Bab 3. Angga dan Lusi Berpacaran

919 Words
Setelah pertemuan itu, keduanya berkirim kabar setiap hari lewat pesan. Mereka menjadi lebih mengenal satu sama lain. Angga yakin akan perasaannya pada Lusi, begitupun Lusi. Akhirnya, Angga memutuskan untuk memberanikan diri meminta Lusi untuk menjadi pacarnya. Pacar pertama Angga, karena sebelumnya Angga belum pernah memiliki pacar. Hari Minggu sore, Angga mengajak Lusi bertemu di taman. "De, Ka Angga mau ajak kamu ke taman Minggu sore ini, Ade bisa?" "Bisa dong, Ka. Lusi selalu ada waktu buat Ka Angga". "Makasih ya, De". "Siip, Ka". Hari Minggu tiba, Angga sudah bersiap. Dia minta izin pulang lebih awal hari ini. Angga mandi dan memakai pakaian rapi serta memakai parfum. Dia terlihat tampan dan gagah. Hampir tidak pernah dia berpenampilan seperti hari ini. Tentu, ibu Angga yang heran melihat penampilan anaknya hari ini bertanya pada Angga. "Angga, kamu rapi begini, ada acara apa?" "Tidak ada acara bu, hanya ingin pergi keluar". "Pergi dengan siapa, Ngga?" "Sama pacar Ka Angga, Bu", Setyo menyela. "Kamu sudah punya pacar Ngga? Kamu kenalin ke ibu nanti". "Anu, Bu, bukan pacar, Angga belum..." "Ka Angga mau nembak hari ini ya", Setyo menyela lagi. "Kamu anak kecil, sok tua". "Sudah, sudah, ibu ikut senang kalau kamu punya pacar. Pokoknya kalau sudah jadian, kamu kenalin ke ibu ya, Ngga". "Iya, Bu, pasti Angga kenalin. Angga pamit dulu ya, Bu". "Hati-hati di jalan, Ngga". Lusi di rumah nya juga bersiap. Dia memilih pakaian kaos dan celana jeans panjang yang memang gaya anak remaja. Hanya Lusi bingung alasan apa yang harus dia berikan ke Abahnya. Tidak mungkin kan kalau bilang mau pergi sama Ka Angga. "Aku bilang ke rumah Prilly saja, tapi...alasannya apa ke rumah Prilly, pasti Abah bertanya dengan detail", gumam Lusi dalam hati. "Apa bilang ada tugas kelompok saja, pasti kalau berhubungan dengan tugas sekolah, Abah mengizinkan". Dan ya Lusi meminta izin ke Abahnya dengan alasan tugas sekolah sehingga Abahnya mengizinkan. "Jangan pulang malam ya Lus, ingat jam 8 malam harus sudah pulang". "Iya, Abah". Angga sudah menunggu Lusi di halte dekat rumah Lusi, tempat mereka janjian. Lusi segera menghampiri Angga yang sedang duduk di halte. "Ka Angga, sudah lama menunggu Lusi". "Belum lama, baru sampai juga tadi". "Wah, Ka Angga hari ini beda banget, rapi, wangi lagi, kayak hari spesial hari ini". "Hehehe", Angga hanya terkekeh sambil menggaruk kepalanya. "Kita jalan sekarang yuk, Ka. Abah bilang jam 8 Lusi sudah harus pulang". "Iya". Ini pertama kali Lusi di bonceng Angga dengan motornya. Keduanya masih kaku dan tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. "Kita mau ke taman mana, Ka?", tanya Lusi membuka pembicaraan. "Taman Permata, De. Di sana suasananya asri dan sejuk". "Lusi belum pernah ke sana, Ka, tapi pasti Lusi suka". "Iya, kamu pasti suka". Dan mereka sampai di taman tersebut, suasana sore yang sepoi-sepoi ditambah kerindangan taman membuat hati damai. "Gimana, De, tempatnya, sejuk kan?" "Iya, Ka. Kita duduk di bawah pohon itu yuk, Ka", ajak Lusi. "Ayuk". Mereka duduk di bangku panjang di bawah pohon rindang itu dan Angga berusaha memberanikan diri menyatakan perasaannya saat itu. "De, Ka Angga mau.... , mau bilang sesuatu". "Iya, Kaka mau bilang apa?" "Ka Angga su.... suka sama kamu, apa kamu mau jadi pacar Kakak?", Angga menatap lembut pada Lusi. "Lusi mau Ka, Lusi juga suka sama Ka Angga sejak pertama ketemu Kakak". "Ehm..., jadi sekarang kita pacaran ya". "Iya, Ka Angga sayang". Angga membalas dengan senyum sambil mengacak-acak rambut Lusi. "Kita cari makanan yuk, di sana banyak pedagang", ajak Angga sambil mengulurkan tangannya. Lusi pun meraih uluran tangan Angga dan mereka bergandengan meski masih terasa canggung. Keduanya berjalan tersenyum-senyum sambil sesekali melirik. Selesai makan, hari sudah menunjukkan pukul 7 malam. "Sudah gelap nih Ka, cepat banget waktu, padahal Lusi masih kepengen jalan bareng tapi Lusi sudah harus pulang". "Iya, De, Ka Angga juga masih pengen jalan, lain hari kita jalan lebih pagi jadi bisa lebih lama ketemunya". "Benar ya Ka". "Iya". "Kita pulang sekarang yuk, Ka, takut Abah nyariin kalau Lusi telat". "Soal Abah kamu, apa Abah kamu setuju kamu berpacaran?" "Abah tidak mengizinkan Lusi pacaran Ka, tapi ini kan hak Lusi, soal Abah nanti Lusi bicarakan pelan-pelan. Abah pasti setuju apalagi Abah kan sudah kenal Ka Angga dan sepertinya Abah suka sama Kakak". "Iya, Ka Angga cuma gak mau kalau kita berbohong sama Abah kamu tentang hubungan kita". "Ka Angga jangan khawatir, Lusi pasti bicara tentang hubungan kita ke Abah". "Iya sudah, ayo kita pulang". Lusi mengangguk dan mereka menuju parkiran motor. "Ka, Lusi boleh pegang pinggang Kakak". "Ehm... , boleh". Saat di motor Lusi memegang pinggang Angga dan memeluk Angga lebih erat. Jantung mereka pun berdebar lebih cepat. "De, jangan terlalu erat". "Kenapa Ka? Kakak gak suka ya, Lusi pengen kayak orang-orang yang pacaran gitu, pelukan erat kalau lagi di motor". "Bukan gak suka, tapi Ka Angga grogi De kalau di peluk seerat ini". "Sama dong Ka, Lusi juga grogi tapi Lusi pengen ngerasain gitu gimana rasanya pelukan sama orang yang Lusi suka". Dan Lusi memeluk Angga sampai mereka tiba di halte dekat rumah Lusi. "Ka Angga antar sampai depan rumah saja, De, sudah malam". "Jangan Ka, nanti kalau Abah lihat atau ada tetangga yang bilang ke Abah bisa jadi Abah marah karena tadi Lusi kan bohong sama Abah". "Iya sudah, lain hari Ka Angga pasti izin ke Abah kamu kalau ajak kamu keluar, biar Ka Angga bisa antar jemput depan rumah gak seperti ini". "Iya, Ka. Lusi jalan dulu ya". "Hati-hati di jalan ya". "Ka Angga juga hati-hati di jalan". Mereka pun saling melambaikan tangan, Angga menunggu Lusi sampai Lusi menghilang di perempatan jalan baru Angga melaju pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD