Bab 1

993 Words
Anastasya sedang berada di klinik kecantikan, yap pacarnya memaksa untuk melakukan perawatan. Padahal dirinya sudah merengek untuk tidak melakukan perawatan tapi tidak berpengaruh. Alhasil dirinya harus melakukan perawatan satu per satu untuk cantik Bukan hanya itu nanti sore juga ada kelas tata krama yang harus dijalani. Bahkan lusa ada kelas ketrampilan bahasa asing. Dirinya merasakan hidupnya diatur. Sembari menikmati perawatan kecantikan, Anastasya sesekali menenangkan diri. Anastasya tak pernah berpikir semua akan menjadi seperti ini. Bahkan dulu tak pernah membayangkan kehidupan dimana uang digunakan untuk banyak hal yang membuat segalanya mudah. Dulu dirinya berpikir untuk melepaskan semua impian dan fokus pada masa depan. Hidup dengan sederhana tanpa berlebihan. Tapi bagaimana sekarang Jerry Irvan tak pernah membiarkan dirinya sederhana. Apapun yang diinginkan akan diberikan. Kadang ada waktu dimana jengah dan berusaha kabur. Tapi Jerry begitu mudah menemukan persembunyian. Benar-benar lucu jalannya cinta itu. Setelah perawatan Anastasya melakukan kesukaannya yakni pergi main di Mall. Meluapkan perasaan dengan bermain aneka permainan membuat dirinya merasa lega. Anastasya pun duduk di kafe, tak disangka bertemu Ian dan Reca. "Lihat sayang si Ana, main sendiri, apa-apa sendiri. Kasian deh" ucap Reca Franda "Namanya juga miskin, pekerjaan aja nggak punya" Ian ikut tertawa "Iya iya aku miskin, berhubung kalian kaya. Kalian traktir aku dong" ucap Anastasya "Ogah, bayar sendiri. Makanya kerja cari uang yang banyak. Jangan mengharapkan pemberian dari orang" ucap Reca "Ohh terus kenapa kamu memberikan ceramah nggak guna. Mending juga bantuin yang ikhlas. Bantuin cariin pekerjaan atau memberikan modal untuk usaha. Lebih membantu itu bagiku" ucapnya yang tak kalah membuat pasangan tersebut tercengang "Jadi Art gimana??" ucap Ian merendahkan "Art ogah aku punya majikan seperti kalian. Gaji kecil kerja banyak, apalagi harus merasakan omongan tajam kalian. Bisa kurus kering aku ini" ucapnya mendapat tatapan dari Ian dan Reca "Miskin sombong, mending kita pergi ke kafe lain. Malas sama dia" ucapnya pergi menggandeng Ian "Yo yo silakan, dasar merusak suasana hatiku ini" ucapnya sembari meneruskan selfie. Jadwal berikutnya telah menunggu yakni belajar caranya berprilaku layaknya kelas atas. Setelah itu Anastasya fokus pada agenda hari ini yang padat sekali. Malam harinya Anastasya bercanda dengan sahabatnya Yuna Arsya. "Yun, tadi gue bertemu dengan Reca. Sombong banget" ucapnya pada sahabatnya. Mereka ada di rumah Yuna yang lagi sepi "Oh ya, terus gimana. Lo sindir balik nggak" ucap Yuna antusias "Iya dong, gue gitu. Oh tumben rumahmu kok sepi sih" ucap Anastasya heran "Biasalah suami kerja di luar kota. Anak di rumah nenek, bebas gue. Lo sendiri kok bisa kesini nggak dicariin sama si onoh" ucap Yuna "Masa' bodoh Yun, dia menjadi orang ribet banget. Banyak aturan" ucap Anastasya "Nanti kualat, baru tau rasa" ucap Yuna mengingatkan "Nggak mungkin lah ye, suami aja bukan. Jadi tidak masalah" ucapnya enteng "Terserah aja sih, yang jelas gue nggak mau ikut campur" Yuna mah orangnya bebas meski menikah tapi tidak dilarang melakukan yang disukai asalkan mengurus anak dan mendidik dengan baik. "Ihh apaan sih lo. Oh ya gue nginep disini ya" "Kabur ya kamu dari rumah" ucap Yuna menelisik "Nggak juga, cuma males aja harus berurusan dengan si kulkas" ucapnya