Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Kini Lusi sudah lulus sekolah dan akan melanjutkan studinya ke universitas. Waktu pertemuan Lusi dan Angga pun tak sesering dulu. Dalam sebulan mereka mungkin hanya bertemu 1 atau 2 kali saja. Intesitas mengirim pesan juga hanya seperti rutinitas saja.
Lusi juga sudah tumbuh dari gadis remaja menjadi gadis dewasa. Lusi semakin cantik dan dia juga sudah pandai merias diri. Rambut hitam panjangnya dicat warna coklat, alis yang disulam agar terlihat tebal dan pewarna bibir tak lupa selalu dia pakai saat keluar rumah. Kini Lusi adalah wanita yang menawan yang tentu banyak di sukai kaum Adam.
Hubungan Angga dan Lusi juga terasa semakin hambar tapi Angga selalu mengusahakan memberi warna di hubungan mereka. Sementara itu, Lusi mulai menyukai lingkungan barunya, lingkungan perkuliahan, dimana Lusi bertemu seseorang bernama Fabian Nugroho.
Fabian Nugroho adalah mahasiswa senior tingkat akhir yang digandrungi banyak mahasiswi karena ketampanannya. Fabian adalah cowok populer yang banyak memiliki pacar tapi tak pernah ada yang bertahan lama, paling lama hanya 3 bulan. Setelah dia bosan, dia menggantinya seperti layaknya sepatu, dicampakkan begitu saja.
Lusi yang merupakan mahasiswi baru di sana tak luput dari incaran Fabian. Fabian mulai mendekati Lusi dan mengajaknya berkencan.
Hari itu, hari pertama Lusi mulai kelas di kampusnya. Lusi bertemu dengan Fabian saat di lorong menuju kelas. Fabian sedang berjalan, dia nampak gagah dan wangi. Itu memang pesona yang dimilikinya yang membuat banyak wanita tertarik. Tak terkecuali dengan Lusi, Lusi berpapasan dengan Fabian. Lusi mencium aroma wangi yang terhirup tepat di sampingnya. Fabian yang sudah dari jauh terlihat lihai memperhatikan Lusi yang saat itu memakai outer biru dipadu kaos putih dan jeans biru sengaja menebar pesonanya. Fabian pun menyapa Lusi.
"Hai, kamu pasti mahasiswi baru. Kenalin aku Fabian", sambil mengulurkan tangannya.
Lusi yang pertama kali melihat Fabian pun merasa tertarik karena ketampanan dan keramahannya.
"Ehm..., Iya saya mahasiswi baru di kampus ini. Saya Lusiana", sambil menjabat tangan Fabian tadi yang mengajak berkenalan.
Fabian langsung mengenggam tangan Lusi.
"Nice to meet beauty girl like you", sambil menatap Lusi yang membuat Lusi gugup sedangkan tangannya juga masih mengenggam erat tangan Lusi.
"Makasih, Ka Fabian", sambil berusaha melepas genggaman Fabian.
"O, sorry. Aku tuh takjub saat melihat kamu".
"Ehm...", Lusi lalu bergegas berlalu menuju ruang kelasnya".
"We'll see, kamu pasti jatuh ke pelukan ku", sambil melihat Lusi yang berlalu.
Lalu teman-teman Fabian mendekatinya.
"Bro, loe pasti incar mangsa baru ya".
"Yoi, cantik kan".
"Hati-hati, Bro, sudah banyak yang sakit hati karena loe".
"Cewek-cewek itu yang ngejar gw dan gw gak pernah maksa mereka. Mereka sendiri yang kebelet begitu sama gw".
"Iya, iya, bro, ganteng loe ini tuh anugerah, jangan buat loe manfaatin cewek-cewek, nanti loe bisa kena karma".
"Gw ini mana pernah manfaatin mereka. Udahlah gw malas dengar ceramah kalian".
Fabian meninggalkan teman-temannya yang sering menasehatinya.
Fabian selalu mencoba menarik perhatian Lusi, dan akhirnya Lusi pun mulai tertarik dengannya.
Selesai kelas, Lusi yang sedang berjalan menuju kantin di hampiri oleh Fabian.
"Halo, cantik, makan siang bareng yuk, aku traktir".
"Makasih, Ka, tapi saya cuma mau beli minum saja".
"Kamu mau minum apa, aku belikan".
Lusi mengerutkan dahinya.
"Kakak pasti ingin sesuatu dari saya, tapi saya sudah tahu tentang Ka Fabian. Kakak ini playboy di kampus ini, kan?"
"Hahahaha, kamu dengar itu darimana? Itu tidak benar, mereka yang bilang begitu tentang aku hanya sakit hati cintanya aku tolak. Masa kamu percaya omongan belaka seperti itu. Kamu kan bisa menilai kalau kamu sudah kenal orangnya".
"Ehm..., iya kan mereka sudah kenal dan tahu tentang Kakak".
"Tapi kamu kan belum kenal dan tahu tentang aku. Kamu lihat kan tampang seperti aku ini tipe cowok idaman", sambil memainkan matanya.
"Entahlah, saya permisi dulu".
Lusi berjalan pergi tapi Fabian menyusulnya. Karena terburu-buru Lusi hampir terjatuh dan tepat saat itu Fabian menarik tangan Lusi dan memeluk pinggangnya. Mereka saling bertatapan. Lusi merasa deg-deg an, paras tampan Fabian membuat jantungnya berdebar dan tentu saja aroma tubuhnya yang wangi memberi nilai plus untuknya.
"Kamu tidak apa-apa kan? Ada yang terluka?"
Lusi tersadar dari lamunannya, "Iya, saya baik-baik saja. Makasih sudah menolong saya".
Fabian dengan posisi masih memeluk Lusi memberi senyum manisnya, "Syukurlah kalau begitu".
Lusi pun segera melepaskan diri dari pelukan Fabian, "Maaf Kak".
"O, iya, maaf, aku cuma mau menolong gak ada maksud lain", sambil melepaskan pelukannya.
"Iya".
"Aku antar ke depan ya".
"Ehm..., boleh".
Dan kejadian tadi dilihat Elisa, mantan Fabian yang tergila-gila pada Fabian.
"Dasar cewek gatel, kamu pasti menyesal nanti".
Di kesempatan ini Fabian meminta nomor handphone Lusi.
"Lus, aku minta nomor contact kamu. Aku ingin kenal kamu lebih dekat".
"Ehm...", Lusi sedikit ragu tapi dia memberikan nomor handphonenya.
Mereka saling bertukar nomor.
"Nanti, aku contact ya".
"Iya, boleh".
Mereka sudah tiba di gerbang dan Lusi naik ojek langganannya yang sudah menunggu di luar.
"Saya duluan ya Kak".
"Iya, ati-ati. Bye".
"Bye".
Malam harinya, Fabian mengirim pesan ke Lusi di saat yang bersamaan dengan Angga yang juga mengirim pesan.
"Malam, De, Gimana hari pertama di kampus?"
"Lusi suka banget suasana kampusnya, kelasnya nyaman, dosennya juga ramah, Ka".
"Baguslah, sudah dapat teman baru belum".
"Iya, teman sekelas saja, Ka".
Lusi tidak menceritakan perkenalannya dengan Fabian hari ini.
Lalu Fabian juga mengirim pesan.
"Hai, Ini aku Fabian. Kamu sedang sibuk gak?"
Entah kenapa Lusi merasa senang mendapat pesan dari Fabian.
"Iya Ka Fabian, sudah saya save kok nomornya. Saya lagi santai jam segini. Ada apa ya Ka?"
"Cuma mau ngobrol aja, aku telepon boleh".
"Ehm..., boleh Ka tapi sebentar Lusi mau ke kamar mandi dulu".
"Iya".
Lusi lalu mengirim pesan ke Angga kalau dirinya lelah hari ini dan ingin tidur lebih awal.
"Ka Angga, Lusi agak lelah hari ini mau tidur".
"Iya, De, Met malam ya. Ka Angga sayang kamu".
"Iya, Ka".
Dan setelah itu Lusi mengirim pesan ke Fabian.
"Sudah nih".
Fabian pun langsung menelepon Lusi.
"Malam, gak ganggu kan telepon kamu".
"Gak, Ka".
"Besok kamu ada kelas?"
"Ada, besok jam 10 pagi".
"Kita makan siang di kantin ya besok".
"Ehm..., boleh".
"Aku tunggu nanti depan kelas kamu".
Dan percakapan mereka berlangsung cukup lama dari menanyakan hobby, makanan, minuman, warna favorit hingga tempat tinggal. Tak terasa waktu sudah pukul 11 malam. Dan akhirnya Lusi menyudahi percakapan mereka.
"Ka, sudah malam. Saya tidur dulu ya".
"Iya ya, gak terasa ngobrol sama kamu, nyambung gitu. Sepertinya kita banyak kesamaan ya".
"Iya, Ka".
"Kalau gitu sampai ketemu besok ya. Met bobo putri cantik".
Lusi pun tersipu malu mendengar ucapan Fabian itu dan mereka akhirnya mengakhiri percakapan.