Ciuman lembut

1136 Words
Udara dingin kian merambati kulitku, menggigil merasakan dinginnya pagi hari. Tak biasanya aku  bersemangat bangun pagi dorongan itu memang meluluhlantakan jiwaku, aku selalu ingin melihat senyumnya matanya yang berkilat gairah dan penuh keteduhan. Hatiku membakar jiwa memberiku semangat yang tiada Tara dalam menjalani pagi hari. Ibu bahkan heran melihat salah satu putri kembarnya rajin bangun pagi. "Kerasukan apa sehingga membuatmu bangun pagi sekali?" Ejekan ibu membuatku nyengir kuda "Tidak ada, hanya ingin bangun lebih awal saja." Jawabku singkat karena enggan menjelaskan. ibu hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan kegiatannya membersihkan rumah Aku terus mengamati ibu, melihatnya yang selalu tegar dan sabar menghadapi segalanya. Ibu memang kuat, mereka seperti baja yang harus siap di hantam berbagai kekerasan. Kelak aku ingin sekali meminta maaf pada ibu atas semua perlakuan ku tetapi nanti saat aku dan Irgan telah bersatu. Kaki telanjang ku merasakan dinginnya lantai, dengan berlari kecil menuju ke kamarku. Menyiapkan segala perlengkapan sekolah agar tak terburu-buru nantinya. Setelah selesai mengemasi, aku memperbaiki sedikit rambutku yang terlihat berantakan merapikan seragamku yang mulai mencuat keluar. Aku harus terlihat sempurna, setidaknya cantik di mata Irgan. Tak lupa memasukan minuman isotonik yang di berikan Irgan padaku sengaja tak ku simpan di lemari pendingin agar tak diminum oleh ayah. Setelah selesai memasukan minuman tersebut, aku berjalan menuju meja makan. Mereka sudah berkumpul disana dan menungguku ikut bergabung. Seperti biasa, kami sarapan dengan nikmat dan penuh kehangatan. Kuharapkan selamanya akan selalu seperti ini. Proses belajar mengajar berjalan seperti biasanya, setiap harinya selalu ada tugas menumpuk yang di berikan guru oleh muridnya, apalagi sekarang ini kami sedang persiapan untuk ujian Nasional harus belajar keras agar mendapat hasil yang memuaskan. Seseorang memanggil namaku, dari yang terlihat Rika dan teman-temannya berjalan menghampiriku yang sedang duduk di koridor kelas. Mencoba tersenyum menyapa mereka, beberapa anak remaja itu duduk di sampingku "Hai." Sapa mereka dengan ramah aku menjawabnya dengan senyuman "Irgan memanggilmu, kau harus menghampirinya di kelas." Dengan suara centil citra bersuara, dahiku mengkerut penasaran dengan Irgan yang tiba-tiba memanggilku, selama kami berpacaran baru kali ini aku dan Irgan bertemu secara intens di kelas. "Ikut saja dengan kami." Rika menarik tanganku, membuat aku yang penasaran mengikuti langkah mereka. Hatiku berdetak hebat, gugup menyerang diriku dengan samar aku mengatur napasku agar seirama. Mereka membuka pintu kelas yang tertutup, di sekeliling kelas mereka banyak teman-teman yang tengah mengobrol. mataku menatap mata indah yang juga tengah menatapku. Lelaki itu sedang duduk di bangku guru, melipatkan tangan kedepan dan tak berkedip menatapku. Tubuhku terdorong, gadis-gadis tersebut mendorongku agar mendekat kearah Irgan, yang jujur aku malu di buatnya. Disini hanya ada aku dan Irgan yang hanya terdiam memandang kearah lain. Aku berdiri dengan kikuk di depannya, rasa canggung tiba-tiba datang begitu saja di antara kami dan lagi pula aku tak tahu harus memulai percakapan dari mana. Benar-benar gelisah. Karena lelah berdiri aku memilih duduk di bangku paling depan, memainkan kuku jemariku sembari menunggu Irgan membuka suara. Namun lelaki itu justru berjalan, aku mendongak memandangnya yang melangkah mendekatiku. Masih menengadah menatapnya yang menjulang di depanku Irgan tiba-tiba tersenyum manis. Dadaku berdesir hebat, rasanya aku ingin buang air kecil sekarang karena gugup bukan main. "Apa kau membawa minumannya?" Lelaki itu membungkuk di depanku dengan tumit menumpu tubuhnya wajah kami sangat dekat. "Aku membawanya dan akan meminumnya nanti. Ada apa kau memanggilku?" kataku pelan Irgan tak menjawab, cowok itu hanya memandangku tanpa kedip dan mengganti posisi duduk di sampingku. Tangannya menggenggam tanganku dengan lembut mengelus punggung tanganku penuh sayang. Perlahan-lahan bibirnya menyapu bibirku yang kering, membasahinya dengan lumatan yang lembut. Aku terbawa suasana penuh gairah ini, mencoba memeluk leher Irgan penuh penekanan. Dadaku bergemuruh merasakan kehangatan yang luar biasa. Saat semuanya semakin memuncak Irgan justru melepaskannya membuatku merasa kehilangan. Matanya yang sendu begitu memikat, membuatku meronta-ronta ingin memiliknya. Irgan tersenyum senang seolah telah mendapatkan piala dunia, senyumnya bagaikan virus yang mudah tertular padaku, tangannya dengan santai terulur untuk merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan. Aku merasa malu karena berpenampilan buruk di depannya. "Sepertinya sebentar lagi jam masuk." Memecah keheningan aku mencoba berdiri dari posisiku lalu mulai berjalan keluar kelas, di ikuti oleh Irgan yang berjalan di sampingku saat kami membuka pintu yang tertutup semua teman-teman Irgan menunggu diluar, aku tersenyum kikuk sekaligus malu tetapi Irgan menyeret ku menjauhi mereka dan kami berjalan menuju kelasku. sesampainya di depan kelas, Irgan masih menggandeng tanganku. "Jangan lupa meminum, minuman yang kuberikan semalam." perintahnya yang langsung kuangguki kemudian lelaki tersebut berjalan menjauh karena guru matematika sudah berjalan menuju kelasku. Kuputuskan untuk langsung masuk ke kelas. Teman-temanku sudah duduk rapi, mereka mengamati kedatanganku tanpa memperdulikan mereka aku duduk di samping Kirana. "Dari mana saja kau?" pertanyaannya penuh penekanan "Kelas Irgan." Sahutku Kirana melotot "kau bertemu dengannya di sekolahan?" Kepalaku mengangguk tanpa rasa bersalah "Kau sudah gila?, Sekolah kita melarang muridnya untuk berpacaran dan berkencan di sini!" Desis Kirana penuh penekanan, aku mengangkat bahu acuh. Kembaran ku itu memang sangat disiplin karena itulah ia selalu mendapat peringkat di kelas dan merupakan murid terbaik. Mencoba mengabaikan Kirana yang sedang menahan amarahnya karena guru matematika sudah memasuki kelas kami. Menyapa setiap murid agar bersemangat, menyalurkan segala ilmunya berharap berguna kelak nanti. Kami bersemangat, awalnya selalu seperti itu. Namun satu jam pelajaran membuat kami merasa jenuh dan lama kelamaan membuat keributan. kami mulai tak fokus mendengarkan penjelasan pak guru di depan papan tulis. Walau seperti itu pak guru tak marah pada kami. Satu setengah jam proses belajar mengajar telah usai, kami bersiap diri untuk pulang teman-temanku bersorak gembira. Aku menggeleng sembari tersenyum mengamati kesenangan mereka. _______________ Hujan mengguyur bumi tanpa henti. Tanah yang gersang, pepohonan yang berdebu segar kembali terkena air. Sungguh hujan itu membawa ketenangan, kedamaian dan kenyamanan. Nikmat Tuhan memang tak bisa di palingkan dan di bandingkan dari apapun. Aku suka hujan, dan tak sedikit orang yang juga menyukai hujan saat air itu menyirami bumi kutulis saham-saham di buku kertas yang tebal mengumpulkan segala rasa dalam hatiku ke dalam buku. Kelak akan k*****a saat ingin bernostalgia. Menurutku dengan menulis, mengekpresikan perasaan melalui tulisan adalah cara yang baik saat mulut tak mampu berkata-kata. Dan itu adalah cara yang ampuh untuk melepaskan segala sesuatu yang terpendam di d**a. Ponsel di nakas bergetar, mengalihkan pandanganku yang awalnya di buku tebal. Aku melihat nama Irgan disana ada satu pesan masuk. Bisakah kita bertemu? Terdiam setelah membaca pesannya. Menggigit kecil bawah bibirku karena tak tahu apa balasan yang pantas untuk ku kirim. Mengingat aku pasti tak bisa menemuinya karena faktor hujan dan orang tuaku yang melarang keluar rumah saat malam hari. Akhirnya kuputuskan untuk membalas; Aku tidak bisa. Maaf aku sedang sibuk Sepertinya Irgan memang menunggu balasan dariku karena tak lama kemudian lelaki itu membalasnya Ayolah, aku merindukanmu. Ada hal yang ingin aku katakan padamu tetapi bukan disini. Kita harus bertemu. Balasannya membuat pikiranku berkecamuk. Bingung sekaligus gelisah harus bagaimana. Situasinya sangat tidak memungkinkan aku untuk menemui Irgan tetapi pesan yang Irgan kirimkan menyiratkan sesuatu. Sungguh tak ingin terjadi sesuatu dengan hubunganku aku tak bisa berpisah dengannya lagi. Harus bagaimana diriku ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD