aster mendadak. Ring ... ring ... Belum juga Navi dan Genta menjawab, ponsel Navi yang disamping kiri piring makannya berbunyi. Mama is calling ... Dengan segera, cowok itu menekan tombol jawab dan membiarkan loud speaker aktif. "Halo, Ma? Ada apa?" "Bang Navi puyang ih, Moya nungguin Abang dari tadi!" Navi mengerutkan dahinya. Dalam sambungan telepon itu ternyata adalah suara adiknya sendiri. "Pulang? Ngapain?" "Kok ngapain? Bang Navi kan kemayin dan biyang mau ... mau ... mau apa ya, Bang Navi? Moya lupa." "Bang Navi juga lupa, Mola. Abang lagi numpang makan dulu, nanti cepet balik kok." "Ish mau ngajarin yang alif ba ta, Bang! Namanya lupa apa." "Oh iya, mau ngajar ngaji! Oke Abang mau pulang nih." Navi memutuskan panggilan. Dia mulai membereskan tulang-tulang ayam bekas dia tadi. "Tante, Lila, Navi mau pamit ya, udah ditungguin adik Navi." Aster yang sudah selesai makan, dia mengguk pelan. "Iya, tapi cuci tangan dulu." "Nggak usah Tante, dirumah aja." "Jorok amat lo!" sarkas Magenta. "Nggak papa, yang penting Navi tetep ganteng," balas Navi percaya diri. "Hati-hati ya, Navi," ucap Lila sembari tersenyum. "Iya, Lila. Assalamualaikum." "Wa'alaikumsalam," jawab ketiga orang di meja makan. Navi bergegas menuju mobilnya di depan rumah Lila. Efek biru itu masih melekat kuat pada dirinya. Terlebih tadi Lila mengenakan kaos warna biru, bukan? Ah, pasti lama untuk Navi kembali kedalam diri sebenarnya. Mobilnya motihnya berlaju dengan kekuatan sedang. Kata Navi dalam fase ini, cowok ganteng nggak perlu kebut-kebutan. Intinya safety first. Dia tidak menyangka saja, ternyata ini sudah menjelang maghrib. Dari pulang sekolah dia ke rumah Lila tandanya dia di rumah gadis itu cukup lama. Ya, bayangkan saja jika Navi unblue yang berkunjung. Pasti baru masuk rumah satu menit lalu langsung pamit. Cowok itu memasukan mobilnya ke garasi. Tangannya melempar-lempar kunci mobil, menggunakannya seperti main. Pintu rumahnya dibuka, dia main menyelonong masuk tanpa salam atau sapa. Lantaran langsung masuk menuju ruang keluarga. Dia melihat adik kecilnya rupanya dia sudah tertidur pulas di sofa depan televisi. Padahal, Mola sudah mengenakan baju koko dan peci kecil dikepalanya. "Ma, kok Mola udah tidur?" tanya Navi memasuki dapur. "Kecapean mungkin, makanya bisa gampang tidur," jawab Dahlia. Rupanya dia sedang mencuci piring di dapur. "Kalo Papa? Belum pulang?" "Belum, Navi. Kamu langsung ke atas aja, ya? Apa mau makan?" tawar wanita umur 39 tahun itu. "Nggak usah Ma, Navi udah makan di rumah temen tadi. Navi langsung ke atas aja ya, mau bersih-bersih,"ujar Navi dibalas anggukan pelan oleh Dahlia. Cowok itu berlari riang menuju kamarnya, loncat kesana loncat kesini. Sampai lupa adiknya yang sudah tidur. *** Begitu semua makanan habis di meja, Lila langsung pergi ke manarnya tanpa permisi. Padahal, Genta masih ada disana. Cowok itu hanya menunduk, menunjukkan senyum kecut di bibirnya. Lila memang susah untuk dia dekati. Mau sekeras apapun dia berusaha, hasilnya akan tetap sama. Tidak mungkin dia akan berhasil mendapatkan hati Lila. "Genta, maafin Lila ya." "Buat apa Tante?" "Tante tau kamu suka sama dia, tapi ya begitulah anaknya. Maafin Lila ya." Magenta menggeleng. "Lila nggak salah Tante, Genta sayang Lila itu tulus. Mau dia sayang Genta atau engga, Genta tetap sayang sama dia, Tante." "Genta bantuin Tante beresin piring, ya." Aster hanya mengangguk, dari ucapan Magenta Rauland dia mendapati ketulusan dari anak itu. Aster bisa merasakan bagaimana pedihnya menjadi Genta yang hanya dianggap sebatas teman. Setelah membantu Aster membereskan piring, Genta lantas berpamitan dan bergegas untuk pulang. Berharap hari esok lebih baik, berharap hari esok Lila juga menyukainya. Tapi jelas itu hal yang mustahil. *** Navi membuka matanya perlahan. Sepertinya semalam dia ketiduran. Ini pukul tiga pagi. Dia bahkan belum belajar dan mengerjakan tugas. Buku-bukunya belum dibereskan. Seingat dia, tadi malam dia baru mandi lalu berbaring di kasur. Oh tidak, Navi sungguh ketiduran. Cowok itu dengan cepat menuju meja belajarnya. Mengecek jadwal pelajaran besok dan juga bersiap mengerjakan tugas Bahasa Inggrisnya. Tapi tunggu, pergerakannya terhenti karena otaknya memikirkan sesuatu yang janggal. Dia mencoba mengingat-ingat sebenarnya apa yang telah dia lalukan kemarin. "Astaga, gue di rumah Permen Karet bilang apa aja kemarin? Gue candu sama dia? Jadi guru les privat dia? Mati gue!" gerutu Navi mengacak-acak rambutnya. "Gue pasti udah gila!" "Argh! Kenapa si fase blue bikin gue nggak sadar sama omongan gue sendiri?!" "Tunggu, bukannya gue kemarin lama banget ya liat warna biru? Satu jam, sekitar 360 detik. Kalo dikali 15 menit, artinya 90 jam efek samping yang bakal gue alami. Tapi, kenapa sekarang gue sadar?" "Argg pusing gue! Teori biru terkutuk!" Navi membuka buku notes warna coklat miliknya. Memulai menulis sesuatu. Teori Bluephobia Ada 2 fase yang gue alami : 1. Fase Unblue Fase ini saat gue nggak liat warna biru dan menjadi diri gue sebenarnya. 2. Fase Blue Fase ini saat gue udah liat warna biru. Intinya fase ini merupakan fase efek gue setelah melihat warna biadab itu. 3. Memudarnya fase blue 1 detik gue liat, 3 detik loading, 15 menit efeknya. Jika lebih dari 1 detik dan mungkin sampai 1 jam lebih, bakal ilang. Dugaan : ilang karena gue tertidur. Notes : 1. Cari tahu kebenaran kenapa fase blue bisa ilang. 2. Cari tau kenapa gue bisa denger suara hati seseorang lebih dari 50 meter. Navi mengacak rambutnya sendiri karena frustasi. "Gila gue gila! Udah lah mau sepertiga malam dulu aja! Bye teori laknat!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD