bc

Aku, Dia, dan Suamiku 2.

book_age18+
3.7K
FOLLOW
55.2K
READ
billionaire
love-triangle
possessive
HE
love after marriage
CEO
comedy
sweet
office/work place
first love
like
intro-logo
Blurb

Cinta bukan hanya memberikan kebahagiaan di dalam kehidupan manusia, tetapi terkadang cinta terasa menyakitkan. Hal itu harus dirasakan Elvina, Rafael, dan William. Jika dapat memilih, Elvina lebih baik tidak pernah bertemu dengan William yang menjadi suaminya, juga tak pernah bertemu dengan Rafael yang menjadi pria yang ia cintai. Kedua pria itu membuat Elvina dilema ketika harus memilih satu di antara mereka.

“Dia mencintaiku! Sekarang katakan, di mana istriku?” sarkas William penuh penegasan dan tak ingin mendengar bantahan.

Rafael tersenyum miring ke arahnya. “Istri? Dia tidak mencintaimu! Dia sudah mengatakan semuanya! Dia ingin bercerai denganmu saat sudah melahirkan dan akan segera menikah denganku! Tapi Anda tenang saja. Saya akan pastikan bahwa Elvina memberikan bayinya padamu. Kita rata Bung! Anda mendapat anak Anda dan saya mendapatkan Elvina,” jawabnya setenang mungkin.

Tema dari cerita ini adalah poligami antara William, Elvina, dan Ranty, tetapi bukan poligami seperti pada umumnya. Cinta segitiga antara Elvina, Rafael, dan William, tapi bukan berarti Elvina berselingkuh dari suaminya, William. Selain itu, cerita ini juga bertema romantis komedi.

WARNING!!!

Banyak jebakan betmen berupa kata-kata kasar dan vulgar sebagai candaan. Untuk yang masih dibawah umur, sebaiknya jangan membaca ini, nonton SpongeBob aja.

Cover by @lanamedia

chap-preview
Free preview
Kakak?
“Baik. Saya akan panggil Elvina dulu. Saya akan mencoba membujuknya, karena sepertinya dia tidak ingin kembali,” balas Rafael lalu pergi untuk menemui Elvina di kamar Clara. Jujur saja, Rafael curiga Elvina mengalami brokenhome sehingga psikisnya terganggu. Elvina sedang menatap angin di hadapannya. Namun, wanita itu langsung menoleh ke arah pintu saat Rafael membukanya untuk masuk. “Vin, Kakak kamu mencarimu. Dia ada di bawah.” Rafael memberitahu. Elvina langsung berdiri, mengira bahwa yang mencarinya adalah Rangga, kakaknya. Dengan antusias Elvina berjalan meninggalkan Rafael, menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa menuju ruang tamu dan ia melihat ... William bersama seorang pria lain yang Elvina ketahui adalah pengawal suaminya itu. Mendadak ia menghentikan langkahnya, tak berniat untuk terus mendekati William. “Vina, kamu ikut pulang. Kita ke rumah Mama Amy.” William bergegas menghampiri Elvina. Namun, Elvina malah melangkah mundur menghindari suaminya itu, ia menyentuh dadanya yang terasa sesak lalu membungkuk dan memukul-mukul dadanya. Rafael yang berada di belakang Elvina tak tinggal diam. “Vin? Kenapa?” Rafael khawatir, mengusap punggung Elvina dengan lembut. Rafael mencoba menghentikan Elvina yang sedang menyakiti dirinya sendiri, tetapi Elvina tetap membungkuk seolah tak ingin melihat William. Rafael memasang mata tajam ke arah William. Sepertinya, dugaannya benar jika Elvina mempunyai masalah di dalam keluarganya. “Biarkan Vina di sini dulu. Saya berjanji akan merawatnya.” Rafael memohon, tak tega melihat wanita yang sangat ia cintai terpuruk seperti itu. “Tidak, Vina akan pulang sekarang juga.” William menegaskan ucapannya dan wajahnya tak kalah serius dalam berucap. Elvina terbirit-b***t menaiki anak tangga yang berada di belakangnya menuju kamar Clara. Hal itu membuat Rafael semakin geram, sudah jelas Elvina sedang dalam keadaan tertekan dan menghindari pria yang mengaku sebagai kakaknya yang kini ada di hadapan Rafael. “Tolong Anda untuk tidak memaksa. Apakah Anda tidak tahu jika adikmu merasa tertekan?” Rafael sempat menahan kata-katanya lalu melanjutkannya kembali, “terlebih saat melihat Anda.” Dan kini, Rafael terlihat tidak tenang. Tak peduli William suka atau tidak yang jelas, Rafael tak terima jika Elvina mengalami masalah di keluarganya. “Saya adalah Kakaknya dan saya lebih berhak dari pada Anda, Bung!” bentak William yang ditahan pengawalnya untuk tidak tersulut emosi. “Jika Anda menyayangi Elvina, maka biarkan untuk Malam ini di sini. Besok Anda bisa membujuknya lagi,” hardik Rafael tak ingin dibantah. Tatapannya seolah meminta kedua pria yang berada di hadapannya untuk segera pergi. “Baik. Besok saya akan kembali untuk menjemput Elvina. Kami permisi.” Bukan William, tapi Tedi yang menjawab. Ia tahu majikannya itu akan segera mengacau. Tedi menyeret tubuh William untuk segera keluar dari rumah Rafael. BUGH... William menendang pintu mobil sangat keras sebelum ia membukanya lalu masuk ke dalamnya. Sepanjang perjalanan, ia hanya menunduk sambil memegangi kepalanya yang ia topang dengan kedua telapak tangannya. Rongga kepalanya membayangkan apa yang baru saja ia lihat dan ia dengar. Menemui pria yang mencintai istrinya? Mengapa ia merasa kesal dan marah? Padahal, ia hampir tak pernah bicara dengan Elvina. Apakah William menyimpan perasaan untuk Elvina? Entahlah, atau mungkin hanya sekadar rasa iba ia juga tak mengerti. Di rumah Rafael “Vina, kenapa? Yang tadi benar Kakakmu?” Rafael ingin memastikan. Elvina masih saja sesekali memukul dadanya dan merintih, ia tidak mengatakan apapun membuat Rafael semakin curiga. “Tenang, kamu di sini untuk sementara waktu.” Rafael mengusap-usap punggung Elvina yang sedang telungkup sebagian ke kasur Clara dan sebagian kakinya masih bersimpuh di lantai. Rafael juga tak segan mencium rambut Elvina dan membelainya. Elvina hanya belum siap bertemu William. Setiapkali bertemu dengannya, entah mengapa perasaannya selalu ingin menghindar. Ia tidak menginginkan dicintainya dan ia juga tidak mencintainya, akan tetapi sejak pernikahan ia merasa hidupnya jauh lebih buruk. William yang menyebabkan ini semua, luka luar dan dalam menghantuinya secara bertubi-tubi. Andai ia belum menikah dengan William, maka sudah dipastikan ia akan menerima Rafael. Dengan itu, ia memiliki seseorang yang akan sungguh-sungguh melindunginya, mencintainya. “Boleh Vina ikut mandi?” tanya Elvina setelah cukup lama mencoba untuk mengendalikan dirinya agar tak terbebani oleh apapun. “Tentu, biar Bibi yang bantu kamu,” jawab Rafael lalu mencium kening Elvina. “Gak perlu. Vina bisa sendiri,” tolak Elvina sopan. Rafael segera bangkit berdiri dan membantu Elvina untuk berdiri pula, ia lalu menggenggam tangan Elvina dan menuntunnya keluar dari kamar Clara. Kemudian, membawa wanita itu memasuki kamarnya yang tak jauh dari kamar putrinya. “Kamu mandi di sini. Nanti Bibi siapin pakaian ganti kamu. Sepertinya pakaian Nata masih ada di sini,” ucap Rafael yang kembali membelai rambut Elvina. Entah mengapa Elvina tak ingin melarangnya untuk melakukan itu, ia merasa nyaman mendapat perlakuan lembut dari seorang Rafael. Elvina segera membersihkan diri di dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar Rafael setelah beberapa hari tubuhnya tak menyentuh air karena dirawat di rumah sakit. Sedangkan Rafael keluar dari kamarnya dan meminta asisten rumah untuk menyiapkan pakaian ganti milik Natalia. Setelah ritual mandinya yang memakan waktu satu jam, ia kembali ke kamar Rafael. Dan benar saja, ada beberapa pakaian yang bisa ia pilih sendiri. Ia memilih celana jeans dan sweater berwarna merah maroon yang sangat pas di tubuhnya. Setelah itu, ia keluar dari kamar Rafael dan terdengar suara Clara memanggilnya. “Mama ... kita makan. Aku lapar,” rengek Clara menarik tangan Elvina dan Elvina hanya bisa mengangguk, mengiyakan keinginan gadis kecil itu. Sementara itu, Rafael sudah anteng di meja makan sambil memandangi Elvina yang sedang mendekatinya. Beberapa kali ia menelan salivanya dengan kasar ketika melihat penampilan Elvina yang sangat menggoda. Wanita itu tak sexy, akan tetapi sweater-nya membentuk sempurna lekuk tubuh Elvina yang sangat ideal dengan tubuh langsing. Batinnya hanya meronta menginginkan sesuatu yang tak dapat dijelaskan seorang duda yang telah kesepian selama 5 tahun. “Maaf gak sempat beli pakaian baru untukmu. Terpaksa kamu pakai pakaian Nata,” sesal Rafael tak enak. “Ini lebih dari cukup. Maaf Vina selalu merepotkan.” Elvina tak kalah merasa tak enak. Tangan Rafael mendarat di punggung tangan Elvina begitu saja dan menggenggamnya, ia lalu tersenyum. “Jangan pernah bicara seperti itu. Kamu juga bagian dari keluarga aku,” jawabnya tak merasa keberatan sedikitpun. Bahkan jika bisa memilih, Rafael ingin Elvina ada di rumahnya setiap hari. Lebih tepatnya menjadi istrinya. Mereka lalu makan bersama. Ambar juga ada di sana untuk menyuapi Clara makan atas permintaan Rafael sehingga Elvina dapat makan tanpa terganggu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook