Sudah tujuh hari sejak kecelakaan maut yang merenggut nyawa seorang pengantin wanita. Sedangkan sang pengantin pria, masih memejamkan matanya di ruang perawatan rumah sakit.
Disana, seorang wanita yang sudah sangat tua, sedang menyeka punggung tangan pria yang masih terbaring lemah diatas tempat tidurnya.
"Arion ... sampai kapan kamu akan seperti ini?" lirih wanita tua itu.
"Aku hanya ingin sendiri nek!" sahut Arion dengan mata yang masih terpejam.
Pria itu mengangkat sebelah tangannya, lalu menaruhnya diatas kening untuk menutupi mata yang kembali meneteskan airmata.
"Nenek tahu, semua ini sangat berat untuk dijalani olehmu, Arion. Tapi, bagaimana pun juga, istrimu sudah tenang dan bahagia disana. Ikhlaskan, Tuhan punya rencana indah untuk masa depanmu. Tuhan mengambil kembali Cleo, semata-mata ingin memberikan yang lebih baik lagi dari almarhum istrimu. Jangan menangis lagi, cucuku. Aku hanya ingin melihatmu bahagia," lirih Nyonya Bella.
Mendengar apa yang baru saja dikatakan sang nenek kesayangannya. Arion bangun dari posisinya dan memeluk erat tubuh Nyonya Bella. Ia menangis, terisak diatas bahu wanita tua itu.
"Arion hanya menyesal, Nek. Karena Arion, Cleo meninggal," sahutnya lirih.
Nyonya Bella menepuk punggung cucunya dengan lembut lalu mengusapnya.
"Tak ada yang bisa menyalahi takdir! Cleo meninggal bukan karena kesalahanmu! Hentikan menyalahkan diri sendiri, atau aku akan mengeluarkanmu dari kartu keluargaku!" ujar Nyonya Bella dengan berpura-pura mengancam.
Arion tak menyahut. Pria itu semakin menenggelamkan wajahnya diatas pundak sang nenek, dan tak henti meneteskan airmata.
"Kebahagiaan Arion udah gak ada, Nek. Gak ada yang bisa gantiin Cleo di hati Arion," tuturnya di sela isak tangisannya.
***
Arion Keanu Darres, pria berusia tiga puluh tahun. Bertubuh tinggi, putih dan tampan, berbadan atletis dengan kedua lengan yang kekar, selalu mencuri perhatian para wanita yang melihat.
Arion adalah Direktur Utama di salah satu hotel bintang lima yang bernama Darres Hotel. Ibunya sudah tiada sejak Arion berusia lima tahun, akibat penyakit ganas yang dideritanya.
Sedangkan ayahnya, selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan, hingga Arion lebih dekat dengan sang nenek yang selalu menjaga dan mengurusnya sejak kecil.
Hubungannya dengan sang ayah pun tak seharmonis yang dibayangkan. Hanya untuk bertegur sapa pun, tak pernah mereka lakukan.
Bahkan hingga saat ini, Arion lebih merasa nyaman mencurahkan segala perasaannya pada neneknya di banding ayah Arion.
"Arion merasa, ada sesuatu yang hilang dalam hidup Arion, Nek!" bisik pria tampah itu saat mulai merasa tenang.
Nyonya Bella hanya terdiam mendengar ucapan itu.
Ya ...
Arion berpacaran dengan Cleo Altari selama dua tahun, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Berawal dari pertemuan tak disengaja, disebuah pelataran parkir mall, hingga akhirnya dekat dan menjalin hubungan. Cleo tak pernah menuntut apapun dari sang kekasih, bahkan terkadang Arion sendiri merasa heran dengan sikap Cleo yang hanya menuruti apapun yang Arion katakan.
Kenangan selama dua tahun itu takkan pernah bisa hilang begitu saja. Semua yang sudah Arion lewati bersama Cleo takkan pernah bisa terulang lagi.
Kini, Arion benar-benar akan menutup hatinya rapat-rapat, hingga tak ada celah untuk wanita mana pun bisa masuk kedalamnya. Ruang yang hanya terisi oleh Cleo, dan kunci hati yang akan ia kubur sedalam-dalamnya bersama kenangan manis almarhumah istrinya.
Wanita tua itu melepas pelukan pada cucunya, lalu mengusap kedua sisi wajahnya yang masih di penuhi airmata.
"Sembuhkan diri kamu terlebih dahulu, jangan memikirkan lagi apa yang sudah menjadi takdir dari Sang Kuasa. Tegar, tabah, ikhlas dan tawakal. Nenek yakin, kamu pasti bisa melewati semua ini," tutur Nyonya Bella.
Arion mengangguk seraya menghapus airmata di wajahnya.
"Maafkan Arion, Nek. Arion menangis bukan karena Arion pria yang lemah. Arion menangis karena Arion merasa gagal dalam menjaga istri Arion," ujar Arion.
"Sudah hal yang wajar. Siapapun yang ditinggal pergi untuk selamanya, pasti akan merasa sangat sedih dan terpuruk. Bahkan, ayahmu pun saat ibumu meninggal, sama sepertimu sekarang. Namun, ia bisa bangkit dan mempercayai jalanan takdir untuknya," sahut Nyonya Bella.
Arion tak menjawab, ia hanya bisa menunduk dan sesekali menghela napas sangat dalam.
'Aku hanya ingin Cleo kembali, hanya itu.' Monolognya dalam hati.
***
Sudah sepuluh hari Arion di rawat di rumah sakit. Dan hari ini, dokter pribadi keluarga Darres sudah mengijinkan Arion untuk pulang dengan beberapa resep obat yang masih wajib ia minum untuk satu minggu kedepan.
Pria yang berubah menjadi dingin itu, hanya menatap sekilas pada dokter yang sedang berbincang dengan Nyonya Bella, lalu berjalan keluar dengan sebuah jaket kulit yang ditenteng oleh Arion pada tangan kanannya.
Tak begitu lama, Nyonya Bella menyusul keluar, diikuti beberapa pengawal bersetelan jas rapi, di belakang wanita tua itu. Mereka tiba di depan sebuah lift rumah sakit, dan berdiri sejajar dengan Arion yang sudah lebih dulu menunggu disana.
"Nenek akan kembali ke rumah, apa kamu akan ikut dengan nenek? atau langsung ke apartmentmu?" tanya Nyonya Bella.
Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka. Arion mempersilahkan neneknya lebih dulu masuk, diikuti olehnya dan terakhir pengawal neneknya. Arion menekan tombol LB dan pintu lift itu pun tertutup.
"Arion kembali ke apartment, nek. Ada beberapa urusan pekerjaan yang harus Arion selesaikan sebelum jatuh tempo," sahut Arion.
"Kamu yakin?" tanya Nyonya Bella lagi.
Arion mengangguk, dengan seulas senyum hangat ia tampilkan untuk meyakinkan neneknya.
"Kamu akan kembali bekerja?" tanya Nyonya Bella.
"Iya Nek, Arion akan kembali bekerja besok. Arion gak bisa ninggalin hotel terlalu lama," sahut Arion.
Nyonya Bella hanya mengangguk, menyetujuinya.
Ting.
Suara dentingan cukup nyaring sudah terdengar, bersamaan dengan kapsul lift yang berhenti lalu terbuka. Nyonya Bella lebih dulu keluar bersama dengan Arion, diikuti para pengawal dari belakang.
Sebuah mobil sedan mewah, terparkir disana dengan seorang supir didalamnya. Arion mengecup kening sang nenek, sebagai tanda perpisahan.
"Hati-hati, Nek!" ujarnya.
Nyonya Bella tersenyum dan mengangguk seraya memasuki pintu sisi penumpang bagian belakang, yang sudah dibukakan oleh pengawal Nyonya Bella.
Setelah Nyonya Bella duduk dengan nyaman, pengawal tersebut menutup kembali pintu mobil, dan membungkuk pada Arion, berpamitan. Pria bersetelan jas rapi itu pun masuk ke pintu sisi penumpang bagian depan, dan mobil pribadi Nyonya Bella itu pun melaju keluar dari pelataran parkir baseman rumah sakit.
Kini tinggal Arion sendiri. Pria itu menghela napas lega, dan kembali menikmati kesendiriannya dalam suasana hening. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah mobil sport putih miliknya, yang dibawakan oleh salah satu pengawal neneknya kesana.
Arion membuka pintu mobil dan duduk di balik kemudi. Setelah pintu sudah kembali tertutup rapat, bayangan kecelakaan itu kembali bermunculan. Sebuah truk besar yang menghantam mobilnya dengan sangat kencang dan cepat, lalu bayangan wajah Cleo yang berlumuran darah.
Tiba-tiba dadanya begitu sesak dan sakit, bahkan hingga Arion mulai merasa kesulitan untuk bernapas. Pria itu memukul dadanya, berusaha mencari cara agar ia dapat kembali bernapas.
"Ah ... Hah ... Ah ...," desahnya.
Pria itu segera membuka kaca jendela mobilnya dan saat oksigen dari luar terhirup, ia mulai menarik napas sangat dalam. Arion sandarkan tubuhnya pada sandaran mobil, dengan napas yang terengah-engah.
Arion mulai mengatur napasnya, sambil mencoba mengirim sebuah pesan teks pada manager sekaligus teman dekatnya.
Anda : Cepat datang ke parkiran baseman rumah sakit, sekarang!
Read.
Niki : Oke.
Setelah mendapat balasan dari sahabatnya itu, Arion menaruh kembali ponsel di atas dashboard dan menatap keluar jendela mobil yang terbuka.
Pria itu memejamkan matanya, berusaha menghapus semua bayangan-bayangan yang kini menghantui dirinya.
"Cleo," gumamnya.
Arion memejamkan matanya sesaat, berharap semua rentetan kejadian yang menimpanya itu, hanyalah sebuah mimpi, dan akan hilang saat dirinya membuka mata.
***