BAB 04

1265 Words
Carrie mendatangi James di dapur. Dia sedikit syok kala mendapati ruangan ini lumayan berantakan. Meja dapurnya penuh perabotan yang tidak penting, seperti kaleng-kaleng makanan yang seharusnya disimpan di rak atas, piring dan berbagai alat masak memenuhi tempat cuci, dan yang paling buruk adalah atap yang dipenuhi banyak sarang laba-laba seolah ini tidak diurus sepanjang tahun. Namun, beberapa perabotan elektronik seperti lemari pendingin, oven, atau semacamnya kelihatan masih bagus, ya—seperti jarang dipakai. James tengah mengaduk adonan pancake. Dia telah menyiapkan penggorengan di atas kompor, hanya perlu mengolesi margarin—maka semua sudah siap. “Hei, jangan hanya melihat-lihat, ini bukan museum, cepat nyalakan kompor, panaskan itu agar bisa kupakai membuat Pancake.” “Itu caramu minta tolong?” Carrie tak suka dengan nada pedas dari James, padahal dia tidak pernah berbuat jahat pada pria ini, tapi kebencian pada segala hal ditumpahkan pada dirinya. “Aku tidak minta tolong, aku menyuruhmu,” ralat James dengan culasnya. Carrie melakukan perintah itu dengan sebal. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak, tidka bisa kabur, tidak bisa melawan—terjebak dengan pria asing yang garang di rumah tertutup begini. Dia belum menemukan cara untuk keluar dari sini, semua jendela di dapur ini pun sudah terpasang teralis besi—jelas takkan bsia dihancurkan dengan benda tajam biasa. James mengamati penampilan Carrie yang jauh lebih baik, perasaannya menjadi tenang. Dia mengalihkan pandangannya ke adonan, merasa benci dengan diri sendiri karena sempat berpikir kalau dalam pakaian apapun—Carrie akan tetap terlihat cantik. Ya, hanya pria tak normal yang tak suka dengan wanita seperti ini. Terjadi kebisuan selama satu menit lamanya di antara mereka. James mendorong Carrie menyingkir dengan kasar, lalu menuangkan adonan Pancake yang dia buat. Sekalipun ia yang meminta agar wanita itu ikut membantu, namun ternyata dia tidak tahan jika berada dekat dengannya. Raut wajahnya terus saja tampak masam, benci setengah mati pada Carrie sampai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. “Kenapa kau sangat membenciku? Hanya karena ayahku?” Carrie tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan James, “kau terlalu kekanak-kanakan.” “Jujur saja, aku membencimu terlepas siapa ayahmu—dan karena ayahmu adalah AYAHMU, aku semakin membencimu, ya anggap saja kebencianku dua kali lipat.” Carrie merasa aneh saat mendengar ucapan tersebut, ada kesan tidak suka di dalamnya seperti sedang menahan kecemburuan. Akan tetapi, dia lagi-lagi yakin tidak pernah sekalipun mengetahui tentang pria ini—tidak satupun kepingan ingatan tentang James Woodruff. “Oke, kau masih tidak ingin mengatakan alasan mengapa membenciku, dan aku pun tak peduli—asal kau tahu saja, aku juga membenci orang sepertimu, egois dan kriminal. Pria seperti itu adalah orang-orang yang menyedihkan, mengira bahwa segala sesuatu bisa selesai dengan kekerasan dan pemaksaan, kau akan berakhir di penjara,” katanya sembari melihat James sedang mengangkat satu per satu pancake yang berhasil dibuat. Tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya dia kagum dengan kecekatan tangan pria itu yang membuat pancake dengan baik. “Berakhir di penjara, di neraka, atau di ranjang denganmu—aku tak peduli.” James menoleh sekilas, paham kalau sedang diperhatikan. “Dan jangan melihatku seperti itu.” “Seperti apa?” “Seperti tatapan penggoda jalang.” “Kau—kurang ajar.” “Jangan takut begitu, aku memang menculikmu, tapi aku sedang berusaha untuk tidak melakukan apapun padamu, ya aku terbiasa dengan wanita sepertimu, jadi jangan mengira bisa merayuku, lalu mengajakku b******a agar kau bisa bebas dengan mudah.” “Apa sebernanya masalahmu denganku?” “Tidak ada.” “Kau melecehkan harga diriku, kau—menyekapku di sini, lalu menciumku dengan paksa, mengancam akan melakukan tindakan buruk padaku. Kau mengerikan!” “Itu yang kriminal lakukan, Sayang, kau menyebutku kriminal, bukan?” sindir James memberikan lirikan tajam pada wanita itu, “kau beruntung bertemu kriminal baik hati sepertiku, kalau saja yang menculikmu adalah pria lain, sudah pasti—kau akan pingsan di ranjang akibat terlalu lelah bercinta.” Carrie membenci pria ini. Seluruh syaraf di kepalanya seolah menjadi tegang hanya karena mengobrol dengannya selama beberapa menit saja. Dia menjadi teramat penasaran apa yang membuat orang ini sangat membenci dirinya—bahkan sampai terus menganggapnya w***********g. “Apa kau membenci semua wanita?” “Tidak, aku menyukai mereka,” kata James mematikan kompor, lalu membawa sepiring penuh pancake, dan menaruhnya di atas meja makan bertaplak merah. Dia menyeringai kepada Carrie, lalu menambahkan, “mana mungkin aku tak menyukai wanita—mereka sangat nikmat.” “Astaga.” Carrie sekarang mengetahui apa yang menyebabkannya ingin muntah. Sejak kecil, dia memang sudah sangat benci dengan tipikal pria yang hanya mempermainkan wanita, menjadikannya mainan pemuas saja. Kini, dia berada satu atap dengan pria jenis ini. Sembari memalingkan wajah, dia berkata, “kau memalukan.” “Tadinya aku ingin kau membantuku, tapi aku tak tahan melihatmu, dan pancake buatanku sudah jadi, lebih baik menyingkir saja. Bersihkan sofa ruang tamu lagi, pastikan tak ada sampah sedikitpun.” “Ya, itu lebih baik ketimbang berada dekat denganmu.”  “Kau juga bebas berkeliaran di sini karena kau takkan bisa keluar.” James menunjukkan kunci yang ada di dalam saku celana jeansnya. “Kunci depan ada padaku, aku memperbolehkanmu merayuku—dan merabaku setiap saat, Sayang.” “Aku tidak sudi.” “Kukira kau sangat ingin kabur.” “Kukira kau sangat membenciku, kenapa kau seperti ingin sekali aku merabamu, Mr. Woodruff?” sindir Carrie melirik benci pria penculiknya ini, “melihat tingkahmu ini, aku yakin kau pasti sudah sangat kesepian.” James bertepuk tangan atas keberanian Carrie. “Oh, Sayang, seperti yang diberitakan publik—kau sangat pemberani, padahal aku bisa saja melakukan apapun padamu saat ini dan disini juga, tapi kau masih berani menyindirku?” “Itu kenyataan, aku jujur.” “Oh iya, kau memang sangat jujur—harusnya kau juga jujur pada mantan tunanganmu kalau kau berselingkuh dengan banyak pria.” “Itu—bukan urusanmu!” bentak Carrie tidak terima saat sebutan mantan tunangan diucapkan. Dia sudah sangat benci kepada mantan tunangannya yang membeberkan tuduhan palsu padanya. “Jangan mngungkit apapun yang dikatakan media!” “Oke, aku tahu kau pasti malu sekali, apa boleh buat, Sayang? perbuatan buruk akan selalu dikenang orang, tapi bukankah kau senang—dengan pemberitaan ini, nafsu bercintamu yang selalu besar itu bisa dipuaskan oleh setiap orang, bukan?” “Sudah kubilang, BUKAN URUSANMU!” James duduk di salah kursi yang mengintari meja makan. Dia menyanggah pipinya sembari memandangi raut wajah Carrie yang begitu murka. “Ini sekarang jadi urusanku, kau bisa bilang aku kesepian atau terserah katamu, tapi aku ini pria normal juga, kalau kau tidak tahan—kau bisa meminta bantuanku memuaskanmu. Aku ini kriminal yang gentleman, anggap saja itu pelayanku selama kau diculik.” “Aku tak sudi.” Carrie tidak ingin mengingat semua tentang percintaan, b******a maupun tentang mantan tunangannya. Tanpa ia sadari, kedua matanya mulai berair karena terlalu pedih. Kejadian memilukan di masa lalu tak bisa dia singkirkan dari ingatan—dan sekarang pun, dia masih harus menanggung segala tuduhan palsu. Ia hanya ingin pergi jauh dari kota dimana tidak ada orang kenalan mereka yang mengenalnya—sehingga tatapan mereka tak lagi menganggapnya murahan. Aku bukan w************n, katanya dalam hati. James mengerutkan dahi, bingung. Ada perasaan aneh yang timbul dari dalam dadanya ketika melihat wajah pedih itu. Tatapan mata Carrie benar-benar sedang merasakan sebuah kepahitan. “Kenapa kau? Sedih karena harus berakhir denganku disini? Kau ingin pria lain untuk ditiduri—tapi terjebak dengan pria sepertiku—yang tidak berguna dan kriminal begini? yang bahkan tak pantas untuk dipandang oleh putri seorang Jeffrey Wilson, kepala polisi departemen Conroe, Texas.“ “Kau buruk, James,” kata Carrie lirih sekali sembari menatapnya kecewa. Dia hanya ingin bebas dari semuanya, tapi nyatanya harus disekap karena ulah sang ayah. Semua kesialan yang terjadi selalu berawal karena ayahnya. “Jujur saja, aku membenci ayahku, aku membenci mantan tunanganku, dan selamat kau pria selanjutnya yang benar-benar kubenci.” “Oh, terima kasih,” sahut James cepat, meskipun kemudian dia agak menyesal tanpa mengetahui sebabnya. Dia menahan diri untuk tidak percaya pada semua bualan yang dikatakan Carrie. Baginya, segala ucapan wanita itu pastilah mirip dengan bisa ular, menyebar dengan cepat dan mematikan. “Setidaknya kau punya satu kelebihan—” kata Carrie melihat piring penuh pancake, “kau mahir memasak.” Ia kemudian pergi meninggalkannya. James memandangi punggung Carrie yang menjauh seraya mengatakan, “tentu saja aku mahir memasak, aku tak bisa mengharapkan ada wanita yang memasak untukku—aku ini kriminal, bukan? Mana ada yang mau denganku.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD