bc

TAMBATAN CINTA SANG DUDA

book_age18+
630
FOLLOW
6.9K
READ
love-triangle
family
age gap
brave
drama
bxg
city
weak to strong
widow/widower
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Dia adalah Arga Hutama. Seorang pria dewasa yang tak hanya tampan dan mapan. Tapi juga sempurna sebagai seorang pria yang menjaga kesetiaan dan ketulusannya. Arga adalah contoh seorang pria yang tetap setia kepada istri pertamanya, meskipun banyak sekali rintangan dalam rumah tangganya. Bahkan menjaga cintanya hingga sang istri meninggal dunia.

Niat hati ingin menduda sampai maut datang kepadanya. Tapi Tuhan mendatangkan sebuah rasa baru padanya. Perempuan tersebut adalah Zahra Damarifa. Asisten rumah tangga di rumahnya. Ketika Arga berjuang untuk bisa mendapatkan hati Zahra. Kenyataan pahit muncul. Jika Zahra adalah mantan kekasih sang adik, Zidan Arkelio Hutama.

Seolah merasa De Javu, Arga harus kembali mendapat pertentangan dari orang tua dan juga adiknya. Mampukah Arga memperjuangkan cintanya kepada Zahra? Atau ia akan kembali menorehkan luka untuk Zahra? Sama seperti apa yang Zidan lakukan dulu.

chap-preview
Free preview
Pembantu Baru
Arga bangun lebih awal, sudah tiga hari ini ia tidak lagi mendengar suara omelan sang istri pada pembantu rumahnya. Karena memang belum ada pengganti pembantunya yang sudah dipecat. Arga kemudian bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela kamarnya, ia melihat mentari pagi yang indah dari jendela. Pandangannya tidak sengaja melihat seorang gadis berjalan masuk halaman rumahnya sambil membawa keranjang belanjaan bersama sopir rumahnya. ia hanya mengerutkan dahi, siapa gadis tersebut? lalu ia pun keluar dari kamar menuju lantai bawah. Arga mempunyai istri bernama Anita Prasanti, usia sang istri lebih tua sepuluh tahun darinya, yaitu lima puluh tahun. Walau begitu, Arga sangat mencintai sang istri dan tidak pernah terpikirkan olehnya mencari wanita lain yang lebih muda, ia begitu setia terhadap Anita walau Anita tidak memberikannya anak. Di lantai bawah ia melihat Anita sedang membaca majalah di ruang tengah, Arga berjalan menuju ruang makan dan mengambil air minum serta buah apel. Setelah itu ia menghampiri Anita dan duduk di sebelahnya. “Pagi, Sayang,” sapa Arga lembut lalu mencium pipi Anita. “Pagi, Pa.” Sang istri tersenyum manis. “Ma, lusa nanti kita liburan ke bali, yuk!” ajak Arga, sebab sudah lama ia tidak berlibur dengan sang istri. “Urusan Papa di kantor sudah selesai?” tanya Anita. Anita sekilas melihat Arga yang tengah asyik menikmati buah apel lalu pandangannya beralih kembali ke majalah. “Sudah, Ma.” Arga kembali lagi mencium pipi istrinya. “Astagfirullah, Zahra! Kenapa pulang dari pasar basah begini bajunya?” tanya bi Iyah yang suaranya terdengar sampai ke ruang tengah “Tadi Zahra tidak sengaja ke siram air sama tukang warteg di pasar,” jelas Zahra. Suara lembut Zahra membuat Arga berhenti mengunyah lalu melihat istrinya, sedangkan Istrinya hanya tersenyum saja karena tahu suaminya pasti bertanya, siapa yang bersama bi Iyah. “Itu Zahra, Pa. Pembantu baru kita, dia baru datang kemarin malam. Nanti dia yang membantu Mama mengurus Papa. Papa tahu sendiri pekerjaan bi Iyah tidak mungkin membantu Mama,” jelas Anita pada suaminya. “Oh,” jawab Arga singkat lalu melanjutkan memakan buah apel. Memang di rumah Arga banyak Asisten rumah tangga dan mempunyai pekerjaan masing-masing. Ada yang mencuci, ada yang membersihkan rumah, sopir dan tukang kebun. Sementara Zahra khusus untuk membantu Anita seperti, membantu memasak untuk Arga serta keperluan Arga yang lainnya. Sebab Anita mudah kelelahan jika harus mengurus keperluan suaminya sendirian, sementara bi Iyah, tugasnya memasak untuk yang bekerja di rumah. Arga melihat Anita, apakah sang istri sudah sarapan atau belum? Ia khawatir asam lambung istrinya kambuh. “Sudah sarapan, Ma?” tanya Arga. “Sudah, Pa,” Anita menutup majalahnya lalu melihat suaminya. “Kalau begitu Papa juga mau sarapan.” Arga bangkit dari duduknya di ikuti Anita menuju ruang makan. “Zahra!” Panggil Anita pada pembantu barunya. Zahra yang sedang mengganti bajunya terkejut lalu buru-buru memakai dasternya, kemudian bergegas menghampiri Sang nyonya. “Ya Bu, Ibu memanggil saya?” Zahra sedikit menunduk dan tidak berani menatap kedua majikannya. “Tolong ambilkan sarapan untuk bapak yang tadi saya masak di dapur,” pinta Anita. “Baik, Bu.” Zahra kemudian menuju dapur untuk mengambil masakan Anita kemudian kembali ke ruang makan. “Silakan, Bu.” Zahra setelah meletakkan makanannya lalu sekilas melihat Arga yang tampak sibuk dengan ponselnya. “Terima kasih. Oh ya, buatkan jus jeruk hangat ya, tapi jangan terlalu manis,” pinta Anita. Zahra mengangguk lalu sekilas melihat Arga yang saat ini sedang mengambil makanannya. “Baik, Bu.” Zahra bergegas membuatkan jus jeruk hangat di dapur dan dibantu Bi Iyah. Bi Iyah hanya memberitahu letak peralatan membuat jusnya serta gula khusus untuk Arga, sebab Arga dan Anita hanya mengonsumsi gula rendah kalori. Zahra mengingat wajah Arga yang sekilas seperti mantan kekasihnya yang pergi begitu saja setelah satu minggu melamarnya dan sampai saat ini tidak ada kabar. Entah sudah meninggal atau masih hidup, tapi mana mungkin itu calon suaminya. Sudah sangat jelas berbeda jika diamati. Sudahlah, toh itu sudah lima tahun berlalu, pikirnya. Zahra dilamar pemuda dari kota saat usianya dua puluh tahun. Pemuda yang kala itu sedang KKN di daerahnya, entah janji manis apa yang diberikan pemuda tersebut pada Zahra dan keluarganya, hingga Zahra dan keluarganya mau menerima lamaran pemuda dari kota tersebut. Zahra yang dulu masih polos dan muda, mudah sekali dirayu sampai jatuh hati dengan pemuda tersebut. Setelah satu minggu lamaran pemuda itu kembali ke kota dan berjanji akan kembali menjemputnya serta akan menikahinya secara sah. Namun, sampai saat ini, sampai Zahra dua pulu lima tahun tidak ada kabar berita dari kekasihnya itu. Sampai-sampai ibu dan ayahnya meninggal serta kakaknya juga ikut menghilang setelah berpamitan untuk pergi mencari calon suaminya. Agar status adiknya jelas, sebab Zahra sudah terlanjur mencintai Pemuda tersebut dan menolak semua pinangan pria yang melamarnya demi menunggu orang yang sudah sangat ia cintai, ia yakin pemuda itu pasti kembali. “Maaf, Bu. Sedikit lama.” Zahra meletakkan nampan di meja lalu mengambil gelas jusnya, lalu ia letakkan di samping Arga yang sedari tadi masih sibuk dengan gawainya. “Tidak apa-apa. Terima kasih, kalau kamu belum sarapan, sarapan dulu,ya.” Anita membenarkan letak gelas jusnya. Zahra tersenyum sambil mengangguk sopan lalu ke belakang. Sementara itu Arga mulai makan sarapan buatan istrinya. Namun, saat merasakan suapan pertamanya, sejenak ia melihat sang istri yang sedang mengupas buah apel untuknya lalu melanjutkan sarapannya kembali. Rasa masakannya berbeda, sudah jelas itu bukan masakan istrinya. Kali ini yang ia rasakan di lidahnya adalah rasa yang begitu gurih dan enak, pas di lidahnya, biasanya masakan istrinya sedikit hambar. Akan tetapi, selama 12 tahun menikah Arga tidak pernah komplain masakan istrinya dan selalu memuji masakannya selalu enak. “Enak, Pa?” Anita tersenyum sambil memberikan sepiring kecil potongan apel di hadapannya. “Masakan Mama selalu enak!” puji Arga. “Selamat pagi, kak, Mbak!” sapa Zidan yang pagi-pagi sudah datang bersama kekasihnya, Risa. “Pagi, Zid, pagi Risa!” sapa balik Anita, sedangkan Arga hanya tersenyum tipis. Zidan dan Risa duduk di kursi bergabung di meja makan. “Mau kopi atau jus, Zid?” tanya Anita. “Kopi saja, kamu mau minum apa sayang? Kopi atau yang lain?” tanya Zidan pada Risa kekasihnya. “Teh saja,” jawab Risa. “Zahra, tolong buatkan kopi dan teh! Asa adikku dan tunangannya datang!” seru Anita. “Iya, Bu. Saya buatkan!” saut Zahra dari dapur lalu membuat kopi dan teh. Betapa terkejutnya Zahra saat mengantarkan minumannya, sejenak ia berdiri mematung melihat Zidan begitu pula dengan Zidan. Zahra gemetar melihat orang yang selama ini ia cari ada di depan matanya. Pria yang dulu pernah melamarnya dengan segudang janji manis sampai ia terlena. Ya, pria itu adalah Zidan Arkelio Hutama, adik bungsu dari Arga Hutama. Anita mengerutkan dahi saat melihat Zahra hanya berdiri sambil memegang nampan. “Zahra, kamu kenapa gemetaran, sakit?” tanya Anita. “Tidak, Bu. Maaf.” Zahra melangkah ke meja makan lalu meletakkan nampannya. “Permisi, Bu.” Zahra sekilas melihat Zidan dan menahan air matanya lalu bergegas ke belakang. Zidan hendak bangkit mengejar Zahra. Namun, itu tidak mungkin ia lakukan karena ada Anita serta tunangannya. Zahra menangis sejadi-jadinya tanpa suara di dapur, ia tidak pernah menduga bisa bertemu kekasih yang dahulu melamarnya dan tanpa ada kabar serta kejelasan. “Apa itu tadi benar mas Lio?” gumamnya ragu jika itu Zidan. Zidan memang dipanggil Lio saat kuliah dan dan di tempat ia bekerja serta saat berkenalan dengan Zahra dan hanya keluarga saja yang memanggil Zidan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook