Chapter 5

823 Words
Berlari terlalu jauh. Membuang maaf yang tulus diberikan. Akan menjadi sesal di kemudian hari. *** Seorang anak lelaki kecil, duduk di lantai, bersandar pada tepi tempat tidur. Senyum merekah plus tawa lebar, membuat wajah tampannya menjadi menggemaskan. Kakinya diselonjorkan kaki kecilnya dan diatasnya ada bungkusan manis dengan pita. Sebuah kado. "Saya ulang tahun?" tanya si bocah dengan wajah polos. Matanya berbinar, tetapi tetap ada keraguan. Tangan lentik, putih, dan cat kuku berwarna merah, terulur. Membelai lembut pipi si bocah. "Belum. Ulang tahunmu sudah lama lewat." "Ini kado apa?" "Karena kamu sudah jadi anak Mama yang paling baik." "Sungguh, Mama. Saya sudah jadi anak baik?" Tiba-tiba, si bocah yang tadinya duduk, sudah berada dalam dekapan seorang wanita berambut hitam panjang. Wanginya begitu harum, membuat si bocah merasa sangat nyaman. Ia menyandarkan kepala kecilnya di pundak si wanita. "Kamu selalu adalah anak baik. Anak terbaik. Mama yang tidak baik. Maafkan Mama, Sayang." Terdengar tangis lirih dari si wanita yang tangannya membelai punggung si bocah. Ia merekatkan pelukannya. Berulang kata maaf diucap dengan suara yang semakin pelan dan tersendat. Air mata mengalir di pipi si bocah. *** Air mata mengalir dari mata Elard yang terpejam rapat. Jatuh di atas bantal, menciptakan permukaan yang basah. Wajah Elard mengkerut. Bibirnya terkatup, tetapi bergerak-gerak, seolah sedang memaksa sebuah kata keluar. "Mama...." Akhirnya sebuah kata keluar bersamaan dengan terbukanya mata Elard. Terdiam, kosong, hampa. Kembali air mata mengalir tanpa suara tangis. Perlahan, Elard yang tadinya tidur telungkup, mengubah posisinya menjadi telentang. Pergelangan tangannya diletakkan di kening, sedang matanya terbuka menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih tulang. Ada banyak hal yang ingin terucap. Namun, tak ada satu kata yang terangkai keluar dari bibirnya. Dirinya bertanya-tanya apakah ia sudah memberikan yang terbaik untuk ibunya di hari-hari terakhir. Masih diingatnya pertemuan terakhir dengan sang ibu di sebuah restoran. Di awali pesan singkat. 'Mama, akhirnya bertemu dengan cinta pertama Mama. Dan Mama ingin membagi kisahnya denganmu. Ayolah, Elard, kita mulai membagi cerita layaknya ibu dan anak. Percayalah, sekeji apa pun Mama di masa lalu bagimu, sesungguhnya, Mama sangat mencintaimu. Maafkan Mama.' Mereka akhirnya bertemu. Di saat itu, untuk pertama kalinya Elard menuruti bertemu dengan perasaan ikhlas. Diingat Elard bagaimana wajah Susan begitu bahagia setelah bertemu cinta pertamanya. Bahkan Susan menawarkan untuk mepertemukan Elard dengan Sasi, padahal Sasi dalam persembunyian. Tersentak akan ingatannya sendiri, Elard bangun dan duduk di tepi tempat tidur. *** "Mama akan telpon ayahnya. Kita ajak makan malam bersama. Double date." "Menelpon ayahnya? Ayahnya...?" "Sasikirana, kan?" jawab Susan cepat. Dan Elard terlonjak. Matanya melebar juga melotot. "Maksud Mama..., Daniel Geofrey?" "Siapa lagi memangnya? Sasikirana kan anaknya Daniel." "Dan, Daniel adalah...." "Cinta pertama Mama," potong Susan. *** Elard menutup wajahnya dengan kedua tangan. Hatinya diliputi sesal. Harusnya saat itu juga dia memperingatkan ibunya untuk lebih hati-hati dengan Daniel Geofrey. Juga mengingatkan ibunya bahwa hati manusia bisa berubah dan Daniel sudah berubah. Gumam maaf keluar di bibir Elard. "Kak." Mendengar suara Azka, segera Elard memperbaiki diri, menghapus wajah dari sisa air mata, dan menoleh ke belakang, ke ambang pintu. "Ahhh..., akhirnya bangun juga." Azka masih berdiri di ambang pintu. "Mau makan di sini atau luar?" "Saya belum lapar." Elard merebahkan tubuhnya kembali. "Oke. Saya bawa makanannya ke sini." "Azka!" "Apa?" Azka tidak jadi menutup pintu. "Saya benar belum lapar." "Ini sudah mau malam dan Kak Elard belum makan sedari pagi datang." "Saya baik-baik saja," gumam Elard. "Sasi..., eh. Teh Sasi yang tidak baik-baik saja." Elard mengernyit menatap Azka. "Maksudnya?" "Teh Sasi sedari tadi menelepon pakai nomer Adia. Dia khawatir karena Kak Elard belum bangun juga. Dia berpesan kalau sampai matahari tenggelam, Kak Elard belum bangun juga, saya harus menggeret keluar." Elard memeriksa ponselnya. Ada 17 panggilan tak terjawab dari nomer tidak dikenal. Itu bukan nomer kontak Adia atau pun Mahesa. "Kamu yakin, Sasi menelepon pakai nomer Adia?" "Iya. Saya kan menyimpan nomer Adia." Berarti ini nomer baru Sasi, batin Elard yang langsung menekan panggilan ke nomer asing itu. Hanya dua kali dering, telepon Elard diangkat. Jelas sekali kalau Elard memang ditunggu. "Sasi." "Kamu baru bangun?" tanya Sasi. "Iya. Maaf, saya tidak mendengar suara dering ponsel." "Tidak apa. Tapi, ini sudah mau malam. Kamu belum makan juga?" Azka sudah keluar dari kamar. "Gampang. Kamu sudah makan? Kamu baik-baik saja? Kamu tidak ke mana-mana, 'kan?" "Saya baik-baik saja. Saya tetap di dalam rumah." Elard mengembuskan napas lega. Yang Elard tidak lihat, Sasi tersenyum mendengar napas Elard, ia merasa telah berbuat benar untuk Elard dan itu membahagiakannya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Sasi. "Iya.... Saya rasa.... Entahlah." Elard mengusap kepalanya kasar. Sasi diam tak memaksa bertanya lebih jauh ada apanya dan kenapanya. Ia mengenal Elard sebagai seseorang yang tertutup. Tidak bisa dipaksa bicara. Nanti juga akan bercerita sendiri. "Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" "Malam ini, saya akan ke rumah Susan. Ada acara mengirim doa. Selain itu kakek nenek saya, orang tua Susan, tadi di pemakaman meminta saya datang." "Makanlah dulu." "Iya." "Janji?" "Makanan datang." Azka masuk dengan membawa nampan berisi sepiring makanan, semangkuk sup, dan sebotol air mineral dengan gelasnya. Diletakkannya nampan di atas meja kerja Elard. "Saya kan gak minta makan," keluh Elard. "Coba bilang begitu sama yang nelepon," tantang Azka dengan senyum licik. "Makan, ya," pinta Sasi dari seberang telepon. "Azka sudah bawakan makanan, 'kan?" Tak bisa lagi menolak. Sasi punya kuasa meski jauh. "Iya. Saya makan." "Baiklah. Saya tutup teleponnya, ya." "Ik Schat, beri saya kabar selalu." Sasi menyanggupi dan tak lama telepon ditutup. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD