Setelah hari itu, Angga dan Lusi semakin memiliki perasaan yang erat namun mereka mulai sibuk dengan aktivitas mereka. Lusi yang akan menempuh ujian dan Angga yang mendapat tanggung jawab yang lebih besar di tempat dia bekerja. Bos Angga, Pak Daus sudah cukup tua, beliau pun sakit-sakitan dan harus banyak istirahat di rumah. Angga yang sudah menjadi orang kepercayaan Pak Daus di beri tanggung jawab sebagai tangan kanan beliau. Angga bertugas mengatur proses pembuatan, pengiriman dan keuangan pabrik roti lalu melaporkan kepada Pak Daus. Angga tidak perlu mengantar roti lagi. Tentu saja kesempatan ini diterima dengan senang hati oleh Angga. Dengan tanggung jawab yang lebih besar maka hasil yang dia peroleh pun semakin besar. Gaji Angga naik 3x lipat. Angga bisa menabung untuk kelak melamar Lusi, Angga juga berencana menyicil sebuah rumah untuk keluarganya.
Hari ini, Pak Daus memanggil Angga ke ruangannya.
"Angga, kamu sudah ikut saya lama hampir 5 tahun ya. Kamu anak yang rajin dan jujur. Kamu juga sudah mengerti operasional pabrik. Kesehatan saya sudah banyak menurun. Dokter menyarankan saya untuk banyak istirahat. Jadi saya ingin kamu mulai hari ini menjadi tangan kanan saya. Kamu nanti yang mengatur keuangan lalu kamu melapor ke saya. Kamu tidak perlu ke lapangan lagi, nanti soal gaji saya naikkan 3x lipat. Bagaimana kamu bersedia menerima tanggung jawab yang saya berikan?"
"Ini sebuah kehormatan bagi saya, Pak. Tentu saya bersedia, kesempatan ini sungguh berharga buat saya. Terimakasih Bapak mau percaya sama saya".
"Bagus, bagus, mulai hari ini, kamu urus ya pabrik saya ini, saya percaya kamu bisa".
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi, saya akan mengontrol proses pembuatan dan mengatur pengiriman untuk hari ini".
"Iya, iya, silahkan".
Angga sangat senang atas promosi jabatannya. Angga menjadi lebih bersemangat bekerja. Dia juga sudah tak sabar memberi kabar bahagia ini ke keluarganya dan juga Lusi.
Semakin besar tanggung jawab maka semakin besar pula pengorbanannya. Angga yang biasa jam 7 malam sudah sampai di rumah. Kini dia harus menyelesaikan tugas hingga pukul 9 malam. Itupun jika tidak lembur.
Lusi mengirim pesan seperti biasa di pukul 7 malam namun tidak mendapat balasan.
"Malam Ka Angga, sedang apa?"
Tapi sampai jam 8 malam belum ada balasan. Lalu Lusi mengirim pesan lagi.
"Lusi baru selesai mengerjakan tugas. Lusi juga harus mulai belajar untuk persiapan ujian nanti".
Tapi sampai hampir jam 9 malam belum ada pesan yang masuk. Lusi jadi sedikit khawatir.
"Ka Angga kemana? Tumben banget lama balas pesan Lusi".
Tetapi tetap belum ada balasan sehingga Lusi memutuskan untuk menelepon Angga. Tapi sama teleponnya pun tak diangkat. Lusi mencoba sampai 3x namun tetap sama.
Angga memang tidak suka memegang handphonenya di saat bekerja. Handphonenya selalu dia taruh di tas dan di letakkan di locker.
Pukul sudah menunjukkan jam 9.15 malam. Angga baru selesai dengan pekerjaannya. Dia mengambil tasnya dan bergegas pulang.
Jalanan malam sudah lenggang sehingga hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai ke rumahnya yang biasanya harus dia tempuh 40 menit.
"Malam bu"
"Nak, baru pulang jam segini. Ibu tadi agak khawatir biasa kamu sudah pulang, ini sudah hampir jam 10".
"Iya bu, Angga punya kabar gembira. Hari ini Angga naik jabatan. Angga sekarang jadi tangan kanan Bos Angga. Jadi mulai hari ini, mungkin Angga pulang jam segini, Bu".
"Wah, bagus lah Nak, ibu dukung pekerjaan kamu. Tapi kamu harus jaga kesehatan juga. Kamu sudah makan?"
"Sudah bu tadi sore, tapi sekarang laper lagi sih, Bu"
"Tuh kan, mandi dulu lalu makan. Ibu masak lauk udang sambal sama lalap. Nasi juga ada sudah ibu pisahkan untuk kamu, nanti kamu habiskan".
"Iya, bu. Angga mandi dulu".
Selesai mandi dan makan, pukul sudah jam 10.30 malam. Angga baru duduk dan mengambil handphonenya. Di lihatnya ada beberapa pesan masuk dan 3 panggilan tak terjawab dari Lusi.
"Sudah jam segini, apa Ade sudah tidur belum ya", gumamnya dalam hati.
Lalu Angga membalas pesan Lusi.
"Maaf De, Ka Angga hari ini sibuk banget. Ade sudah tidur belum?"
"Ka Angga mau bagi kabar gembira, kalau kamu belum tidur, Ka Angga mau telepon Ade?"
Pesan Angga masuk ke handphone Lusi. Lusi memang sudah tertidur tapi mendengar suara pesan masuk, Lusi terbangun dan melihat pesan itu, lalu segera membalas pesan Angga.
"Ade belum tidur kok, nungguin pesan dari Kakak".
Lalu handphone Lusi berbunyi, panggilan masuk dari Angga.
"Malam, De. Maaf ya Ka Angga baru bisa balas pesan Ade".
"Iya, gak apa Ka. Tapi kenapa Ka Angga jam segini baru balas pesan Lusi. Ka Angga kemana emang?"
"Ka Angga kerja, De. Ini Ka Angga telepon karena Ka Angga mau kasih kabar gembira. Mulai hari ini Ka Angga jadi tangan kanan Bos Kakak. Ka Angga yang mengurus operasional pabrik, jadi Ka Angga tidak mengantar ke lapangan lagi".
"Oooo, lalu maksud Kakak, Kakak naik jabatan?"
"Iya, ini kesempatan bagus kan De. Kakak dapat kepercayaan besar mengurus pabrik Bos Kakak".
"Jadi, Ka Angga tidak mengantar roti lagi dan kita bisa jarang ketemu dong kalo gitu".
"Iya, De. Dan mungkin setiap hari Ka Angga pulang malam sekitar pukul 10 malam".
"Jadi, waktu kita ketemuan semakin jarang, Kak".
"Ehmm,.....soal itu Ka Angga usahakan selalu hubungi kamu. Mungkin di awal agak sulit tapi Ka Angga akan coba atur waktu biar bisa ketemu kamu. Tolong kamu mengerti ya, ini semua buat kita juga kelak".
"Iya, Ka. Lusi ngantuk, Lusi tidur dulu ya. Nanti kita bicarakan lagi".
"Iya, Met bobo ya, De".
"Iya, Ka".
Lusi pun menutup telepon. Lusi merasa tidak bahagia mendengar kabar gembira tersebut dari Angga. Dia merasa waktu untuk mereka berdua akan semakin berkurang.