"Sumpah ya. Kalau saja bukan anak bos, sudah aku jewer tuh si Ethan tuyull!"
Lily hanya berani menggumamkan kalimat itu dengan sangat pelan, karena saat ini ia masih berada di antara Nyonya Arabella dan Pak Trevor. Tidak mungkin kan ia mengucapkan kalimat sefrontal itu di depan ayah dan neneknya Ethan?
Lagipula si tuyull itu apa nggak salah alamat ya, kenapa Ethan memposting foto sekaligus mengakui Lily sebagai calon ibunya?? Padahal selama ini Ethan selalu saja mengganggu Lily!
"Oh my God." Trevor yang shock ketika mengetahui bahwa putranya telah memposting foto sekretarisnya di i********:, serta mengakui Lily sebagai Ibunya di masa depan pun seketika merasa tidak enak kepada Lily.
"Jangan khawatir, Lily. Saya akan hapus postingan itu. i********: Ethan menggunakan e-mail saya juga kok," ucap Trevor dengam ekspresi penuh minta maaf.
"Eh? Kenapa dihapus?" Tukas Arabella yang merasa tidak rela. "Bukannya itu manis sekali?"
"Tapi itu tidak benar, Mom. Ethan pasti hanya bercanda. Lily sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah," ujar Trevor menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman, meskipun jauh di lubuk hatinya Trevor memang menginginkan hal itu.
Ia memang menginginkan Lily, tapi ia juga ingin melakukannya dengan cara yang smooth. Tidak seperti ini, tidak dengan cara yang seolah memojokkan Lily di tengah keluarganya.
"Pak Trevor benar. Selain karena saya sudah bertunangan, hubungan antara Pak Trevor dan saya juga hanyalah sebatas bos dan sekretarisnya, Nyonya Arabella. Benar kan, Pak?" Tanya Lily yang meminta penegasan dari Trevor.
Tapi alih-alih sebuah kalimat penegasan, yang ia dapatkan malah Pak Trevor yang menolehkan wajah kepadanya dengan melukiskan sebuah seringai yang tak terbaca.
"Lily benar, Mom," akhirnya Trevor pun berkata, membuat helaan napas pelan penuh kekecewaan menguar dari bibir ibunya.
"Jadi, kamu sudah memiliki tunangan, Lily?" Tanya Arabella mencoba untuk tersenyum meski sebenarnya sudut hatinya merasa kecewa.
Lily mengangguk. "Benar, Nyonya."
"Ya ampun, lalu apa Ethan sudah tahu soal itu?"
Lily kembali mengangguk. "Ya, Ethan juga sudah tahu kalau saya akan menikah dengan tunangan saya," sahut Lily.
'Si tuyull itu bahkan pernah memanggil Rama dengan sebutan Om Hama!' batin Lily gemas-gemas kepingin nabok.
Ah, ingin sekali rasanya Lily mengadukan sikap Ethan itu kepada neneknya. Tapi ia mengurungkan niatnya. Lily juga tidak yakin Nyonya Arabella akan memarahi Ethan dengan sikapnya yang lemah lembut begitu.
"Kalau begitu, saya sebagai nenek dari Ethan minta maaf untuk sikapnya ya. Saya tidak mengerti kenapa Ethan memposting foto kamu dan mengakui kamu sebagai calon mamanya. Mungkin karena... dia menyayangimu," ucap Arabella sembari meremas jemari Lily.
Hah? Sayang???
Lily hanya bisa meringis sambil mengutuk Ethan dalam hati. Dih, ogah banget kalau dia ternyata memang disayang sama jelmaan bocil kelakuan setann begitu. Mode sayangnya aneh!
Bisa-bisa Lily jadi jantungan, darah tinggi, asam lambung, asam urat sekalian kalau terlalu sering mendapatkan 'pertunjukan' kasih sayang dari Ethan!
Setelah berbasa-basi dengan Nyonya Arabella, Trevor kemudian mengajak Lily untuk menemui kedua pengantin dan memberikan ucapan selamat. Setelahnya, gadis itu pun ikut menemani bosnya yang disapa dan diajak mengobrol oleh para kolega yang kebetulan bertemu.
"Pak, saya mau cari makanan dulu ya? Lapar nih," keluh Lily sambil berbisik di telinga bosnya. Ia mulai bosan mendengar perbincangan masalah bisnis dan saham, apalagi perutnya juga sudah keroncongan.
Lelaki berkacamata itu pun mengangguk paham. "Oke. Tapi kamu jangan jauh-jauh dan jangan nakal," pesan Trevor padanya, yang membuat Lily pun sontak menatap datar kepada bosnya itu.
"Saya bukan Ethan, Pak! Please deh!"
***
Pestanya orang kaya memang tidak ada tandingannya.
Sejak tadi mulut Lily tak hentinya melahap berbagai hidangan lezat yang melimpah ruah tak ada habisnya. Ah, rasanya seperti surga bagi Lily Almira yang doyan gratisan!
"Eh, maaf."
Lily merasakan seseorang seperti menginjak sepatunya, dan seketika gadis itu pun menoleh.
"Maaf, saya tidak sengaja," ulang seorang wanita cantik dengan perut yang sedikit membuncit. Sepertinya dia sedang hamil sekitar enam atau tujuh bulan.
Lily pun membalas senyuman wanita itu yang ditujukan kepadanya. "It's okay. Ngga apa-apa."
Wanita itu menganggukkan kepalanya berterima kasih, dan Lily pun mengernyitkan keningnya saat merasa bahwa wajah cantik itu sepertinya familier.
Siapa ya? Kayak kenal deh... apa jangan-jangan dia artis kali ya??
Sambil mengunyah, Lily masih berpikir keras untuk mengingat. Sayang otaknya yang lemot kecuali untuk masalah duit dan gaji tetap saja tidak bisa mengingat.
"Kalau jalan lihat-lihat dong!!"
Suara bentakan tiba-tiba itu membuat Lily sontak menengok. Ia melihat wanita cantik yang sedang hamil tadi sepertinya sedang dimarahi oleh wanita lain.
Wajah wanita lain itu terlihat memerah karena marah. Bajunya yang bercorak hitam dan putih, terlihat telah basah di bagian depannya karena terciprat air.
"Ma-maaf. Maafkan saya..." ucap wanita hamil itu dengan terbata. Ternyata dia tak sengaja menabrak seorang wanita yang sedang membawa gelas penuh dengan air.
"Ck! Bodoh! Bajuku jadi basah semua!" Bentak wanita itu lagi gusar. "Minggir!" Dengan sengaja, ia mendorong bahu si wanita hamil hingga membuatnya limbung dan kehilangan keseimbangan.
Hampir saja si wanita hamil itu jatuh berdebam ke atas lantai, jika saja Lily tidak cepat-cepat menangkap tubuhnya.
"Heh, Cruella De Ville!" Bentak Lily yang selalu gemas dan tak tahan jika melihat perbuatan semena-mena di depan matanya.
Wanita berbaju hitam putih itu pun menoleh, menatap Lily yang masih memegangi wanita hamil. "Apa??! Barusan kamu yang berani memanggil aku Cruella De Ville?!"
Lily berdecih pelan sembali melepaskan pegangannya, setelah memastikan bahwa wanita hamil itu baik-baik saja.
"Iya, kamu. Memang maunya dipanggil apa? Zebra cross??" Cerocos Lily.
Wanita itu melipat kedua tangan di d**a dengan ekspresi menantang. "Kamu ada masalah apa sama aku, hah?!"
"Situ udah nggak waras ya? Nih pasti otak kamu belinya second deh, di Tanah Abang!" Hardik Lily kembali tak kalah galaknya. "Nggak lihat yang kamu dorong itu adalah ibu hamil?! Kamu bisa membahayakan bukan cuma nyawa janinnya, tapi juga nyawa si ibu! Ck. Gini deh kalau pipa paralon bocor dikasih nyawa!"
Manik si Cruella eh, maksudnya si wanita berbaju hitam putih itu pun sontak membulat. "Eh, sialan..."
"Anye!"
Suara maskulin yang menggelegar di antara mereka membuat semua kepala menoleh ke sumbernya.
"Eh? Pak Trevor?" guman Lily bingung ketika melihat wajah familier yang mirip bosnya. "Eh bukan... ini pasti Tristan Bradwell deh, kembarannya Pak Trevor," gumannya lagi, ketika melihat perbedaan di busana serta Pak Tristan yang tidak mengenakan kaca mata seperti Pak Trevor.
Langkah lelaki itu berderap tegas menuju ke wanita hamil di samping Lily, lalu mendekapnya di d**a. "Kamu ngga apa-apa? Kenapa kamu malah pergi waktu aku minta untuk menunggu sebentar?"