yang marah karena banyak yang diatur untuknya "Kulkas lucu, kalau dia tau pasti ngamuk nggak sih" ucap Yuna sembari melihat majalah "Nggak tau, aku hanya ingin bebas. Entah kenapa semenjak kejadian itu dirinya berubah banget. Dimana harus memberikan kabar dan juga banyak aturan yang harus diikuti. Emang gue robot yang harus sempurna, kadang suka sebel" ucapnya "Maklum dia kan orang dari kalangan yang berbeda dengan kita. Jadi wajar kalau kamu harus belajar ini itu. Tuntutan wanita kelas atas...." ucapnya membuat Ana tertawa. "Wanita kelas atas. Apaan itu" ucapnya yang mendapat jitakan "Uuh nyebelin , heran kenapa Si mas tampan kok bisa sih klepek-klepek sama manusia aneh macam kau ini" Yuna geram "Gue juga heran. Mending nonton BTS lebih seru" "Yuk" Keduanya asyik melihat video BTS yang ditonton melalui Laptop. Setelah itu mereka tenggelam akan waktu sambil menyanyi lagu Berbeda cerita dengan Jerry, moodnya mendadak buruk saat tau pacarnya sulit dihubungi. Jerry seakan menjadi galau karena tak tau keadaan Ana. Jerry sebenarnya sangat mencintai Ana meski sangat terkesan cuek. Trauma cinta masa lalu dan menjadikan Ana pelampiasan atas kandasnya hubungannya dengan mantannya yang terdahulu. Awalnya dirinya tak merasakan cinta dan hanya ingin mengisi harinya dengan orang yang berlawanan karakter. Maka dari itu Jerry seakan memberikan janji palsu tanpa kejelasan yang nyata. Semua seakan sempurna tidak sampai mereka putus. Awalnya sih memang baik-baik saja. Toh dia merasa tidak pernah menganggap Ana sebagai pacar sungguhan, tapi lama kelamaan ada yang berbeda. Dirinya mencoba positif thinking Ana nggak mungkin bisa tanpanya. Jerry yakin Ana pasti akan menghubungi cepat maupun lambat. Tapi ternyata Ana sangat kukuh pendirian bahkan tidak menghubungi sama sekali. Hari-harinya bertambah membosankan dan dirinya merasa ada sesuatu yang hilang. Bahkan saat bekerja sering kali melamun. Tidur pun tidak nyenyak karena melihat Ana menangis sesenggukan. Lama kelamaan mimpi berganti Ana ceria menggandeng cowok baru. Lingkaran hitam sukses ada di bawah kelopak matanya. Merasakan ada desiran aneh di d**a, Jerry curiga dirinya mendapat penyakit serius. Kemudian dia konsultasi dengan dokter pribadi yang justru membuat dirinya jadi bahan tertawaan. Meski begitu Jerry mencoba cuek dan tetap fokus pada hidupnya. Hingga suatu ketika mendengar ceramah dari ustad di masjid. Jerry pun menangis dan merasa bahwa dirinya benar-benar berbuat jahat pada wanita yang begitu dicintai. Hingga Jerry sadar dan mencoba menghubungi kenalan untuk mencari seluruh informasi tentang Ana. Dari situ perjuangan Jerry dimulai. Jerry pikir semua akan mudah tapi tidak dalam kenyataannya. Jerry mencoba menghubungi Ana meski nomer tidak dapat dihubungi. Ana memblokir nomer Jerry untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Rasa galau kian berkecamuk sembari menunggu informasi dari kenalan, Jerry mencoba berpikir positif bahwa tidak mungkin Ana bisa lepas darinya begitu mudah. Apalagi dirinya tau bahwa perempuan tidak mungkin meninggalkannya karena dia memiliki segala baik paras, pintar, uang. Apalagi Ana tau tentang banyak hal darinya. Pasti tidak benar-benar melupakannya. Semakin hari Jerry merasakan ada rasa yang hilang, bahkan kadang-kadang moodnya berubah begitu cepat. Hingga para bawahan merasakan amukan yang luar biasa dari pimpinan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD