Angga merasa Lusi tidak bahagia mendengar kabar gembira tersebut. Angga berusaha memahami perasaan Lusi. Angga sebisa mungkin mengatur waktu untuk setidaknya bertemu Lusi seminggu sekali. Dan setiap hari menyempatkan diri mengirim pesan kepada Lusi.
"De, Ka Angga malam minggu ini ke rumah ya, kita jalan keluar. Ka Angga sudah minta izin ke Bos Angga tiap hari Sabtu pulang awal dan beliau memberi izin".
"Iya, Ka Angga atur aja. Lusi tunggu ya hari Sabtu malam".
"Iya, nanti kita nonton bioskop lalu makan untuk merayakan promosi Kakak".
"Iya, Ka".
Hari Sabtu tiba, Angga bergegas pulang jam 5 sore lalu bersiap dan langsung berangkat ke rumah Lusi. Angga sampai di sana selepas magrib. Angga minta izin ke Pak Harris untuk pulang agak telat. Beruntung Pak Harris pun mengerti dan mengizinkan. Lalu mereka langsung berangkat.
Hari ini semua berjalan lancar sesuai rencana. Mereka nonton bioskop, lalu makan di area food court di sana.
"De, ini pertama kali Ka Angga bisa ajak Ade makan di sini bukan di pinggir jalan. Ka Angga berharap Ade senang dan mendukung pekerjaan Kakak meskipun waktu untuk kita menjadi berkurang".
"Iya, maaf kalau Lusi egois, Lusi cuma ingin waktu dan perhatian dari Ka Angga. Itu sudah cukup buat Lusi".
"Ka Angga pasti selalu mengusahakan waktu untuk Ade dan semua ini gak akan mengurangi perhatian Ka Angga ke kamu. Ka Angga akan berusaha yang terbaik untuk kita".
"Iya, Ka".
Selesai makan mereka pulang. Seperti biasa Angga mengantar Lusi. Hari-hari berlalu, bulan demi bulan dan tak berasa hubungan Angga dan Lusi sudah setahun. Lusi kini sudah kelas XII, Angga pun semakin mapan berkat kerja kerasnya. Angga kini bisa menyicil sebuah rumah meskipun tidak besar namun berada di daerah perkotaan sehingga waktu tempuh untuk ke pabrik lebih dekat begitupun ke daerah rumah Lusi.
Angga juga sudah merasa ini waktu yang tepat untuk memperkenalkan Lusi ke keluarganya.
"De, lusa nanti tepat hubungan kita setahun. Ka Angga ingin memperkenalkan kamu ke keluarga Kakak. Ade mau kan?"
"Iya, mau Ka. Selama ini Lusi cuma tahu mereka dari cerita Kakak sekarang bisa ketemu langsung. Lusi senang banget".
"Kalau begitu lusa nanti, Ka Angga jemput kamu tapi mungkin agak malam. Tak apa kan?"
"Iya, nanti Lusi izin ke Abah".
Hari yang di nanti tiba, Angga sepulang kerja langsung menjemput Lusi untuk menghemat waktu. Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Lusi sudah bersiap dan meminta izin ke Pak Harris.
"Abah, hari ini Lusi mau di ajak ke rumah Ka Angga. Mungkin Lusi pulang agak telat".
"Wah, Abah senang hubungan kalian sudah semakin dekat. Abah harap hubungan kalian bisa berlanjut sampai ke tahap yang lebih serius".
"Maksud Abah?"
"Iya, Abah mendukung kalian kalau kalian ingin menikah. Tadinya kan Abah ingin kamu kuliah dulu baru menikah. Tapi kamu kan sudah punya Nak Angga. Pacaran terlalu lama juga tak baik bisa jadi omongan orang. Kalau kalian sudah merasa cocok, Abah akan mengizinkan kalian menikah setelah kamu lulus sekolah".
"Lusi belum berpikiran ke arah sana juga, Bah dan memang belum ada rencana".
"Iya, Abah cuma memberi dukungan saja soal hubungan kalian".
Dan saat mereka berbincang, Angga tiba.
"Malam, Pak. Maaf Pak, Angga malam begini baru bisa jemput Lusi. Angga ingin memperkenalkan Lusi ke keluarga saya".
"Iya, Nak Angga. Abah mengerti kok kamu kan kerja keras. Anak muda memang harus semangat kerja. Dulu Abah juga waktu muda kerja keras untuk keluarga".
"Iya, Pak. Saya berangkat sekarang ya Pak. Permisi"
"Lusi berangkat ya, Bah".
"Iya, kalian hati-hati".
Angga dan Lusi berangkat menuju rumah Angga. Di sana ibu Angga juga sudah menunggu. Beliau tak sabar bertemu dengan Lusi.
Ibu Angga berada di teras rumah saat mereka tiba. Sementara Ayah Angga dan adik-adiknya berada di dalam rumah. Angga memarkir motor di halaman rumah lalu mereka turun.
"Selamat Malam, Tante", sapa Lusi terlebih dahulu.
"Malam, Nak Lusi. Aduh ayu nya, lebih cantik di lihat langsung ketimbang dari handphone".
"Tante bisa aja".
"Ayo, ayo masuk Nak".
"Iya, Tan".
Di ruang tamu ada Ayah Angga, Setyo dan Mila adik Angga yang baru berusia 2 tahun lebih sekarang yang sedang menonton televisi.
"Malam Om", sapa Lusi.
"Iya, mari masuk".
"Maaf, Nak Lusi, tidak ada kursi, cuma beralas karpet seperti ini".
"Ga apa, Tan, jadi lebih leluasa begini".
"Tante buatin minum dulu".
"Lusi ambil sendiri Tante nanti bisa bareng Ka Angga, Tante ga usah repot".
"De, Ka Angga, mandi dulu ya. Kamu ngobrol bareng ibu dulu", sela Angga.
"Iya, Ka".
Setyo, Mila sini, panggil ibu Angga kepada mereka.
"Iya, Bu", sahut Setyo sambil menuntun Mila.
"Ini, Setyo, adik Angga yang nomor 2. Ini, Mila, yang bontot".
"Iya, Tante. Ka Angga sering cerita tentang Setyo sama Mila".
"Hai, Ka Lusi", sapa Setyo.
"Hai juga".
"Halo, Mila, kamu lucu amat sih", tapi Mila masih malu-malu dan memeluk ibunya.
"Kalo adik pertama Angga, namanya Dimas, tapi sekarang tinggal sendiri di Yogya. Anaknya itu suka rantau. Iya tante gak bisa larang juga".
"Iya Tante, Angga juga sudah cerita".
"Kalian sudah setahun ya pacaran, tapi baru hari ini bisa ketemu langsung. Tante senang banget. Semoga kalian bisa langgeng terus".
"Iya, amin Tante".
Angga yang sudah selesai mandi dan berpakaian santai menghampiri Lusi dan ibunya yang sedang asyik mengobrol.
"De, makan dulu yuk", ajak Angga.
"Iya, Nak Lusi, ibu ada masak ayam goreng sama tumis kangkung. Kamu makan dulu bareng Angga, kalau Tante sudah makan tadi".
"Iya, iya Tan, Lusi permisi dulu".
Angga dan Lusi menuju dapur dan mereka makan berdua.
"De, kamu makan yang banyak, masakan ibu ini paling enak loh. Ini Ka Angga juga sudah buatkan teh manis buat kamu".
"Iya, makasih Ka".
Selesai makan, Angga membereskan piring dan mencucinya.
"Sudah De, kamu ke ruang depan saja, biar Ka Angga yang beresin semua".
"Lusi aja, Ka yang beresin kan beberes itu tugas perempuan".
"Eits..., tugas perempuan kesayangan Ka Angga itu duduk manis aja. Ga boleh sibuk sendiri lagian Ka Angga sudah terbiasa membereskan dan mencuci piring setelah makan".
"Wah, Ka Angga memang lelaki idaman", balas Lusi sambil tersenyum.
Lalu Lusi kembali ke ruang depan dan Angga yang membereskan dapur, setelah selesai Angga ke ruang depan menemani Lusi. Lusi tampak sudah akrab mengobrol dengan ibunya dan bermain dengan Mila.
Tak terasa waktu semakin larut, sudah pukul setengah 10 malam. Lusi pun pamit pulang.
"Tante, Lusi pulang dulu sudah malam".
"Iya, Nak Lusi, sering-sering main nanti kemari".
"Iya, Tan. Lusi pamit dulu ya".
"Om, Lusi pamit ya".
"Mila, Ka Lusi pulang dulu, kapan-kapan kita main bareng lagi".
"Iya, ati-ati di jalan".
"Angga jaga Nak Lusi, ati-ati".
"Iya, Bu".
Angga mengantar Lusi sampai depan rumahnya. Tampak toko Pak Harris sudah tutup dan lingkungan pun tampak sepi karena sudah cukup malam.
Angga lalu mengucapkan selamat hari 1 tahun mereka.
"Selamat hari 1 tahun kita ya, De, semoga kita bisa langgeng terus seperti ini. Ka Angga sayang kamu", lalu Angga mencium kening Lusi.
Lusi sangat senang.
"Iya, Ka, Happy Anniversary, Lusi senang hari ini bisa bertemu keluarga Kakak. Lusi juga berharap kita langgeng selalu. Love you, Ka Angga", lalu dengan cepat mencium pipi kanan Angga.
Dan segera berlari kecil menuju pintu rumahnya lalu melambaikan tangan. Setelah itu Lusi masuk ke dalam dan Angga pun pulang. Mereka berdua sangat bahagia.