Oke. Drama bucin ini sih. Kelihatan sekali kalau Pak Tristan ini sangat mencintai istrinya yang bernama Anye. Dengar saja suara dan tatapan matanya yang selembut mentega meleleh hanya tertuju kepada wanita hamil yang ia peluk.
Pantas saja Lily merasa kenal dengan wajah wanita itu. Ya ampun, dia kan istrinya Pak Tristan pemilik TBJets, maskapai penerbangan terbaik di Asia!
Wajah cantik wanita itu rasanya pernah masuk dalam media massa ketika berita heboh tentang pemilik TBJets yang tiba-tiba saja menikah dengan wanita misterius yang identitasnya dirahasiakan.
Wanita hamil itu menyunggingkan senyum yang sangat manis kepada suaminya. "Aku baik-baik saja. Cuma agak sedikit pusing, jadi tadi mencari tempat duduk di dekat dining area," ucapnya dengan suara lembut.
"Permisi ya, Pak Tristan. Istri Anda tadi sudah membuat gaun rancangan desainer yang saya pakai menjadi basah! Tolong lain kali jangan biarkan wanita hamil yang sedang sakit berkeliaran sendirian!"
Lily hanya bisa melongo melihat si Zebra Cross yang berani-beraninya mengomeli Tristan Bradwell!! Apa dia ngga lihat tatapan dingin lelaki itu yang ngalahin salju Kutub Utara??
Tristan menatap si wanita itu dengan ekspresi malas. "Silahkan Anda beli sepuluh gaun di tempat yang sama, Nona. Dan kirimkan tagihannya ke TBJets."
"Eh, tunggu-tunggu!" Lily pun tak bisa untuk tidak menyela ketidak-adilan yang terpampang jelas di depan matanya. Cih. Ini sama sekali tidak bisa dibiarkan!
"Maaf, tapi Anda juga harus tahu bahwa si Nona Zebra Cross ini, tadi mendorong istri Anda, Pak Tristan. Bahkan Nyonya Anye hampir saja jatuh!" Seru Lily dengan berapi-api.
"Apa benar begitu, Sayang?" Tristan pun akhirnya bertanya kepada istrinya.
"Itu... itu salahku. Tadi aku yang menabraknya lebih dulu..." jawab Anye sembari menunduk.
Dan Lily pun semakin bengong melihat wanita yang bukan hanya wajahnya, tapi ternyata hatinya pun spek bidadari. Pasti dia tidak mau mengadu karena tidak ingin suaminya menghukum si Zebra Cross. Tapi kenapa harus sebaik itu sih?? Terkadang Lily tidak mengerti bahwa ada orang yang terlalu baik hingga kebaikannya itu hanya akan menyusahkan diri sendiri.
"Berarti kamu yang hampir terjatuh itu juga benar??" Desak Tristan lagi.
Anye mengangguk pasrah. "Tadi Lily yang menangkapku hingga tidak jadi jatuh," sahutnya, yang membuat Lily kaget.
Eh?? Kok dia bisa tahu namaku??
Lily memejamkan matanya ketika ia sadar bahwa dirinya dikenal pasti gara-gara Ethan yang merekam tarian dangdutnya yang norak.
"Maaf. Tadi aku berbuat seperti itu hanya karena marah saja," ucap si wanita Zebra Cross yang mulai gemetar di bawah tatapan tajam menusuk milik Tristan Bradwell.
"Anda hampir membuat istriku dan bayi kami celaka," ucap lelaki itu dengan manik birunya yang berkilat dipenuhi amarah. Seketika ia mengeluarkan ponselnya dari saku untuk memotret si wanita yang ketakutan itu.
"Bersiaplah menerima gugatan dari pengacara saya, Nona. Sampai jumpa di pengadilan," ucap saudara kembar Pak Trevor itu sambil mendengus dan menarik pelan istrinya. Namun ia berhenti sebentar di dekat Lily.
"Terima kasih untuk bantuanmu, Lily. Dan by the way, tarianmu lumayan juga. Semoga Trevor bisa segera mewujudkan keinginan Ethan untuk calon mamanya ya," ucap lelaki itu sembari tersenyum dan berlalu bersama istrinya, tanpa memberikan kesempatan kepada Lily untuk menjelaskan yang sesungguhnya.
***
"Sudah saya bilang jangan nakal kan, tadi? Kenapa kamu masih mengabaikannya?"
"Tapi saya cuma menolong Nyonya Anye saja, Pak! Salahnya dimana ya?" Sergah Lily membela diri sekaligus tidak terima karena ditegur.
Saat ini mereka berdua telah kembali berada di dalam mobil Trevor, yang bergerak menyusuri jalanan menuju Penthouse Trevor.
Lelaki blasteran berkacamata itu pun menghembuskan napas keras ke udara dan memijit pelipisnya.
Ia benar-benar kaget ketika tiba-tiba saja mendapat kabar dari Tristan tentang apa yang terjadi. Dan ketika ia memutuskan untuk mencari Lily, Trevor malah menemukan sekretarisnya itu sedang berkelahi dengan seorang wanita, jambak-jambakan pula!
"Dia yang mulai menarik rambut saya kok. Ya terus masa saya diem aja gitu?!" ucap Lily lagi.
"Kamu bisa teriak agar orang-orang menolong kamu, bukannya malah makin menjambak dengan lebih kasar sampai rambutnya lawan kamu itu rontok!" sahut Trevor sambil menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan sikap barbar sekretarisnya.
"Rambut saya juga rontok loh, Pak. Ish. Ya tapi memang parahan dia sih, hahahaaa..." Lily tiba-tiba saja tertawa ketika mengingat kejadian tadi. Ia puas sekali ketika melihat rambut extension mahal si Zebra lepas semua dan membuatnya acak-acakan seperti singa.
Rambut Lily juga berantakan, tapi tidak seberapa jika dibandingkan lawannya.
"Lain kali coba pikirkan dulu sebelum bertindak. Lebih baik kamu hubungi saya untuk meminta pertolongan."
"Hubungi bapak? Terus gimana caranya saya bisa hubungi bapak, kalau saya sedang dijambak begitu?" dengus Lily kesal.
Trevor tidak menjawab lagi, karena merasa apa yang ia ucapkan akan terus dibalikkan oleh Lily.
"Kamu kedinginan? Mau AC mobilnya dimatikan saja?" Tanya Trevor beberapa saat kemudian, ketika melirik Lily dari ekor matanya yang sedang memeluk tubuhnya sendiri. Trevor berasumsi begitu karena gadis itu mengenakan gaun yang tipis dan cukup terbuka.
Lily menggeleng, karena berpikir tidak akan ada pertukaran udara jika tanpa AC.
"Ada jaket nganggur di belakang. Bisa kamu pakai kalau mau," ucap Trevor lagi.
Gadis itu pun melongok ke belakang pundaknya. Benar juga, ada jaket kulit yang dilipat rapi di kursi penumpang belakang. Sayangnya, tangannya tak sampai untuk meraih jaket itu.
"Tunggu, saya menepi dulu. Nanti biar jaketnya saya ambilkan," ucap Trevor yang mulai menyalakan lampu sign ke bahu jalan.
"Tidak perlu, Pak. Saya bisa ambil kok." Lily pun membuka seat belt-nya, lalu bergerak menyelinapkan tubuhnya ke celah di antara kursi pengemudi dan kursi penumpang depan. Ia menunduk untuk bisa menggapai jaket yang berada di kursi belakang Trevor.
Sikap Lily itu membuat bokongnya yang padat dan bulat sempurna tak pelak menjadi pemandangan gratis bagi Trevor. Melalui kaca spion atas, lelaki itu pun mulai mengagumi keindahan tubuh sekretarisnya.
Trevor tak menyadari bahwa lalu lintas di depannya sedang padat merayap, karena terlalu terpukau dengan keindahan Lily.
"Aah!!" Lily menjerit kaget ketika Trevor tiba-tiba saja menginjak pedal rem dalam-dalam, membuat dirinya terpental dan hampir saja membentur kaca depan mobil.
Hampir. Jika saja Trevor tidak segera meraih tubuhnya untuk didekap.
Di tengah kemacetan, di dalam mobil dengan pendingin yang membekukan, kedua insan itu pun saling berpelukan dengan degup jantung yang sama-sama berkejaran.
Seolah baru tersadar, Lily pun segera bergerak untuk beranjak. Namun ia sungguh kaget ketika Trevor malah mengeratkan pelukannya di pinggang gadis itu, membuat Lily semakin tak berkutik di atas pangkuan bosnya.
"Uhm... Pak Trevor?" ujar Lily, memecah keheningan yang sebelumnya telah tercipta.
"Ya?" Sahut Trevor. Manik birunya yang berkilau saling bertatapan lekat dengan bola mata sekelam kopi milik Lily, lalu turun ke bibir penuh menggoda gadis itu yang mulai bergerak hendak berucap.
"Jangan nakal..."