"Nggak,aku nggak mau tunangan! Kan masih 16 tahun Ma,pa."Rengek Haira pada orang tuanya.
"Kan tunangan Haira,bukan nikah.Yah nggak apa apalah.Ntar tunggu 17 tahun baru kalian nikah."
"Apa ma?17 tahun nikah?Itu kan 3 bulan lagi."Haira semakin shock dan gelisah.Baik telapak tangan dan kakinya semua berkeringat.
Giyan hanya santai dan senyum senyum dengan semua ini.
"Sruk."Haira menendang kaki Giyan dari bawah meja menatap Giyan dengan wajah merengek berharap Giyan memberikan perlawanan.'Ngomong dong Kenalpot Brong!!Kenapa kamu malah diam sih!Golput ya kamu!Punya suara juga!'
Giyan hanya membuat ekspresi seperti 'Memangnya kenapa?Nggak masalah tuh buat aku.'
"Kamu gimana Giyan?Ini bertepatan setelah bulan lalu kamu ulang tahun yang ke 17 kan."Kakek Giyan mulai buka suara dan meminta pendapat Giyan.
"Aku nggak masalah sih.Boleh aja.Pilihan orang tua pasti yang terbaik."
DAMN jiwa Haira langsung keluar dan melayang seketika bergentayangan terbang mengelilingi ruang makan.
'Kenapa harus aku sih?!!!Saudara nggak punya!Anak tunggal!Ngelawan nggak mungkin,nolak nggak bisa!!!Harus jalanin hidup sama dia!Bisa nggak sekarang sekarang kayak lampu merah aja?Alias semua berhenti?Kalau udah lampu hijau,aku pengen lari jauh aja deh!'Haira melemah tiada daya.Ia hanya makan malam beberapa suap karena sedih.
****
Haira mengasingkan diri dan duduk didekat kolam renang.
Saat itu,ibunya melihat dari balik jendela dan menyusulnya.
"Haira,kamu kenapa sayang?"Ibu Haira duduk di dekat puterinya sambil mengelus kepala Haira.
Haira menangis tanpa sadar dengan tatapan menyentuh.Air matanya tiada henti mengalir tanpa tersedu.
"Gimana nggak sedih.Kok nasib aku harus gini.Tunangan,terus nikah muda.Padahal aku masih punya impian dan pengen nikmatin masa muda.Aku belum siap ma."Haira benar benar bersedih sekarang.
Ibu Haira paham betul apa yang Haira rasakan.Ia memeluk Haira dalam dekapannya."Maafin,mama sama papa ya Haira.Maaf beban ini harus jatuh kekamu.Sebenarnya dulu kakek kamu ya ayah dari papa kamu tuh sahabatan sama kakeknya Giyan.Giyan punya nama Jendral karena memang dulu kakeknya berpangkat Jendral.Terus,kakek Giyan udah yakin banget kalau cucunya nanti pasti cowo dan kakek kamu juga yakin cucunya cewek.Karena kakek Giyan banyak banget bantu kakek kamu juga keluarga kita,kakek Giyan minta sesuatu.Supaya hubungan kita tetap terjalin dan bisa jadi keluarga,kakek kamu dan kakek Giyan sepakat mau nikahin kalian kalau kalian udah dewasa.Bahkan udah di tulis di sebuah surat dan dicap dengan darah masing masing waktu jaman perang dulu.Mereka sahabat yang karib banget.Karena anaknya sama sama cowo yaitu papa kamu dan papa Giyan,makanya kamu dan Giyan yang menikah supaya kita jadi keluarga seperti wasiat dan keinginin para kakek."
"Tapi kenapa harus 17 tahun ma?Hutang budi apa juga?"Haira masih merengek dan butuh penjelasan.
"Dulu kan,17 tahun udah dewasa nak.Terus,kakeknya Giyan ini yang nolong kakek kamu sehingga papa kamu bisa punya perusahaan kayak sekarang dan kamu bisa hidup layak.Dulu kakek kamu pernah ditipu dan kakek Giyan benar benar ngebantu tanpa pamrih karena mereka teman seperjuangan.Waktu itu,papa kamu masih kecil dan hampir mati karena sakit keras,di tambah kakek kamu bangkrut.Cuma kakek Giyan yang nolong dan nyelamatin ayah kamu tanpa mikir apapun.Kalau nggak,kamu dan mama nggak akan ada hari ini.Papa kamu selamat dan perusahaan kakek sukses.Banyak jasa kakek Giyan buat kehidupan kita."
Mendengar hal itu Haira meluluh.'Apa artinya juga impian aku kan?Pengen kuliah ke Korea,nikmatin masa lajang,travelling solo keliling dunia,toh semua yang aku nikmatin hari ini karena kakeknya Giyan juga.Aku bisa aja nolak tapi papa dan alm.kakek pasti kecewa berat.Ya udah deh.'
"Iya ma,Haira mau."
Ibu Haira senang karena puterinya akhirnya menyetujui atas dasar kemauan sendiri.
"Pinter,gitu dong baru anak mama."Ibu Haira memeluk Haira erat dengan rona kebahagiaan.
"Tante."
Suara Giyan menyela di adegan ini.
"Eh Giyan,ya udah tante permisi dulu.Kamu ngomong ya sama Haira.Haira udah setuju sama perjodohan ini."Ibu Haira mengerti jika sekarang Giyan dan Haira butuh waktu untuk bicara.
Ia memilih pergi setelah Giyan datang.
"Aku boleh duduk?"
"Boleh,boker juga boleh."Sahut Haira asal dan kesal pastinya.
Giyan hanya tersenyum lalu duduk di samping Haira di kursi itu.
"Kamu marah?"
Haira hanya menggeleng dengan pertanyaan Giyan.
"Maaf ya."Suara Giyan yang berat dan macho ini melembut mengatakan maaf.
Haira menoleh menatap Giyan."Tapi jangan sampai siapapun di sekolah tahu ya.Apalagi soal pernikahan kita nanti.Aku mau semuanya di rahasiain.Itu aja syaratnya."
"Iya,aku janji."Giyan mengulurkan jali kelingkingnya.
Haira ikut mengaitkan jari kelingking Giyan pada jari kelingkingnya.Ia berusaha percaya dan menerima semua ini.
'Haira,kamu cantik banget malam ini.Itu yang pengen aku ucapin tapi kamu pasti nggak terima nanti.'Giyan menatap dalam Haira yang masih berat menerima semuanya.
"Kamu mau nggak ceburin aku kekolam renang itu?Aku nggak bisa renang kecuali pakai pelampung."Haira menunjuk kolam renangnya.
"Kenapa?Kamu mau aku bunuh kamu?"
Haira mengangguk."Iya,nggak apa apa kok.Aku ikhlas.Biar aja aku jadi bidadari surga disana."
"Terus?Aku masuk neraka dan kena siksa kubur gitu?"
"Iya,biar aku ketawa liat kamu gosong gosong terus akunya tetap kinclong."
Giyan sudah menduga,Haira pasti akan tetap konyol jika sudah dekat dengannya.'Untung aku nggak jadi muji kamu Haira.'
"Udah ah,susah sama orang lagi sakau."Giyan memilih pergi meninggalkan Haira.
Haira memincing tajam matanya."Sakau?!Kamu tuh kayak mafia bandar narkoba!"
"Terserah,yang jelas kita bakalan nikah!"
Haira mengempes lagi mendengar kata Nikah yang di sebut Giyan.
****
"PLUK."Wajah Haira lagi lagi menjadi gawang sasaran Giyan.
Haira masih terdiam saat bola itu mengenai wajahnya lalu jatuh.
Raya hanya menatap Haira dengan tatapan prihatinnya.
Haira melotot dan memandang Giyan yang hanya tertawa dari kejauhan memadangnya.
'Dasarr!Monyet gunung!Udah tau bakalan tunangan dan nikah sama aku bentar lagi!Masih aja ngeselin!Kalau aja ini amerika udah aku tembak pakai senjata api tuh!Ntar kalau jadi hantu juga nyusahin ya,malah gentayangan ganggu aku terus!Eh lupa,dia bakal jadi suami aku.Tiap hari ketemu dia.'Haira melembek sedih lagi meratapi hidupnya.
"Hoyyy,Haira siniin bolanya."Teriak Giyan lagi dari tengah lapangan.
Haira kembali memabara kesal."Nih!!!!!!"Haira melempar dengan kuat dan bola itu melesat tepat...Tepat mengenai teman Giyan yang sigap Giyan tarik saat bola itu hampir mengenainya.
"Hah!"Haira kaget dan memilih kabur."Yuk Raya,kaburr kita."
"Kamu sih Haira.Ada ada aja."Raya ikut berlari walau ia tidak bersalah.
"Udah cepetan."
Haira dan Raya berlari bersama,karena hanya menghitung hari ia dan Giyan akan bertunangan.Haira selalu gelisah tapi tanpa terasa seminggu telah berlalu dan hari itu akhirnya tiba.
Giyan memerhatikan Haira dari jauh sambil tertawa terpingkal.Ia sempat menatap Raya dan Raya langsung tertunduk,tetap berlari mengikuti Haira.
****
Hari pertunangan Giyan dan Haira.Hanya kerabat dekat yang hadir.Haira juga menutupi semua ini dari Raya sahabatnya.Ia benar benar ingin tidak ada satu orangpun yang tahu.
Haira dan Giyan nampak cantik dan tampan dengan gaun dan setelan pakaian yang dikenakan mereka.
Nuansa serba putih mewarnai acara ini.Giyan dan Haira saling bertukar cincin pertanda ikatan pertunangan di antara keduanya.
Giyan memasangkan cincin ke jari manis Haira,begiti juga Haira melakukan hal yang sama.
Keduanya saling memandang untuk sesaat.
"Cium dong keningnya."Teriak ibu Giyan di tengah tatapan antar Haira dan Giyan.
Giyan memandang Haira."Boleh?"
Haira kaget dan malu."Tapi..."
"Udah Haira,nggak apa apa."Ibu Haira yang berada tidak jauh dari Haira meyakinkan jika hal itu masih wajar dan boleh dilakukan.
"Deg."Jantung Haira berdebar.Haira mengangguk kecil di hadapan Giyan.
Giyan juga masih malu malu namun dia mulai mendekat,memegang kedua pundak Haira lalu menambatkan sebuah kecupan di dahi Haira.
Haira tidak bisa menyebutkan apa yang ia rasakan sekarang.'Kenapa rasanya campur aduk gini?Jelas jelas aku sering nggak akur sama Giyan.Tapi kok ,semuanya merinding,hangat,gelisah dan ada perasaan campur aduk yang nggak bisa aku ungkapin?'
Giyan melepas kecupan itu namun ia.masih memandang Haira.
"Mau dansa sama aku?
Haira kaget dengan pertanyaan itu karena memang saat ini musik mulai mengalun.Banyak pasangan yang berdansa ringan.
"Aku nggak pandai."Sahut Haira dengan suara pelan.
"Nggak apa apa,aku juga nggak pandai.Lagian kita mau ngapain juga kalau nggak ikutan dansa?Masa cuma duduk aja."
Setelah berpikir sejenak,Haira akhirnya setuju.Ia menerima tawaran Giyan dan mulai berdansa.
Haira sangat canggung,jantungnya juga berdebar tidak karuan.Ia bahkan tidak berani menatap Giyan.
Giyan juga sebenarnya canggung bisa berdansa dengan Haira sekarang.
"Kamu malu ya?"Giyan memulai percakapan agar bisa mencairkan suasana kikuk ini.
"Nggak,biasa aja."Haira menjawab masih kaku dan nampak sekali jika ia berbohong.
"Kamu tahu nggak,kenapa aku suka jahilin kamu?"
"Kenapa memangnya?"
"Aku suka sama kamu."
"Skak."Haira kaget dan tanpa sengaja menginjak kaki Giyan."Maaf."Haira gelagapan dan panik.
Giyan kesakitan sejenak dengan wajah menahan sakit."Sakit tahu!Nggak gitu juga kagetnya."
"Kamu sih!Bercandanya nggak lucu!"Haira menyangkal untuk percaya perkataan Giyan.
"Bercanda kamu bilang?"Giyan menatap Haira serius.
"Grab."Ia menarik tangan Haira."Ikut aku."Giyan membawa Haira pergi dari kerumunan pesta pertunangan mereka.
Pesta pertunangan dilakukan di rumah Giyan,karena itulah Giyan membawa Haira keluar menuju tempat tenang dimana ia dan Haira bisa berbincang berdua.
Giyan membawa Haira ke ujung rumahnya tepatnya di rumah kaca milik ibunya dimana disana ditanami bunga bungan indah dan tanaman hias milik ibunya.
Sedari tadi tangan Haira terus bergandeng dengan tangan Giyan yang membawanya pergi.
"Udah sampai,disini cuma ada kita."Giyan menatap Haira dengan nafas terengah.
Haira juga masih terengah dengan nafasnya namun Giyan dan Haira sama sama memandangi tangan mereka yang masih bergandengan.
"Slash."Haira melepas tangan itu lebih dulu.Haira merasa malu dan salah tingkah walau sebenarnya ada rasa nyaman saat Giyan menggandengnya.
"Kamu ngapain bawa aku kesini?"
"Aku mau bicara lanjutin yang tadi."
"Deg!"Haira berdebar kembali,ia ingat betul apa yang tadi Giyan katakan padanya.
"Aku benaran suka sama kamu Haira."
Haira menelan salivanya."Kok bisa?"
"Yah kamu aja yang nggak peka,aku cari perhatian sama kamu,usilin kamu biar bisa dekat sama kamu."
"Tapi,kenapa juga bilang aku monyet pas fashion show!"
"Aku tahu kamu gugup dan demam panggung makanya aku becandain,kamu cantik banget hari itu."
Haira memerah dengar pujian Giyan.
"Giyan,kamu nggak lagi sakau kan?Nggak pakai narkoba kan?"Haira tetap saja curiga.
"Ini,ini yang aku keselin kekamu.Kamu selalu aja mikir jelek ke aku.Gimana coba?"Giyan agak kesal dengan reaksi Haira,padahal ia sudah mencoba jujur pada Haira.
"Kamu sih nggak masuk akal!Gimana bisa kamu suka sama aku,sedangkan kita tuh nggak pernah akur!"
"Ingat nggak sih Haira,dulu pas kakek kamu masih hidup,pas umur 5 tahun kita pernah ketemu.Kamu sama kakek kamu ketemu sama aku dan kakek aku.Kamu nolongin pas ada anak anak yang ngejek aku.Kamu juga pukul mereka yang udah ganggu aku.Dari hari itu aku selalu ingat kamu,aku juga senang karena kakek aku akan jodohin kamu sama aku pas dewasa.Kamu nggak ingat?"
Haira hanya menggeleng dengan wajah bingung."Aku nggak ingat."
"Ya udah,nggak usah di paksa ingat.Lagian kamu udah tahu perasaan aku.Aku juga nggak maksa kamu harus balas,yang penting udah aku ungkapin."Nada Giyan mendatar sambil memandang Haira dengan senyuman.
'Aku harus gimana coba?Ternyata aku sama Giyan udah punya sejarah tapi aku lupa.
"Kamu tetap jahilin aku dong nanti?"
"Ya pastilah,kayak hambar banget nggak jahilin kamu.Tapi...."
"Tapi apa??"
"Aku bakalan tunjukin kalau perasaan aku serius ke kamu."
Haira tersapu angin yang entah darimana,sejenak ia lupa yang ada di hadapannya adalah anak laki laki jahil yang selalu mengganggunya.
Haira malah teralih melihat ulat yang ada di daun disampingnya.
"Arghhhhh,Giyan!Aku takut."Haira sigap memeluk Giyan yang ada di hadapannya.
Giyan kaget dengan sergapan itu,tapi ia cepat menyadari jika Haira takut dengan ulat kecil di sampingnya.Giyan lekas menyingkirkan ulat itu.
"Udah,udah nggak ada."
"Yang bener???Awas kamu bohong."Rengek Haira yang masih panik.
"Iya,udah nggak ada."Nada Giyan begitu lembut.
Haira mendongakkan kepalanya ke atas memandang Giyan.
"Kamu cantik malam ini,makasih udah mau tunangan sama aku."Ucap Giyan dengan lega.'Akhirnya aku bica ngucapin ini Haira.Nggak harus kucing kucingan lagi sama kamu soal perasaan aku yang sebenarnya.
Perkataan Giyan menyentuh kalbu Haira.
"Kita kan udah tunangan,boleh nggak aku kecup dahi kamu lagi.Tadi kayaknya canggung deh,terlalu rame."
Haira masih gugup,namun kepalanya mengangguk tanpa aba aba.
Giyan mendekat dan mengecup dahi Haira.Mengecup begitu dalam dan sedikit lama.
Perasaan Haira dan Giyan sama sama menyatu penuh keintiman saat berada dirumah kaca ini berdua.