Bab 5. 11 April

1300 Words
Hubungan Angga dan Lusi semakin dekat. Mereka berkirim pesan setiap hari dan selalu janji ketemu bila Angga ke toko mengantar roti. Pak Harris juga tampak setuju karena Angga bisa menjadi panutan bagi Lusi. Setiap Minggu, Angga mengusahakan untuk datang ke rumah Lusi, walau agak malam, selepas magrib. Angga selalu mengajak Lusi keluar sekadar untuk makan bakso, siomay, ketoprak, dan sebagainya, layaknya anak muda yang sedang pacaran. Kontak fisik pun semakin erat diantara keduanya. Lusi selalu memeluk Angga saat berboncengan dan Angga selalu menggandeng Lusi saat berjalan bersama. Hingga suatu hari, saat hubungan mereka sudah berjalan 3 bulan, mereka melakukan hal yang melewati batas. Hari itu, Angga dan Lusi, merayakan hubungan mereka yang baru 3 bulan. Angga mengajak Lusi keluar rumah. "De, Ka Angga kesana hari Sabtu. Ka Angga mau ajak kamu nonton bioskop". "Mau, mau, Lusi juga udah lama gak nonton. Tapi Ka Angga bisa pulang awal emang". "Ka Angga nanti minta izin pulang awal. Jam 5 sore Kakak jemput ya". "Oke, Ka". Hari Sabtu tiba, Angga sudah siap begitupun Lusi. Angga tiba di rumah Lusi dan meminta izin ke Pak Harris terlebih dahulu. "Malam, Pak. Saya mau ajak Lusi keluar nonton hari ini". "Iya, seperti biasa ya jangan lewat jam 9 malam. Bapak kan sudah nutup jam segitu". "Baik, Pak". "Lusi berangkat dulu ya Abah". "Iya, hati-hati". Saat di perjalanan, belum sampai tujuan tiba-tiba langit gelap dan turun hujan lebat. Mereka basah kuyup dalam sekejap. Angga langsung mencari tempat berteduh sekedar menunggu hujan reda dan terlihat kanopi yang cukup lebar untuk berteduh. Karena hujan yang deras, Angga tidak tahu kalau kanopi itu adalah tempat parkir motor untuk tamu motel. Daripada semakin kebasahan dan sudah terlanjur memarkir motor ya mereka berdiri di sana. Angga melihat sweater Lusi yang basah dan Lusi tampak kedinginan sedangkan jaket yang dia kenakan juga basah, jadi tidak mungkin dia memberikan jaketnya. Hujan sudah 15 menit dan belum tampak reda. Lusi tampak menggigil. "Ka, Lusi dingin banget nih", sambil mengusap-usap kedua tangannya. "Maaf ya De, Ka Angga tidak tahu kalau akan hujan begini". "Ka, kita masuk ke dalam saja. Lusi gak kuat dingin, kita di dalam bisa menghangatkan tubuh". "Tapi, ini motel, De, kita kan... ". "Ayolah Ka, kita kan cuma mau berteduh, hujannya mungkin bisa lama berhenti, Lusi udah gak kuat banget". "Iya, iya, kita berteduh". Lalu mereka masuk dan Angga menuju resepsionis untuk memesan kamar. "Malam, saya mau pesan kamar untuk beberapa jam saja". "Seratus lima puluh ribu untuk 3 jam atau dua ratus lima puluh ribu untuk 6 jam". "Yang 3jam saja". "Saya juga mau pesan teh hangat, bisa antar?" "Iya Pak, bisa, totalnya jadi 180 ribu". "Ini, Mbak". "Kamar 114 di lantai 2 ya". "Iya, terimakasih". Angga segera menghampiri Lusi dan menuju ke kamar. "Ayo, De. Kamarnya di lantai 2". "Iya, Ka". Mereka memasuki kamar dan menutup pintu. Lalu Lusi segera mengambil handuk yang memang sudah tersedia. "Ka, Lusi, ke kamar mandi dulu". "Iya". Angga pun tampak kedinginan dan tak lama pelayan mengetuk pintu. "Tok, tok, pesanan teh hangat". Angga segera membuka pintu dan pelayan meletakkan teh hangat di atas meja. "Terimakasih". "Iya, mari Pak". Angga segera menyeruput teh hangat tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Tak lama Lusi keluar hanya dengan berbalut handuk putih. Angga yang melihat Lusi dengan segera memalingkan wajahnya. Dia tampak gugup. "Ade, kenapa Ade melepas pakaian?" "Daripada masuk angin, Ka, pakai pakaian basah". Angga segera meraih selimut dan memberikan pada Lusi. "Kamu tutup dengan selimut, biar kamu gak kedinginan. Dan ini minum teh hangat biar kamu hangat". "Iya, Ka". Lusi menyelimuti tubuhnya dan meminum teh hangatnya. "Lusi sudah agak hangat sekarang, Ka Angga gak ganti pakaian, nanti masuk angin". "Gak apa, De, nanti juga kering sendiri". "Tapi Kakak nanti bisa sakit, apa mau Lusi yang gantiin". "Eittsss, Ade kok bisa bilang gitu". "Iya, abis Ka Angga susah dibilangin". "Iya, Ka Angga lepas". Angga juga mengambil handuk lalu menuju kamar mandi, dan membuka jaket, kaos serta celana jeansnya yang basah. Dia juga melihat pakaian Lusi yang tergantung sambil menelan ludahnya. "Angga, ingat, tidak boleh berpikiran aneh", gumamnya dalam hati. Lalu Angga keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi setengah tubuhnya dan melihat Lusi sedang menatap jendela. "Sedang apa, De?" "Ini, Ka, hujannya belum berhenti juga. Kayaknya bisa batal nonton bioskopnya. Ini sudah lewat magrib". "Iya, lain kali, kita nonton. Nanti kita makan saja kalau hujan sudah reda". "Padahal kita mau rayain hari jadian kita yang sudah 3 bulan". "Iya, lain hari juga bisa, De". Lalu suasana menjadi hening, mereka saling bertatapan. Lusi menghampiri Angga dan jarak mereka kini sangat dekat. Lusi melihat Angga dari bawah ke atas. Terlihat d**a bidang Angga meskipun perutnya tidak berbentuk kotak ?. "Ka, kita belum pernah berciuman, gimana kalau tanda jadian kita 3 bulan, kita....," pipi Lusi tampak merah meminta hal itu. Angga yang melihat bibir Lusi yang merah kecil yang jaraknya hanya 5 cm, tak bisa menahan gairahnya meski dia berusaha untuk menahan. Angga mengecup bibir Lusi, sekali, lagi, lagi dan lagi. Lusi juga membalas kecupan Angga. Kecupan demi kecupan membuat gairah keduanya meningkat. Apalagi ini sama-sama merupakan yang pertama bagi mereka. Setelah 3 menit saling membalas kecup di bibir. Kecupan Angga semakin liar menjelajahi leher dan menyikapi selimut yang tadi menutupi bagian d**a Lusi. Angga merasakan tubuh halus Lusi, dia pun mulai mengecup bagian d**a Lusi dan ya handuk putih itu pun terjatuh di lantai. Tubuh Lusi kini polos tanpa apa pun. Lusi tampak agak malu namun Lusi menikmati setiap kecupan Angga. Nafas Lusi terdengar mendesah cepat. Gairah keduanya berada di puncak. Handuk yang menutup bagian bawah tubuh Angga pun terlepas, hanya tersisa celana dalamnya yang masih Angga kenakan. Lusi melihat dan meraba setiap bagian tubuh Angga. Mereka saling berpelukan erat dan merasa hangat. "Ka, ini yang pertama buat Lusi, tapi Lusi gak akan menyesal karena melakukannya dengan orang yang Lusi suka". "Ini juga yang pertama buat Kakak, De. Ka Angga akan bertanggung jawab sepenuhnya, kelak Ka Angga akan menikahimu". "Benar ya Kak". "Iya. Ka Angga akan bekerja keras untuk bisa melamar kamu dengan layak". "Iya, Lusi yakin sama Kakak". "Kita lakukan perlahan ya, De. Kamu bilang kalau tidak nyaman. Karena setahu Kakak agak sakit untuk pertama kalinya". Lusi menjawab dengan mengangguk. Lalu Angga dan Lusi menuju tempat tidur. Angga mulai meraba bagian itu. Lusi menikmatinya. Desahan demi desahan karena setuhan Angga membuat keduanya melayang. Ketika milik Angga menegang dengan kokohnya, mulailah perjalanan ke lubang milik Lusi yang memang masih sempit. Perlahan tapi pasti, dengan jeritan kecil keduanya mencapai puncak kenikmatan. Lalu terjadi gerakan maju mundur, pelan lalu semakin kencang dan berakhir dengan keduanya yang sama-sama merasakan kepuasan. Yang tersisa hanyalah bercak darah yang tertinggal di sprei. Setelah selesai, keduanya saling berpelukan di tempat tidur. "Rasanya agak sakit, Kak tapi enak". "Iya, maaf kalau Kakak terlalu kasar tadi". "Gak kok Kak, tadi kita kan sama-sama menikmati". "Kita berpakaian, yuk. Takut Ka Angga kepengen lagi". "Tapi Lusi masih mau pelukan sebentar lagi". "Iya. Ka Angga janji De, bahkan selalu menjaga kamu dan tidak akan menyakiti kamu. Kakak sayang banget sama kamu", sambil mengelus rambut Lusi. Lusi pun memberi senyuman manis ke Angga. "Makasih ya Kak, Lusi pegang janji Kakak". Mereka saling menatap dan tersenyum bahagia. "Sudah jam setengah 8, De, kita harus bersiap. Mungkin hujan sudah reda". "Iya, Ka, Lusi duluan yang bersiap ya". "Iya". "Ka Angga jangan lihat" "Apaan sih kamu, ini Ka Angga tutup mata". Lusi pun malu-malu dan buru-buru ke kamar mandi. Selesai berpakaian, Lusi keluar dari kamar mandi dan gantian Angga yang ke kamar mandi. "Kamu juga jangan lihat Kakak gitu, malu lah". "Tapi Lusi pengen lihat". "Ade gak boleh curang". "Gak apa lah", sambil menjulurkan lidahnya. Akhirnya Angga bangun dari tempat tidur dan membalikkan badannya lalu segera menuju kamar mandi. Lusi pun tertawa senang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan hujanpun telah reda. Mereka meninggalkan motel dan mampir untuk makan bakso lalu mengantar Lusi pulang ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD