39. Jawaban Tugas Spesial

1116 Words
Bu Roro memasuki kelas. Seperti biasa, dia dan siswanya saling bertegur sapa. Lantas, para siswa menyiapkan speaker kecil untuk memutar lagunya. Dimulai dari kelompok 1, 2, 3, dan seterusnya. Lila memainkan jemarinya sendiri. Ditekuk ke luar, ditekuk ke dalam, sampai tulang-tulang dia berbunyi. Berdiri di samping Magenta pada barisan depan. Mereka berdua akan tampil setelah ini. "Santuy aja, Mbak. Lo tuh nari mau penilaian bukan mau nikahan," goda Magenta menyikut lengan Lila. Lila menyeka keringatnya di dahi. Dia sangat gugup. "Kalo gue salah gerakan, kita nggak bisa dong, jadi yang paling bagus, Ta?" Dia mengetuk-ngetukkan kakinya secara teratur. "Nggak masalah. Makanya jangan aggap ini penilaian. Anggep aja, lo lagi nari seorang diri. Cuma ngisi gabut." Magenta bersender pada dinding di belakangnya. Dia sudah bosan menunggu gilirannya maju. Lila memegangi perutnya yang masih lapar. "Gue aja tadi nggak jadi makan, bisa nggak, ya? Magenta menepuk jidatnya. "Ya ampun. Stop overthinking, Lila. Gue yakin lo pasti bisa, kok." Cowok memberi kode kepada Lila untuk maju, karena ini adalah waktu mereka untuk penilaian. Musik diputar, mereka berdua mulai bergerak maju mundur. Serasi. Lila mengulas senyumnya karena kali ini dia dapat tampil percaya diri karena tarian dia dan Magenta begitu kompak. Bahkan siswa lain dan Bu Roro bertepuk tangan kepada mereka. Semua kelompok sudah maju. Bu Roro mengamati daftar nilai yang tadi ia buat. "Ada dua kelompok yang menurut saya sangat bagus dalam membawakan tarian ini. Mereka adalah Lila dan Magenta, serta Jingga dan Navi." Lila membelalak tidak sia-sia tadi malam ia begadang untung latihan. Gadis itu menutup mulutnya sendiri, menahan untuk tidak berteriak. Namun, entah siapa nanti yang akan dipilih Bu Roro untuk event besok malam. "Saya sudah membuat keputusan, yang akan tampil dalam Light Skylerz adalah kelompok Lila dan Magenta." Tidak. Lila tidak bisa lagi menahan rasa kegembiraannya. Dia meloncat kegirangan sambil berteriak dengan nyaring. "Wahh gila ini, Ta. Kita bisa tampil!" Dia tidak bisa memudarkan senyum sedikit pun. Senyuman Lila menular pada Magenta. Cowok itu begitu senang melihat Lila seperti ini. "Lo suka banget, La?" Magenta tak hentinya mengamati Lila, gadis yang paling ia sayangi. "Banget, ngisi pensi adalah salat satu wishlist gue!"seru Lila berhenti melompat. "Gue juga bahagia. Gue bahagia liat lo senyum kayak gini dan itu semua karena kerja keras kita, La. Bukan karena orang lain." *** "Navi." Pandangan Navi mengitari taman sekolah. Mendengar ada yang menyebutnya di dalam hati. Menengar seorang gadis yang akhir-akhir ini mengisi harinya. "Navi." Lagi. Navi dapat mendengar suara itu dengan jelas. Pelik sekali, bukannya Lila tidak bisa berbicara dengan hati? Mengapa kali ini gadis itu menyebut nama Navi di hatinya? Sepertinya ada yang tidak beres. "Navi." Navi berdecak. Dia merasa berisik dengan pendengarannya yang terus menyerukan nama cowok itu. Dia tak tahan, lantas segera menyusuri taman. Karena dia bukan di fase blue, artinya sumber suara hari yang ia dengan berjarak tidak jauh dari dirinya. "Navi." Ketemu. Navi menemukan Lila tengah duduk seorang diri di bawah pohon akasia. Gadis itu sembari menyetel chill songs yang sangat enak didengar. Memegang notes book bergambar Stich. Bersenandung mengikuti irama musik. Tunggu. Notes book bergambar Stich itu berwarna biru. Namun Navi sudah terlanjur melihatnya selama 2 detik tadi. "s**l, fase blue gue mau dimulai!" gerutunya dalam hati. "Lila!" teriak Navi menghampiri Lila. "Lila kok sendirian? Navi temenin, ya?" Lila mengiyakan, dia memberi aba-aba agar Navi duduk di sampingnya. "Navi, gue mau tanya, boleh? Tentang tugas itu ... gue belum nemu jawabannya." Camilan makaroni rasa tiramisu, menarik perhatian Navi. Dia mencomot makaroni itu tanpa ragu. "Navi mau, ya? Em ... masa belum nemu? Padahal, Navi bakal tanyain besok malem." Dia mulai mencemili makaroni Lila. "Lah besok? Gue harus tanya ke siapa, dong? Ruby nggak mau njawab. Kata dia gue harus nyari tahu sendiri." "Iya, Lila harus cari tahu sendiri. Makaroninya buat Navi, ya? Navi pergi dulu." Navi beranjak, dia memegang erat box kecil isi makaroni. Cowok itu bergegas pulang karena harus menjaga mama dan adinya. Lila terdiam. Dia putus asa rasanya. Bagaimana ini? Lila belum menemukan jawaban. Dia harus memakai otak siapa? Masa iya dia pergi ke dukun? Masa iya dia meminjam mesin waktu doraemon untuk bertemu dengan ahli kimia dahulu? Ash, Lila frustasi! "Magenta!" Memang Magenta benar-benar kartu AS. Baru saja Lila butuh seseorang untuk mengajarinya, dia melihat Magenta yang berjalan santai di samping taman. "Sini, woy!" seru Lila. "Apa? Mau minta ditemenin?" tanya Magenta setah sampai di samping Lila. "Genta, lo tahu kan, jawaban dari tugas Navi? Bantuin gue mau?" Magenta berpikir keras. Haruskan dia membantu Lila? Membaca soal itu saja membuatnya terbakar rasa cemburu. Masa iya dia harus .... ah tidak! Magenta susah sekali untuk membuat keputusan. "Gue kasih caranya. Lo yang cari jawaban itu sendiri." Lila mengerucutkan bibirnya. "Cuma caranya? Kalo gue nggak bisa gimana?" Magenta melepaskan dasinya. Mumpung sudah sore dan tinggal pulang. "Itu soal gampang, Marimar. Lo tinggal cari lambang dari unsur-unsur yang ada di tulisan itu. Lalu digabungin." Lila memanggut-manggut dia paham sekarang. Rupanya hanya seperti itu? Ah, itu gampang. Gampang tinggal mencari di google. "Makasih banyak, Ta. Gue cabut duluan!" Lila melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia tak sabar untuk mengerjakan soal itu malam ini. Dijemput oleh Aster, Lila tak bisa langsung sampai di rumahnya. Dia menemani mamanya dulu untuk pergi ke super market guna membeli belanja bulanan. Setelah itu ke rumah makan. Ya, sore ini adalah quality time Lila bersama mamanya. Salah satu cara untuk mengeratkan hubungan dengan seseorang adalah dengan menjalani quality time. Baik untuk yang sedang bermasalah, maupun untuk yang baisa-biasa saja, namun quality time memang sangat penting. Dengan itu, suatu hubungan akan lebih terasa menghangat. Selesai. Mereka berdua telah menyelesaian list kegiatan quality time. Lila sudah terbiasa dengan keterlambatan pulang ke rumah karena pergi dengan mamanya. Gadis itu langsung pergi ke kamar untuk bersih-bersih. Seperti tekadnya kemarin malam untuk berubah, Lila sekarang tidak malas untuk mandi, untuk menaruh barang sesuai tempatnya, dia juga sempat menyapu kamarnya tadi. Setelah semua selesai, gadis itu duduk di depan meja belajar. Meja yang jarang ia gunakan sesuai fungsinya, kini ia gunakan dengan baik. Lila mulai membuka kertas yang pernah Navi berikan. Karena mengenakan kaos tipis berwarna aqua, Lila tak perlu menyalakan ac untuk membuatnya sejuk. Dia hanya butuh sedikit membuka jendela kamarnya agar oksigen luar masuk. "Yodium livermorium uranium litium lantanum. Oke, gue harus cari lambang unsurnya!" Lila membuka buku pintar kimia untuk mencari lambang itu. "Yodium itu I, terus livermorium itu Lv, uranium U, litium Li, lantanum La," ujarnya setelah menemukan lambar unsur-unsur itu. "Aduh, bentar. Gue lupa huruf apa aja tadi. Gue catet, ah!" Lila tak bisa berhenti mengoceh sendiri. Bagaimana pun, dia memiliki hal spesial pada dirinya. Lila menulis jawaban dari tugas Navi di lembar yang sama dengan soal. "I Lv U LiLa."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD