04 - Pertemuan Tak Terduga

1060 Words
Tiga Bulan kemudian, Tanpa terasa sudah tiga bulan berlalu begitu saja, Mahesa masih terus mencari sosok wanita yang sudah terus mengusik hidupnya itu. Dia sudah sangat bertekat untuk menemui keberadaan Raquel, ya mungkin saja kalau dengan mudah dia sudah berhasil menemukan keberadaan wanita yang sudah membuatnya sangat amat penasaran itu, Mahesa tidak akan merasakan getaran seperti saat ini.  Seiiring berjalannya waktu, luka - luka masa lalunya pun sudah mulai menghilang. Hampir saja Mahesa merasa frustasi dalam melakukan pencariannya terharap Raquel. Namun, suatu siang ketika dirinya sedang berjalan - jalan sendirian di sebauh mall, dia malah melihat dari kejauhan sosok yang terus dicarinya itu. Baru beberapa hari yang lalu Mahesa sudah berhasil menemukan sebuah foto wanita yang bernama Raquel itu. Dia langsung mengambil ponselnya untuk melihat wajah yang selalu saja dilihatnya selama beberapa hari ini sebelum dirinya tertidur. "Benar itu dia! Akhirnya aku bisa menemukan kamu juga!" Senyuman menyeringai Mahesa sudah terlihat jelas diwajah tampannya. Dia memutuskan untuk mengikuti Raquel,  "Kali ini aku tidak akan pernah kehilangan kamu lagi, Raquel!" Ucap Mahesa sambil terus berjalan secara diam - diam untuk mengawasi wanitanya itu. Raquel sudah selesai berbelanja, dia memutuskan untuk segera kembali kekediamannya. Dia yang sudah merasa lelah memutuskan untuk menaiki lift. Setelah menekan tombol lift dan menunggu sebentar, Raquel masuk kedalam lift. Namun, ketika pintu lift itu hendak tertutup rapat, tangan seorang pria menahannya. Lalu masuk kedalam sambil terus menutupi wajahnya. Raquel tidak merasa curiga sama sekali, setelah pintu lift nya kembali terbuka, Raquel keluar dan berjalan kearah mobilnya. Dia membuka bagasi mobilnya lalu memasukkan semua barang belanjaannya kedalam. Lalu setelahnya Raquel mengemudikan mobilnya, dia tidak menyadari bahwa sejak tadi ada sebuah mobil yang terus saja mengikutinya dari belakang. "Jadi kamu tinggal disini, Nona." Ucap Mahesa sambil tersenyum. Lalu setelah mengetahui dimana tempat tinggal wanita bernama Raquel itu, Mahesa segera pergi meninggalkan parkiran Apartemen Raquel. Dia memutuskan untuk tidak menemui Raquel saat ini, dia mempunyai rencana lain lagi untuk menemui wanita itu, "Aku akan membuat kamu yang akan menemuiku. Lihat dan tunggu saja, Nona."  Mahesa mengambil ponselnya lalu menghubungi Asistennya, "Aku tidak mau tau, aku ingin tinggal tepat disebelah Apartemen wanita yang bernama Raquel itu. Aku akan memberitahukan alamatnya dengan lengkap. Secepat mungkin urus semuanya." Setelah mengatakan semua keinginannya, Mahesa mengakhiri panggilan teleponnya begitu saja. "Raquel...raquel...raquel!" Dia terus saja menyebutkan nama wanita itu hingga membuat Raquel yang baru selesai mandi langsung saja bersin - bersin.  "Ada apa denganku? Seperti seseorang sedang membicarakanku?" Ucapnya lalu menggeleng pelan. "Mungkin itu hanya perasaanku saja." Ucapnya lagi. DIa sedang mengeringkan rambutnya dengan menggunakan hair dyer, namun, ponselnya terus saja bergetar dan berdering. Tanpa melihatnya pun sebenarnya dia sudah mengetahui siapa yang terus menerus menghubunginya itu. Sebelum menjawab panggilan teleponnya, Raquel menghela nafas dengan berat, lalu dia menekan tombol berwarna hijau yang ada dilayar ponselnya itu. "Ya, Pa." Ucapnya. "Mau sampai kapan kamu bersembunyi seperti ini, Raquel? Bukannya kamu sudah menyetujuinya? Ini sudah tiga bulan berlalu sayang dan kamu masih belum siap juga?" Raquel mulai menyesali sikapnya yang sangat emosi pada waktu itu, dia tidak berpikir panjang. Dia dengan penuh tekat berkata akan membalaskan dendam keluarganya, khususnya Papanya sendiri. Tapi sekarang dia merasa sangat ragu.  "Raquel!" Panggil Papanya kembali membuat Raquel kembali tersadar. "Hah? Iya, Pa. Tapi Raquel tidak mengetahui kalau dia pria yang...." Raquel memutuskan untuk tidak melanjutkan ucapannya kembali. "Dia kenapa? Kenapa kamu tidak melanjutkan kata - kata kamu lagi?" Desak Papanya. 'Tidak mungkin aku mengatakan kejadian yang sebenarnya kepada, Papa. Aku tidak ingin Papa menjadi khawatir.' Batin Raquel. "Raquel hanya butuh waktu, Pa. Tidak mungkin Raquel yang mendekatinya terlebih dahulu. Raquel ingin dia yang merasa penasaran tentang Raquel. Papa tenang saja ya, Tidak mungkin bila Tuan Muda b******k seperti dia tidak tertarik dengan seorang wanita cantik. Raquel janji bahwa semua rencana kita akan berhasil."  "Nah seperti itu baru Anak, Papa. Papa Percaya dengan kamu, sayang." "Iya, Pa. Raquel kangen banget sama Papa dan Mama. Kapan Raquel bisa bertemu kembali dengan Papa dan Mama?" "Setelah semuanya selesai sayang. Kita bertiga akan berkumpul kembali. Kamu harus kuat dan jangan sampai ketahuan ya! Jaga diri kamu ya. Papa sayang kamu, Raquel." "Raquel juga sayang banget sama, Papa dan Mama." Lalu setelahnya dia mengakhiri panggilannya. Wajahnya kembali tidak bersemangat. Seujurnya kejadian malam itu belum bisa dia lupakan. Dia tidak mengira bahwa Tuan Muda seperti Mahesa bukan hanya b******k, licik dan penuh tipu muslihat.  "Apakah aku mampu untuk bertahan sampai akhir? Tuhan tolong hambamu yang malang ini." Bahkan sampai saat ini dia tidak mengetahui apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Jujur ini pengalaman pertamanya, kejadian malam itu juga merupakan ciuman pertamannya. Dia merasa sangat sial karena sudah dicium paksa oleh seorang b******k seperti Mahesa. Baginya Mahesa hanyalah seorang pria b******k dan tidak pernah bisa jauh dari wanita. Persiapan yang dilakukan oleh Raquel sejak dulu, dia terus saja merawat kulitnya supaya terlihat sehat,  putih, kenyal dan bercahaya. Dia juga dengan rutin melakukan olahraga untuk memperindah bentuk tubuhnya. Bahkan sebenarnya dirinya tidak menyukai rambut panjang dan digerai, demi sebuah misi dia melakukan semuanya. Dia juga selalu menggunakan pakaian seksi dan menggoda untuk menarik perhatian Mahesa. Tapi selama tiga bulan belakangan ini, dia kembali lagi menjadi dirinya sendiri. Dia selalu menggunakan topi dan mengikat rambutnya yang menurutnya cukup panjang. Kalau boleh jujur, rasanya ingin sekali Raquel memotong rambutnya sebahu. Selalu kemana - mana dengan mengenakan celana jins robek - robek dan kaos sedada yang selalu memperlihatkan perut ratanya. Namun, lagi - lagi dia tidak bisa melakukan keinginannya itu. Raquel menatap dirinya sendiri didepan cermin, "Yang dikatakan sama Papa benar, aku harus segera menyelesaikan misi lalu bisa kembali lagi kekehidupanku yang damai." Ucapnya sambil menatap dirinya yang saat ini tidak menggunakan riasan make up sama sekali. Raquel mulai membuat sebuah planing untuk pergi nanti malam, dia menghubungi seorang Asistennya untuk mencarikannya seorang pria untuk melancarkan aksinya malam ini. "Aku akan memberikan sebuah pelajaran untuk Tuan Muda b******k seperti kamu, Mahesa! Kamu kira aku sama dengan wanita lainnya yang bisa kamu cium bila kamu menginginkannya?" Ucap Raquel sambil menatap cermin dengan mata yang menyala - nyala. "Oh iya, kenapa aku masih bisa bersantai saat ini?" Raquel menepuk keningnya sendiri. Dia mulai sibuk untuk mencari gaun yang akan dia kenakan malam ini. Entah rencana apa yang sedang dia rencanakan. Dia mengetahui bahwa selama ini Mahesa terus saja melakukan pencarian terhadap dirinya.  "Kamu sudah lama ingin bertemu denganku bukan? Aku berharap kamu tidak akan menyesal Tuan Muda b******k!" Ucap Raquel kembali dengan senyuman misteriusnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD