Bagian 3

1521 Words
BAGIAN 3 "Keyla?" Mendengar namanya disebut Keyla menolehkan kepalanya, netranya mendapati Farhan yang duduk di bangku Fahira, gadis itu sedang keluar untuk mencari Makan siang. "Iya Han, ada apa?" Tanyanya lembut, Farhan diam matanya seakan enggan untuk berkedip kala menatap wajah cantik yang ada dihadapannya. "Woy! kembaran yang enggak gue harapkan, ngapain natap Keyla kayak gitu? Ingat woy zina mata!" Farhan terkejut, matanya berkedip beberapa kali kemudian menatap sang adik dengan tatapan kesal. Sedangkan Keyla, dia tertawa kecil melihat dua bersaudara itu. "Minggir-minggir gue mau makan, kembali ke neraka sono, asal Lo kan dari sono." Fahira menarik baju Farhan dengan paksa agar laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya. Farhan berdiri kemudian menjitak kepala adiknya dengan pelan. "Kalau Gue asalnya dari neraka, berarti gue setan Dong." Fahira menjawab dengan tangan yang masih mengelus keningnya, " iya lah, Lo kan memang setan." "Kalau gue setan berarti lo juga setan, kita kembar." Farhan menekankan jari telunjuknya ke kening Fahira dan mendorongnya pelan, membuat kepala Fahira terdorong kebelakang. "Kalau b**o jangan dipelihara, b**o kok permanen." Fahira diam sejenak mencerna setiap kata dari Farhan, jangan heran Fahira memang sedikit lemot orangnya. "Abang!" Keyla dan beberapa teman yang masih didalam kelas menutup telinganya, teriakan Fahira benar-benar bisa memekakkan telinga. "Dasar Abang ngeselin, Gue enggak nyangka kalau dulu Gue pernah berbagi rahim sama syaiton nirojim kayak Lo." Keyla Terkekeh mendengar Omelan sahabatnya. "Sabar Ra, gitu-gitu dia Kakak kamu lho," jelasnya, Fahira menatap Keyla dengan wajah yang ditekuk. "Daripada ngurus tuh anak, mendingan kita makan. Yuk Key makan, aku udah beliin makanan buat kamu." Jangan heran jika Fahira menggunakan tutur kata lembut jika bersama Keyla, entah dorongan darimana dia menggunakan kata aku-kamu, namun saat dia mencoba untuk berbicara lo-gue dengan Keyla ada sesuatu yang aneh, jadi dia memilih untuk menggunakan aku-kamu. "Enggak usah repot-repot Ra, kamu hampir setiap hari beliin makanan untuk aku, aku jadi enggak enak sama kamu." Fahira mendudukkan dirinya di samping Keyla, tangannya merangkul pundak Keyla akrab, mengelus bahu lemah itu dengan lembut. "Kamu enggak boleh ngomong kayak gitu. Aku udah menganggap kamu sebagai saudara aku sendiri, jadi enggak usah sungkan. Kalau semisal kamu perlu sesuatu, kamu bilang saja, aku akan bantu kok." Keyla terenyuh mendengar penuturan sahabatnya, setetes embun jatuh dari pelupuk matanya. Namun, dengan segera Fahira menghapusnya. "Terima kasih." Fahira mengangguk. Dia membuka bungkusan makanan dan menyerahkannya kepada Keyla. "Makan yang banyak, biar cepat gede, masa sedari kelas sepuluh aku kenal kamu badannya enggak ada seksi-seksi nya." Keyla terkekeh mendengar ejekan dari sahabatnya, sungguh beruntung dia memiliki sahabat seperti Fahira, dulu saat masuk disekolah ini dia takut jika diejek karena bukan orang yang mampu, namun prasangkannya itu salah, teman-temannya begitu baik, walau ada yang tidak suka, tetapi Keyla tidak ambil pusing. Karena memang kehidupan, ada yang suka dan ada yang tidak suka. **** Keyla mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru masjid yang ada di sekolahnya. Jam hampir mendekati waktu dhuhur, namun masjid besar nan indah itu tak menunjukkan tanda-tanda akan ramai akan siswa yang ingin menunaikan ibadah. Keyla menghela nafas, mayoritas yang bersekolah disini adalah umat muslim namun, dapat dilihat sekarang, masjid sangat sepi, hanya segelintir orang yang selesai berwudhu dan segera duduk menghadap kiblat. Mungkin pendidikan agama kurang diterapkan disekolah ini mengingat sekolah ini bertaraf internasional bukan sekolah pesantren. Tetapi, menurutnya, harusnya ada inisiatif sendiri untuk melakukan ibadah, karena shalat adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah, tanpa perlu disuruh pun seharusnya mereka sadar jika Allah yang telah memberikan mereka segalanya, sayangnya Keyla tidak bisa mengutarakan pendapatnya itu dia takut dianggap pencitraan hanya untuk mendapatkan pujian dan perhatian jika mengutarakan pendapatnya. Keyla melangkahkan kakinya menuju tempat wudhu, setelah selesai berwudhu dia membenahi jilbabnya dan segera masuk kedalam masjid. Suasana tenang lansung menyapa sanubarinya. Sungguh tempat terteduh Adalah masjid, Keyla percaya itu. Dia sangat nyaman berada di rumah Tuhan nya, tempat dia berkeluh kesah dan meminta. Keyla mengambil mukena dan memakainya kemudian duduk menghadap kiblat. Suara adzan menggema, walaupun jarang siswa siswi yang melakukan shalat namun ada beberapa guru yang melaksanakan sholat. Keyla hanyut dalam alunan adzan yang begitu merdu, dia sudah sering mendengar alunan adzan yang begitu merdu itu, Keyla menatap punggung salah satu guru yang sedang mengumandangkan adzan, guru yang dia ketahui mengajar pelajaran kimia di sekolah ini. "Heh!" Keyla mengerjapkan matanya saat seseorang menyadarkan keterpakuannya terhadap guru tersebut. "Eh." Fahira yang sudah mengenakan mukena semakin terlihat cantik dimata Keyla. Fahira terkikik geli saat melihat wajah sahabatnya memerah, dia tahu sahabatnya itu malu karena kepergok memperhatikan guru muda nan tampan itu, siapa yang tidak tahu Revano, biasa dipanggil Pak Revan, laki-laki dengan kulit putih, badan tegap serta wajah tampan membuat semua siswi selalu terpesona jika berpapasan dengannya, namun sayang, Pak Revan tidak pernah menanggapi anak didiknya dengan kata lain Revano tipe orang yang pendiam dan cuek. "Hiyak hiyak sahabatnya Fahira kayaknya lagi jatuh cinta nih, sedari tadi enggak sadar kalau sahabatnya yang cantik jelita ada di sebelahnya," ucapnya heboh. Keyla semakin malu di buatnya, dia menutup wajahnya dengan tangan dan menggelengkan kepalanya tidak jelas, hal itu semakin membuat Fahira tertawa keras jika tidak ingat dirinya berada di Masjid. "Cie.... Keylaku lagi jatuh cinta, no problem, Pak Revan orangnya tampan, dan agamanya pun juga bagus, cocoklah sama Keylaku sayang yang shalihah ini." Fahira menoel lengan Keyla, mencoba menggoda gadis cantik itu. "Fahira ih...," Keyla membuka tangannya dan menatap Fahira dengan wajah memerah malu. "Tuh muka kenapa merah Banget kayak gitu? Kamu alergi ya?" Keyla menggeleng polos, tangannya menangkup wajahnya yang katanya merah. "Yang sedang jatuh cinta mah beda." Keyla menatap deretannya, hanya ada dirinya, Fahira dan entah siapa dia tidak tahu, dia berharap jika gadis itu tidak mendengar apa yang dikatakan Fahira tadi. Keyla mencubit pelan lengan sahabatnya itu karena terus-menerus menggodanya. "Key, jangan dicubit..... tuh udah mulai. Calon imam kamu lagi jadi imam." Lagi-lagi Keyla mencubit lengan Fahira dan membuat Fahira tertawa pelan karena berhasil menggoda sahabatnya. ***** "Apa!" Bentakan dari seorang Juna membuat Vernan menunduk. "Bagaimana bisa dia cinta sama laki-laki lain? itu tidak boleh, dia milikku!" Juna mengepalkan tangannya, rasa cemburu menguasai perasaannya saat ini. Vernan menatap atasannya, dia tidak akan berbicara jika bukan Juna sendiri yang memintanya. "Apa yang bisa membuat dia jatuh cinta kepada pria itu?" Tatapan tajam Juna yang sedari tadi menatap foto yang dibingkai pigura yang tidak lain adalah foto Keyla beralih kepada Vernan. "Seperti yang Tuan ketahuilah, Nona adalah gadis yang memiliki agama yang baik. Menurut pengamatan Saya, Nona jatuh hati kepada laki-laki itu karena laki-laki itu juga memiliki agama yang begitu baik, menurut salah satu mata-mata kita laki-laki itu adalah salah satu guru muda, dan banyak yang menyimpan rasa termasuk nona Keyla," jelasnya. Tangan Juna yang terkepal menggebrak meja, matanya menyorot tajam, murka akan apa yang dikatakan bawahannya. "Apa yang sudah Saya tugaskan tadi sudah beres?" Vernan mengangguk membuat Juna menerbitkan senyumannya, satu langkah lagi Sayang, batinya senang. "Siapkan surat-surat pernikahan, Acara akan digelar hari Minggu. Semua Saya serahkan ke kamu!" Perintahnya tegas. "Iya Tuan, Saya akan mempersiapkannya. Saya permisi, tadi Tuan besar meminta Saya untuk menemuinya." "Dad?" Vernan mengangguk. "Kenapa tiba-tiba Dad memintamu untuk bertemu?" "Saya tidak tahu Tuan, mungkin ada sesuatu tentang Anda yang ingin ditanyakan." Juna menghela nafas, apa yang dikatakan Vernan itu benar, Daddy-nya itu tidak mau bertanya langsung dengannya, mungkin jika bertanya langsung dengannya, Daddy-nya tahu jika dia akan berbohong. "Jangan terlalu jujur dengan Dad, bisa-bisa Saya yang akan diceramahi." Vernan tersenyum. "Saya tidak bisa Tuan, karena Saya sudah berjanji untuk selalu jujur Kepada Tuan besar." Juna berdecak kesal saat melihat bawahannya itu, Vernan memang bawahan Juna, namun, Vernan pun juga menjadi kaki tangan Daddy-nya, karena Vernan adalah utusan sang Daddy untuk menjadi kaki tangan juna, karena mencari seseorang yang jujur dan setia itu sulit. ***** "Key, aku enggak sabar pengen kenal sama Kakak kamu." Keyla yang duduk di bangku belakang mobil tersenyum melihat sahabatnya yang sangat semangat ingin berkenalan dengan kakaknya. "Bang Gue udah cantik belum?" Farhan berdecak kesal, saat adiknya itu memakai bedak di wajahnya yang sudah putih . "Cantikan badut yang ada di sono noh," tunjuk Farhan pada badut keliling yang ada dilampu merah. Fahira mengerucutkan bibirnya kesal. "Dasar, nyesel Gue punyanya kembaran kayak Lo, kalau Gue dulu bisa minta sama Mom dan Dad gue ogah satu rahim sama Lo." Farhan memutar bola matanya malas, kenapa dia punya kembaran yang sangat cerewet seperti Fahira. "Mulut Lo itu isinya gas doang ya? Kalau ngomong enggak ada remnya." Fahira menatap kakaknya sengit, cubitan maut mendarat di lengan Farhan membuat Farhan menjerit kesakitan. "b**o! Sakit tahu!" "Sukurin!" Keyla hanya tertawa kecil saat anak kembar itu adu mulut, hiburan tersendiri baginya saat melihat Farhan dan Fahira bertengkar seperti itu. Tak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah kontrakan milik Keyla. Keyla turun dari mobil dan segera mengajak teman-temannya masuk kedalam rumah. Keyla mengetuk pintu, namun tidak mendapatkan sahutan dari dalam. "Assalamu'alaikum Kak, Keyla pulang!" Lagi-lagi tidak ada sahutan dari dalam, Keyla mencoba membuka pintunya dan ternyata tidak terkunci. "Silakan masuk." Farhan dan Fahira mengangguk, langkah mereka berdua berhenti, sesaat setelah langkah Keyla juga berhenti. Mata Keyla membulat sempurna, rasa panas pada matanya membuat air matanya luruh. Tak percaya akan apa yang dia lihat saat ini, tidak, itu tidak mungkin, jeritnya dalam hati, kepalanya menggeleng dengan tegas, tidak, ini tidak nyata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD