5

1529 Words
"Hai, Orlando ya?" Orlando tersenyum ke arah wanita berpostur tinggi dengan rambut panjang yang sehat dan hitam hasil salon ternama dan mahal. "Iya, Lilian kan?" Orlando balas bertanya. Ia membalas jabatan tangan Lilian. Gadis di depannya mengangguk dengan senyum terkulum. Orlando memerhatikan bagaimana gadis itu menyibakan rambutnya dengan gaya anggun ke belakang tubuh. "Aku udah denger soal kamu dari Tante Kencana," ujar Lilian lembut. "Termasuk kebiasaan aneh gue yang langsung tidur setelah nyentuh bantal?" Tentu saja pertanyaan yang satu ini hanya Orlando suarakan dalam hatinya. "Oh iya? Semoga Mama engga cerita yang buruk-buruk," ujar Orlando dengan senyum yang ia buat senatural mungkin. Lilian di depannya tertawa sangat anggun dengan menutupi bibirnya dengan sebelah tangan. Dalam hati Orlando mencibir Anika yang selalu tertawa terbahak tanpa tahu tempat. "Engga kok, kata Tante Kencana kamu itu dari jaman kuliah udah mulai bisnis ini itu makanya pas lulus kuliah langsung punya rancangan buat bikin usaha sendiri daripada kerja di perusahaan orang lain," jelas Lilian, tampak binar kagum di wajahnya. Orlando tersenyum tipis, "Cuma usaha kecil. Omsetnya juga engga seberapa," kilah Orlando. Lilian tampak tidak setuju, gadis itu menggelengkan kepalanya dengan gerakan tegas. "Aku yakin 'omset engga seberapa' yang kamu bilang itu pasti lebih bikin kamu puas. Lain halnya kayak aku yang digaji sama orang lain, rasanya engga ada puas-puasnya. Kayak aku ngerasa, ya udah semestinya gitu aku dibayar segitu. Bukan karena bener-bener hasil kerja keras kayak yang kamu lakuin dengan usahamu," komentar Lilian. Orlando takjub dengan pemikiran gadis di depannya yang begitu terbuka. Ia pikir Lilian akan tampak seperti gadis metropolitan yang lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam di salon hanya untuk membersihkan dan menghias kuku. Rupanya gelar camlaude yang disandang gadis ini benar-benar bukan hanya sekedar gelar. "Iya, kamu benar. Dulu waktu baru merintis walaupun yang aku dapat engga cukup banyak lebihnya dari modal, tapi aku ngerasa berhasil karena udah bisa balikin modal awal. Dan rasanya aku juga jadi lebih menghargai uang yang aku dapat karena aku tau gimana susahnya aku buat dapat itu," Orlando menimpali dengan santai. Ia merasa bahwa wanita yang dipilihkan ibunya kali ini mungkin saja akan cocok. Atau tidak? Karena setelah lebih dari setengah jam mereka berbincang, Lilian tiba-tiba melontarkan ucapan yang membuat Orlando sempat mengerut bingung. "Aku nyaman sama kamu, Lan. Ternyata kamu engga sekaku yang dibilang sama Mamamu. Tapi aku perlu ngasih tahu kamu soal ini, kalau sebenarnya aku udah punya pacar." Wanita itu menjeda. Ia tampak menghela nafas pelan sebelum menlanjutkan ucapannya. "Dan pacarku itu udah punya istri, makanya aku setuju waktu Mama dan Tante ngerancanain kencan kita. Karena aku pikir hany dengan cara ini, hubunganku dan pacarku engga akan ketahuan sama siapapun," Lilian mengatakannya dengan sangat lancar. Seakan-akan ia hanya mengatakan bahwa dirinya punya pacar yang lebih tua atau malah lebih muda darinya. Tapi Orlando bahkan hampir melontarkan umpatan dan kalimat jahat pada wanita di depannya ini. Entah kenapa saat Lilian mengatakan bahwa pacarnya adalah pria beristri, dia jadi teringat tentang Faris yang dulu juga selingkuh dari Anika. Bagaimana mungkin pria yang sudah mengucap janji dan sumpah pada Tuhan, begitu mudahnya bermain api dengan wanita yang bukan tanggung jawabnya. Maka setelah dengan tegas menolak untuk berhubungan lebih lanjut dengan Lilian, Orlando bergegas meninggalkan tempat ia bertemu dengan Lilian. ** Kencana memiliki firasat buruk saat melihat putra satu-satunyaiitu pulang lebih cepat dari perkiraannya. Di tambah raut wajah Orlando yang tidak bisa dibilang baik. Orlando tidak mengatakan apapun saat melewati Kencana selain mengucap salam dan mencium tangan mamanya sekilas. Lelaki itu langsung berjalan ke dapur dan mengambil segelas besar air putih seakan-akan dia baru datang dari gurun dan bukannya dari restoran. Kencana bahkan sempat berpikir apakah anaknya tidak membawa dompet sampai tidak berani memesan minum dan buru-buru pulang karena kehausan? Tapi pikiran itu langsung buyar saat Kencana teringat Orlando menggunakan dompet digital karena anak itu paling anti dengan segala sesuatu yang rumit dan sangat cinta pada segala sesuatu yang memudahkannya. "Gagal lagi ya, Lan?" Kencana akhirnya menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi ia tahan. Dan bahunya terkulai lemas saat anaknya itu justru mengangguk santai. "Kali ini apa lagi masalahnya?" tanya Kencana terdengar frutasi. Orlando menatap mamanya, menimbang bolehkah ia menceritakan tentang apa yang Lilian katakan? Karena menurut Orlando itu adalah sebuah rahasia milik Lilian. Dia merasa tidak berhak menceritakan rahasian orang lain. "Olan engga bisa cerita, Ma. Tapi mama harus tahu kalau kesalahan bukan ada di Olan," ujar Orlando meyakinkan. Kencana menelisik wajah putrnya, kemudian dia menghela nafas pelan saat mendapati keseriusan di wajah Orlando. "Terserah kamu lah, Mama capek," katanya lalu berlalu begitu saja meninggalkan Orlando. Orlando mengabaikan kekecewaan mamanya. Toh dia juga tadi sempat berpikir untuk maju dan menjalin hubungan lebih lanjut dengan Lilian, sebelum ia tahu kalau wanita itu ternyata simpanan pria beristri. Dalam diri Orlando, dia tidak mempermasalahkan jika seseorang wanita kehilangan keperawanannya. Entah karena alasan kenakalan remaja, pergaulan bebas apalagi yang menjadi korban pemerkosaan. Hanya saja Orlando paling tidak menghendaki dan menyukai segala jenis pengkhianatan. Sedari dulu ia sudah tidak menyukainya. Di tambah saat ia melihat raut terluka di mata Anika saat ia memberitahu bahwa suaminya berselingkuh. Walaupun Anika tidak menangis meraung, tapi wanita itu jelas terpukul apalagi saat itu kondisinya sedang hamil tua. Maka saat ia mendengar pengakuan dari Lilian, menurutnya dia tidak akan mau terlibat dengan apapun yang wanita itu rencanakan. "Jangan galau, anterin aku yuk, Bang!" ajak Orin tiba-tiba. Orlando bahkan tidak tahu kapan adiknya itu muncul dan berada di dekatnya. "Kemana?" tanya Orlando. "Toko alat tulis, aku mau nyoba gambar. Kata temenku, aku ada bakat buat gambar-gambar gitu," jawab Orin semangat. Orlando tersenyum, tangannya mengacak rambut Orin sekilas. "Ganti baju sana," titahnya. Sebenarnya ia merasa lelah, tapi menolak permintaan Orin tidak pernah Orlan lakukan selama ini. Dia yang dulu selalu di olok-olok dan dikerjai kakak-kakaknya merasa tidak ingin menjadi anak bungsu yang selalu menjadi sasaran ke isengan kedua kakak perempuanya. Maka dari itu ia meminta Papa dan Mamanya agar mau memberikannya seorang adik di saat mamanya bahkan sudah hampir manepouse. Itulah yang membuat perbedaan umuryangdan Orin terpaut jauh. Dan itu juga yang membuatnya sangat menyayangi Orin, karena bagi Orlando, Orin adalah penyelamatnya. ** "Udah tahu mau beli apa?" tanya Orlando saat dilihatnya Orin hanya menimang-nimang cat lukis ditangannya. "Aku bingung mau beli yang mana, engga tahu juga mana yang bagus," ucap Orin bingung. "Yang lebih mahal pasti itu yang bagus," simpul Orlando. Orin berdecak, "Tapi kata temenku, kalau mau belajar pake yang biasa dulu," Orlando menaikan satu alisnya, "Yaudah beli yang paling murah kalau gitu." Orin memandang datar kakaknya itu, ia lalu mendorong tubuh Orlando agar keluar. "Tunggu di cafe sebelah aja deh sana, Abang engga ngebantu sama sekali," ujar Orin kesal. "Loh, Abang justru bantu kamu dengan cara ngasih solusi paling mudah loh," protes Orlando. Tapi adiknya itu justru semakin mendorong tubuhnya hingga keluar dari toko. "Nanti Orin nyusul, Abang jangan kemana-mana," ucap Orin sebelum menutup pintu toko. Orlando menghela nafas pelan. Pada akhirnya ia berjalan ke cafe yang tadi disarankan Orin. Orlando tahu cafe ini, Anika pernah beberapa kali membawanya kemari dulu karena wanita itu bilang disinilah ia dan Faris pertama bertemu. Tapi semenjak rumah tangganya gagal, Anika tidak pernah lagi mau mengunjungi cafe ini. Tempat duduk yang ada di paling pojok menjadi pilihan Orlando. Dia berharap Orin akan kesulitan menemukannya, karena Orlando masih sangat kesal terhadap adiknya itu. Orlando baru selesai memesan secangkir espresso saat netranya menangkap sosok tak asing yang duduk jauh dari tempatnya. Beruntung Orlando menjaga kesehatan matanya selama ini, sehingfa dari jarak beberapa meterpun dia masih bisa mengenali siapa sosok yang tengah duduk bersama seorang wanita seksi yang duduk membelakangi Orlando. O-ow, itu si otak s**********n. Faris, mantan suami sahabatnya sekaligus ayah dari Azalea. Orlando mengumpat pelan. Kenapa setiap kali dia bertemu dengan Faris, dia selalu menyaksikan adegan menjijikan yang disajikan oleh pria itu. Dulu saat dia memergoki Faris selingkuh karena lelaki itu tengah berciuman di basemente sebuah hotel saat Orlando baru selesai meeting dengan salah satu EO. Dan sekarang, di depan sana pria itu tengah mengusap-usap pipi si wanita tanpa tahu malu meskipun kini mereka ada di tempat umum. Orlando mengingat-ingat, apakah mantan ketua BEM di kampusnya itu memang hidung belang sejak dulu? Tapi setahu Orlando, Anika selalu memuji bahwa Faris adalah orang yang setia. Dan Orlando juga tahu Anika berkata demikian karena dibutakan oleh cinta, tapi memang karena Faris selalu bersikap kalem dan menghindari kontak berlebihan dengan wanita. Lalu apa yang merubah lelaki itu bahkan sampai nekad berselingkuh di saat istrinya tengah hamil. Apa benar kata orang jika seseorang sudah pernah melakukan s*x, maka ia akan ketagihan dan terus melakukannya. Apalagi pria yang cenderung menahan diri karena menganggap penting sebuah ikatan, maka biasanya pria seperti yang justru memiliki nafsu yang meluap-luap. Orlando selama ini tidak begitu percaya pada asumsi itu, tapi melihat Faris yang kini berubah lebih dari seratus delapan puluh derajat, Orlando jadi berpikir mungkin saja kesimpulan itu memang benar. Terbukti karena Faris bahkan bertindak gila dengan mengecupi leher si wanita tanpa sadar dimana mereka berada sekarang. Sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di otak Orlando, Jika dia mengambil gambar Faris saat ini dan mengirimkannya pada Anika, akankah sahabatnya itu masih akan sakit dan cemburu? Entah kenapa Orlando sangat ingin tahu perihal itu. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD