#8 : My Future Mom

1411 Words
"Uhm, maaf pak. Perut saya mendadak sakit. Sepertinya--" "Jangan beralasan tidak jelas hanya untuk menghindar dari masalah, Lily." Gadis bersurai ikal itu pun akhirnya hanya bisa meringis saat Trevor memotong perkataannya dengan nada sedatar talenan bawang. Terus gimana dong ini konsepnya?? Lily baru tahu kalau ternyata pesta pernikahan yang akan dia datangi merupakan kolega dari keluarga besar Bradwell, dimana bukan hanya dihadiri oleh bosnya Trevor Bradwell saja, tapi juga kedua orang tuanya yaitu Regan dan Arabella Bradwell, serta saudara kembar Trevor yang bernama Tristan Bradwell beserta istrinya pula! Sebenarnya Lily tidak ada masalah sama sekali dengan mereka, seandainya saja kelakuan si anak setann Ethan tidak membuatnya sangat malu dengan merekam tarian absurdnya dan menyebarkannya lewat Live i********:! Apalagi tadi Pak Trevor juga sudah bilang, kalau seluruh keluarga Bradwell telah menonton dirinya yang bernyanyi sambil berjoged lagu dangdut karena kalah taruhan. Yang membuat Lily rasanya ingin resign saja jadi penduduk bumi dan memilih pindah tempat tinggal ke black hole sekalian. "Jangan cemas, semua keluargaku bilang kalau mereka sangat menyukai suara dan tarianmu yang... menarik," ucap Trevor sembari menahan senyum dan menggenggam tangan Lily agar gadis itu tidak kabur. Trevor lalu menyeret Lily keluar dari Penthouse-nya menuju lift, yang akan langsung turun di lantai basement dimana mobil lelaki itu terparkir. "Aduh, please pak... saya malu," ungkap Lily sebelum memasuki mobil Aston Martin milik Trevor. "Untuk kali ini saja, saya boleh skip pestanya ya? Saya janji lain kali tidak akan mangkir," pintanya memohon. Seolah-olah sama sekali tak mendengar ucapan Lily, Trevor tetap saja membuka pintu mobil di bagian penumpang untuk Lily. "Masuk," titahnya dengan sorot tak ingin dibantah pada manik biru dari balik lensa kaca mata LV-nya. "Tapi--" "Masuk ke dalam mobil, atau saya cium kamu di sini sekarang juga." Sontak Lily pun mendelik mendengar kalimat tegas namun sungguh tak pantas untuk diucapkan seorang bos kepada stafnya. "Pak Trevor!" Seru Lily dengan wajah yang mulai terlihat kesal. "Memangnya kenapa? Kita juga sudah pernah melakukannya sebelumnya, bukan?" Tutur Trevor sembari mengedikkan bahunya dengan santai seolah tanpa beban. "Ya tapi bukan berarti juga bisa dilakukan dengan seenaknya," balas Lily dengan manik legamnya yang masih mendelik kepada bosnya. "Dan kita juga sudah sepakat untuk tidak akan pernah mengungkit malam itu lagi, pak. Apa bapak lupa??" Cecar gadis itu lagi, seraya menolak perasaan meremang yang tiba-tiba saja datang menyergap hanya karena mengingat kekhilafannya waktu itu bersama bosnya. "Hm. Lalu bagaimana jika saya menolak untuk melupakannya, Lily?" Cetus Trevor tiba-tiba. Satu tangannya yang semula memegang handle, kini malah menutup kembali pintu mobil Aston Martin-nya. Trevor memajukan tubuhnya hingga semakin mendekat kepada Lily, membuat gadis itu pun refleks memundurkan tubuhnya hingga akhirnya punggungnya membentur bodi mobil. Kini jarak tubuh mereka telah kurang dari sejengkal, jarak yang cukup berbahaya bagi dua insan berlainan jenis yang berada di tempat sepi seperti ini. "Pak Trevor, tolong jangan macam-macam... saya nggak akan ragu untuk teriak," ancam Lily dengan wajah yang tertekuk gusar, meskipun yang sebenarnya dia mulai sedikit gemetar melihat kilatan gairah yang terpantul di manik biru bosnya. Trevor tertawa kecil mendengar gertakan itu. "Mau kamu teriak-teriak seperti tarzan pun percuma, karena tidak akan ada yang bisa mendengarnya di sini. Lantai basement ini kan khusus hanya untuk koleksi mobil pribadi saya, Lily." Hah?? Bola mata Lily pun sontak mengerjap serta berlarian kesana kemari untuk mengamati situasi di sekitarnya. Iya, benar juga. Hanya ada deretan mobil mewah dengan berbagai merk dan warna yang terparkir dengan rapi di sini. Suara tawa kecil yang lagi-lagi terdengar membuat tatapan Lily mengarah kembali kepada Trevor. "Gimana? Tadi katanya mau teriak? Kok malah diam?" Goda bosnya dengan senyum yang terkulum. "Ck." Lily berdecak dan mendorong tubuh besar bosnya, yang di luar perkiraannya ternyata Trevor malah sengaja ikut mundur dan sedikit menjauh dari tubuh gadis itu. Baguslah. Jujur saja tadi Lily tidak bisa untuk tidak berdebar karena kedekatan tubuh mereka yang menggelisahkan. Aroma parfum mahal Trevor yang serta merta menyerbu indera penciumnya, membuat otak Lily terus menerus mengingat malam laknat itu. "Iyaa, iyaa~ saya akan tetap datang ke pesta itu, pak!" Seru Lily yang akhirnya mengerti akan maksud dari semua perkataan bosnya itu. Pak Trevor pasti hanya tidak mau ia membatalkan niat untuk menjadi pasangan di pesta malam ini. Pakai segala bilang mau cium segala ish, basic bule! (baca : dasar bule!) *** Berulangkali Lily menarik napas panjang penuh ketidakrelaan, ketika akhirnya dirinya telah tiba di lokasi wedding venue, yaitu sebuah hotel mewah bintang lima yang menjadi tempat acara pernikahan koleganya Trevor, yaitu seorang anak dari mantan pejabat pemerintah yang kini menjadi pengusaha real estate. Lily masih berusaha menguatkan mentalnya, sebelum bertemu dengan keluarga Bradwell yang sudah pasti telah melihat tarian anehnya gara-gara si tuyuul Ethan. Mungkin hampir semua orang sudah tahu siapa keluarga Bradwell yang terkenal hingga seantero negeri. Regan Bradwell adalah CEO dari Bradwell Company, sebelum jabatan itu dipegang oleh Trevor sebagai salah satu putranya. Sekarang Regan menjabat sebagai pemegang saham perusahaan dan lebih banyak tinggal di Amerika bersama istrinya, Arabella. Sedangkan Tristan Bradwell, saudara kembar dari Trevor adalah owner dari TBJets, sebuah maskapai penerbangan Internasional dari Indonesia yang tahun kemarin mendapatkan penghargaan sebagai maskapai terbaik di Asia. Lutut Lily mendadak lemas melihat sekumpulan tamu undangan yang berkumpul di ballroom, dan menyadari bahwa keluarga Bradwell yang fenomenal itu juga pasti tengah berkumpul di sana. Ah, beginilah nasib jadi cewek serbuk Masako yang terjebak di antara butiran berlian. Naas. "Trevor, Lily! Kalian sudah datang!" Seru Arabella, ibunda dari Trevor dan Tristan yang berseri-seri ketika melihat putra serta sekretarisnya yang datang bersama. Trevor memeluk dan mengecup pipi ibundanya dengan sayang. "Maaf membuatmu menunggu lama, Mom." "Tidak masalah, Sayang. Mom senang sekali kamu bisa datang bersama Lily," sahut wanita elegan yang masih terlihat cantik meski di usia yang tak lagi muda itu. Senyumnya pun terkembang semakin lebar ketika mengalihkan tatapannya kepada Lily yang berada di samping Trevor. "Halo, Nyonya Arabella. Apa kabar?" Sapa Lily sopan. Sebelumnya, beberapa kali Lily memang pernah bertemu dengan wanita ramah itu. "Lily, kamu cantik sekali malam ini," puji Arabella seraya menatap Lily dari kepala hingga ujung kaki. Maniknya berbinar-binar hangat dalam senyum memikat yang tak pernah pudar. "Terima kasih, Nyonya. Tapi Anda jauh lebih cantik dan sangat elegan," sahut Lily dengan senyum tulus. Sebenarnya Nyonya Arabella itu bukan cuma cantik, tapi nyaris sempurna. Wanita elegan itu seakan memiliki aura positif yang tanpa disadari telah ia tebarkan ke sekelilingnya. Tawa renyah pun menguar dari bibir ibunda Trevor itu. "Aku ini sudah tua, Lily. Tapi bagaimanapun, terima kasih sekali untuk pujiannya." "Dimana Dad dan Tristan, Mom?" Tanya Trevor yang sejak tadi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang pesta namun tak melihat ayah dan saudara kembarnya sama sekali. "Regan tadi sedang berbincang dengan salah satu koleganya. Sedangkan Tristan..." Arabella tiba-tiba saja kembali tertawa kecil. "Anak itu lucu sekali. Marah-marah tidak jelas hanya karena ada beberapa lelaki yang memandangi istrinya. Jadi mereka sekarang kembali ke mobil agar Anye bisa mengganti baju dengan yang lebih sopan dan tertutup." Anye adalah nama dari istri Tristan Bradwell. Dua orang ibu dan anak itu pun sama-sama tertawa, menertawakan salah satu keturunan Bradwell yang memang dikenal paling bucin di antara semuanya. "Dasar Tristan," celetuk Trevor sembari menggelengkan kepala. "Apa benar dia seusia denganku? Tingkahnya seperti remaja belasan tahun saja," cetusnya lagi sarkas. "Sayang sekali Trixie tidak bisa ikut datang ke sini," ucap Arabella sendu. Seberkas kerinduan mendalam pun seketika terlukis begitu jelas di dalam sorot mata coklat wanita itu. Kerinduan kepada putri satu-satunya yang ia miliki. Trevor, Tristan dan Trixie adalah triplets atau kembar tiga, dan Trixie adalah satu-satunya perempuan di antara mereka. Wanita itu kini menetap di Singapore setelah menikah dengan suaminya sekarang, Aiden Miller. Trevor pun segera memeluk bahu ibunya yang telah berkaca-kaca dengan sayang. "Jangan sedih, Mom. Trixie bilang, dia dan keluarganya berencana akan ke Indonesia minggu depan." "Benarkah? Kamu serius, Trevor?" Sahut Arabella yang mendadak berubah menjadi bersemangat. "Itu kabar yang sangat bagus! Pasti karena dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan calon istrimu, kan?" Trevor pun sontak terkejut dengan perkataan ibunya barusan. "Calon istri? Apa maksudnya?" Tanyanya balik tidak mengerti. Kenapa ibunya tiba-tiba berkata begitu? Arabella berdecak kecil mendengar pertanyaan putranya. Tangannya menepuk pelan lengan Trevor, tak habis pikir kenapa putranya itu malah bertanya balik dengan wajah yang terlihat kebingungan. "Jangan berpura-pura lagi, Trevor! Kami semua sudah tahu kalau kamu dan Lily akhirnya menjalin hubungan berkat Live i********: dari Ethan," sergah Arabella gemas. Ia tersenyum ketika melihat Lily yang kini meringis menahan malu. "Dan apa kalian sudah tahu bahwa beberapa saat yang lalu Ethan juga memposting foto Lily dengan tulisan : 'my future Mom'?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD