45. Pilih Navi atau Magenta?

1055 Words
"Mengapa sebagian orang terlalu munafik pada perasaannya sendiri?" *** "Maaf ya, Lila sering ngerepotin di rumah kamu. Ya dia begitu lah, nggak bisa jaga image," ungkap Aster membuka tutup toples yang berisi biskuit. "Ah, enggak, kok. Justru aku suka kalo anak kamu main ke rumah. Jarang loh, ada teman Navi yang main." Dahlia meneguk teh hangat buatan Aster yang tergelak di hadapannya tadi. Aster terkejut, ucapan Dahlia berbanting terbalik dengan apa yang selama ini ia pikirkan . "Oh iya? Aku kira udah banyak yang dibawa ke rumah, aku kira Navi sudah punya pacar." "Aduh, Navi belum pernah pacaran." Demi apapun, Navi ingin menghentikan mamanya berbicara tentang dia. Cowok itu benar-benar malu, sampai sedikit mencuatkan rona merah pada pipinya. Namun, melihat mamanya yang kembali tertawa sekarang setelah tadi terus melamun karena perceraian, membuat hati Navi menjadi tenang. "Nanti makan malam dulu, di sini. Aku mau buatin ayam panggang yang Navi suka," pinta Aster sangat antusias. "Kalo gitu, aku mau buatin Lila jus mangga kesukaannya, ya," balas Dahlia lalu tertawa renyah. Aster juga ikut tertawa, dia jarang sekali bertemu dengan orang yang dapat satu frekuensi dengannya. "Wah, apa kita akan jadi besan, Mbak?" guraunya. "Boleh, aku cocok sama anak gadis kamu soalnya. "Ma ... " panggil Navi dan Lila bersamaan kepada mamanya masing-masing. Kenapa harus bareng sama Navi, sih?! Kenapa Lila ngucap yang sama, sih?! Aster dan Dahlia tertawa bersamaan. Mereka berdua merasa gams dengan anak mereka. "Kalian lagi berantem? Kok dari tadi nggak ngobrol?" tanya Dahlia penasaran, tetapi tak mendapat jawaban sama sekal dari Navi dan Lila. "Udah, Mbak. Kayaknya mereka berdua butuh waktu buat ngobrol. Kita ke dapur aja, yuk, masak bareng." Aster berdiri, dia mengajak Dahlia untuk ke dapurnya, dan untung saja Dahlia langsung setuju dengan ajakan wanita itu. Bahkan, Mola juga ikut mengekori mamanya ke dapur. Ruang tamu Lila kali ini terasa sangat panas. Suasa mencengkeram tiba-tiba menghampiri ketika di ruangan itu hanya ada Navi dan Lila. Mereka berdua saling meloloskan tatapan sengit. Tatapan lambang permusuhan. "Ngapa lo liatin gue?! Lila menganga lebar. Navi terlampau percaya diri. "Gue nggak ngeliatin lo, ya. Amit-amit! Lo tuh yang ngeliatin gue!" "Emang kenapa? Nggak boleh? Diliatin bentar doang langsung baper!" "Enak aja! Inget, ya, Kulkas Gulali, gue itu udah benci sama lo! Ben-ci!" Tok ... tok ... tok .... Suara ketikan pintu dari luar, membuat perdebatan Navi dan Lila terhenti. "Lila!" Lila mengulas senyuman cantiknya. Dia bergegas membuka pintu rumah begitu mendengar suara yang ia kenal memanggilnya dari luar. "Masuk, Ta." Magenta menampilkan eyes smile paling manisnya, dia masuk dalam rumah Lila sembari menenteng satu bungkus besar berisi baso bakar. Dia melirik tidak suka ke arah Navi yang tengah duduk santai. "Dah, lo emang paling the best! Makasih loh, Ta." Lila langsung mengembat bungkusan bakso bakar itu meski Magenta belum memberikan kepadanya. Dia dengan cepat menikmati makanan yang ia sukai. Suasana menjadi canggung. Navi tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun kepada Lila. Dia teringat betul bagaimana Lila menyantap bakso bakar di taman waktu itu. Sangat menggemaskan. "Lila, jangan dihabisin semua ih, gue kan juga mau!" protes Magenta melihat bakso bakar yang tadi ia bawa 15 tusuk, sekarang hanya tinggal 5 tusuk. "Lo mau?" tawar Lila. "Aa buka mulut lo." Lila menyuapi Magenta dengan pelan. Dia sangat nyaman saat ini. Sepertinya, gadis itu akan membuka hati untuk Magenta. Ada rasa mengganjal di hati Navi saat melihat kedekatan Lila dengan cowok lain. Jujur, kali ini dia merindukan Lila yang begitu ceria saat berhadapan dengannya. Tapi sekarang, Lila justru menatap sini dan penuh kebencian kepada Navi. Navi memegangi dadanya sendiri. Baru kali ini, hatinya begitu terasa remuk. Terkutuk untuk masing-masing persepsi akal dan hatinya. Dia tidak mau mengelak lagi. Dia cemburu saat ini. Cowok itu berdiri, dia menghampiri Lila dan merebut bungkusan bakso bakar yang masih tersisa 3 tusuk. Dengan anehnya, dia membabat habis bakso itu tanpa peduli terhadap tatapan bingung Lila dan Magenta. "Ayo keluar." Navi menarik tangan Lila secara paksa, dia membawa gadis itu ke luar dari rumah tanpa izin. Begitu sampai di kebun bunga milik Lila, Lila melepas secara brutal genggaman tangan Navi. "Apa? Apa lagi, sih?!" tanya Lila emosi. Navi tidak bisa membohongi dirinya lagi. Dia sudah takin dengan semua hal yang ia rasakan. "Gue suka sama lo. Kasih gue kesempatan kedua." Lila terbatuk beberapa saat. Tunggu. Apa dia salah dengar? "Gue nggak percaya lagi sama lo. Kesempatan kedua? Ngimpi!" Bagai m******t ludah sendiri, Navi merasakan semua hal yang ia lakukan ke Lila dulu, sekarang justru hal itu dilakukan Lila kepadanya. "Lo masih suka sama gue? Gue akui, gue cemburu liat lo sama Genta. Karena gue suka sama lo," ungkapnya langsung pada bagian inti. Lila tidak membalas tatapan Navi. Dia malah sibuk memandang bunga mawar ungu yang sudah mekar. "Lo pikir gue b**o? Baru aja kemarin lo bilang lo cuman manfaatin gue. Baru aja kemarin lo nyakitin gue segala 100%, dan sekarang lo ngomong kalo lo suka sama gue? Sorry, Nav, hati seseorang nggak sebercanda itu!" "Lila Rosetta. Kali ini gue ngomong dengan berjuta persen kejujuran bahwa gue suka sama lo. Gue minta maaf udah bikin lo sakit hati kemarin." Lila tak merespon. Dia justru menyambut kedatangan Magenta di antara dirinya dan Navi. Gadis itu menarik napas panjang. Dia sekali lagi meyakinkan keputusannya. "Hati yang udah sakit parah, bakal susah buat disembuhin. Semua perkataan lo kemarin udah bikin hati gue mati. Mati buat suka sama lo!" tegas Lila jujur dari dalam hatinya. "La, lo lagi bahas apa sama Navi?" tanya Magenta merasa bingung. "Dia bilang, dia suka sama gue. Plin-plan banget ya jadi cowok." Navi mendengkus kesal. Dia tidak menggunakan kesabarannya. "Sekarang gue tanya sama lo. Kasih gue kesempatan, atau lo mau sama Magenta?" "Apa-apaam sih, lo tanya kayak gitu!" sergah Magenta. Navi menatap lekat, pada manik milik Lila. "Jawab, La!" Lila belum mengeluarkan suara. Hati dan pikirannya sangat gundah, dia ingin berteriak kencang saat ini. Gadis itu memberanikan diri, dia hendak menyuarakan hatinya. "Gue pilih sama Magenta. Gue mau nyoba buka hati buat dia. Karena gue udah benci banget sama lo, Nav!" Lila membawa Magenta untuk pergi dari hadapan Navi. Navi menunduk lesu. Dadanya begitu sesak , dia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya. Untuk pertama kalinya, dia merasa tertolak. Untuk pertama kalinya, hati ia tersayat karena orang gadis, dan untuk pertama kalinya juga, dia mencintai seseorang. Hidup mudah sekali membolak-balikkan keadaan. Dahulu Lila yang Navi benci, sekarang giliran Navi yang Lila benci.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD