3 Awal Mula Bermain Game DT

1121 Words
Fahmi dalam keadaan buruk, tubuhnya penuh dengan kotoran sampah dan hewan. Bau menyengat tercium pada hidungnya, ia sempat ingin mengeluarkan isi perutnya namun apalah daya, perut yang kosong itu belum ada isinya sehingga tidak sanggup untuk mengeluarkan apa pun. Terlebih lagi mulutnya tersumpal kain. Mata Fahmi yang berair menyapu semua orang yang mengelilinginya, ia melihat puluhan orang berbadan besar dengan satu wanita bertubuh pendek tertawa keras. Mereka terlihat sangat puas!! Apa yang terjadi sebenarnya! Fahmi belum sepenuhnya tahu apa yang membuat mereka gembira saat kelompok orang berbadan besar ini menertawakannya sambil memegang ponsel. Yang Fahmi tahu mereka terlihat sangat senang ketika melakukan penyiksaan, dalam hati ia bertekad akan membalas dendamnya ini kepada orang-orang b******n itu. " Aku akan mengingatnya! " batin Fahmi sembari memandang satu persatu orang-orang yang menyiksanya. " Cukup-cukup... Kita tidak boleh membuat barang berharga ini hilang atau mati, kasih dia makan, hari besok kita akan lanjut pekerjaan ini," ucap Debby wanita bertubuh pendek dengan nada dingin sebelum tertawa. Sorot mata tajam penuh kebencian jelas terlihat pada wanita kerucil itu, mata Fahmi bertemu sesaat sebelum wanita itu pergi. Dalam hati Fahmi mengutuk! Apa yang salah dengan dirinya! Sebagai seseorang manusia ia tidak menyalahi aturan atau memancing keributan, hanya karena tidak sengaja melihat wanita kerucil itu buang air kecil di semak belukar ia mendapatkan penyiksaan yang teramat menyakitkan. Fahmi tidak ingin larut pertanyaan besar dalam otaknya, meskipun saat ini ia belum tahu motif dibalik penyiksaan dan penghinaan kelompok ini, ia tetap bertekad mata harus dibalas dengan mata. Penghinaan dan penyiksaan ini, kalian semua harus merasakannya suatu saat nanti! Dengan tubuh yang penuh dengan kotoran yang menjijikan tidak ada satu pun dari orang-orang ini mau mengangkat tubuh Fahmi, mereka lebih memilih menyeret paksa tubuh Fahmi seperti menarik karung sampah yang berat. Duk Semua orang hampir tertawa bersamaan dengan keras saat menyaksikan kapala Fahmi menghantam pintu atau anak tangga kecil. Sembari tertawa mereka juga terseyum puas dengan tangan yang fokus memegang ponsel. Fahmi kembali mengerang kesakitan dan menitihkan air mata, semua pria kekar itu semakin gencar menghinanya dan tertawa keras, saking kerasnya ada sebagian dari mereka yang terpingkal-pingkal. " Anak mamih! Iyahh nangis! " " Sepertinya aku harus mengganti celanamu dengan rok!" " Apa kita harus membuka celananya! Emm, mungkin dia wanita!" " Buhahahah! " Jarak ruang aula pertemuan dengan halaman depan terasa sangat jauh bagi Fahmi, meskipun itu hanya beberapa meter. Mengingat tubuhnya yang di seret itu, membuatnya dapat merasakan sensasi kulit yang saling bergesekan dengan tanah kasar. Itu menyakitkan! Wosshh " Akhirnya kita sampai! Cuci dia! " Selang air panjang menyemburkan air dingin ke tubuh Fahmi, rasanya benar-benar menyegarkan. Dalam keadaan tubuh yang terikat ia terseyum cerah, seolah-olah ini adalah kali pertamanya ia mandi setelah ribuan tahun. Bukk Sosok bayangan hitam muncul, bayangan itu tidak sendirian. Mereka seperti kelompok yang saat ini akan menyerang. Salah satu pria kekar dihadapan Fahmi jatuh bertekuk lutut saat menerima serangan menyelinap. " Serangan kita diserang!! " Fahmi melebarkan matanya saat ini, sebagai seorang pemain game ia pasti tahu kejadian apa yang terjadi antar gangstar. Door Dorr Dorr Pertarungan semakin intens dengan suara beberapa tembakan yang menggema di luar manison, pertarungan antar kelompok tidak terelakkan lagi. " Awas! " Sayup-sayup Fahmi mendengar suara yang tidak asing di telinganya sebelum pukulan keras menghantam lehernya. Dunia menjadi gelap pada pandangan Fahmi, sesaat kemudian ia jatuh pingsan seperti mayat mati. *** Fahmi membuka matanya, ia dapati kamar yang tidak asing baginya. Mencoba bangun dan berdiri untuk duduk, Fahmi melihat ponsel dan memeriksa hari dan jam. Dengan ekspresi yang muram dan wajah yang gelap Fahmi merasa ketakutan karena dalam beberapa hari ini ia tidak mengerjakan misi. " Beruntung pemain dalam keadaan sekarat baik luka fisik maupun mental yang menyebabkan pingsan tidak dibebankan tugas dalam game... Aku masih memiliki delapan jam sebelum misi berganti, " ucap Fahmi dengan mendesah, terlihat ia masih sedikit merasakan rasa sakit di sebagai tubuhnya. " Sial, manusia k*****t! Tunggu saja pembalasanku! " Fahmi mengepalkan tinjunya dan meninju udara. Tidak terbetik dalam pikiran Fahmi bagaimana ia biasa tidur di kamarnya lagi, pikiran sekarang justru hanyut ke masa lalu dimana ia belum mengenal game real life ini. Keseharianya Fahmi sebagi seorang gamer tidak perlu digambarkan lagi. Hidup di depan monitor dengan jari-jermari yang lincah bak master Pianis yang memiliki gerakan cepat dalam menekan tuts. Membuatnya menjadi pemain Pro di semua game, baik itu game simulai, aksi, arcade, teka-teki dan lain sebagainya telah ia lewati. Menjadi pemain hebat di berbagi jenis game tiga atau dua dimensi membuatnya merasa bosan, Mahkota peringakat pertama menjadi momok bagi setiap karakter yang ia mainkan. Apa itu menyenangkan!? Tentu tidak lagi bagi Fahmi, ia merasa bosan dan sangat bosan. Meskipun bermain game itu juga sedikit menghasilkan uang. Masalah makan, minum, bayar listrik dan tagihan internet mampu ia atasi dengan bermain game. Akan tetapi saat itu Fahmi telah menyerah pada game! Membosankan, tidak ada tantangan, bagaimana bisa di setiap platform game ia selalu menjadi momok dengan mahkota peringkat tertinggi. Akhirnya Fahmi memutuskan untuk berhenti bermain game supaya bisa menjalani hidup dengan normal, mencari pekerjaan, dapat uang, kencan dan menikah. Sebagai lulusan siwa Sma, Fahmi mencoba mendaftar menjadi buruh pabrik. Setelah dua tahun ia menjalani hidup di dunia game yang menjenuhkan ia mencari suasana baru dengan kehidupan seperti warga negara. Magang di sana-sini, daftar di sana-sini dan melamar di berbagai tempat telah ia lakukan demi mendapatkan pekerjaan. Namun kegagalannya tetap sama, Fahmi selalu gagal di tes wawancara. Meskipun ia mendapatkan nilai sempuran di tes pesikotes sebab nalar dan logikanya sangat cepat serta tinggi. Para penguji selalu menilai nilai akademik untuk menambah setandar penerimaan karyawan baru, wahasil Fahmi sulit diterima menjadi seorang buruh pabrik. Sekali dua kali, sampai belasan kali dan ujungnya Fahmi menyerah untuk mencari pekerjaan, sadar akan betapa buruk nilai akademiknya. Di saat rasa frustasi mememuhi isi kepala Fahmi, ia sempat membayangkan apakah ada game Real life yang empat dimensi dimana ia sendiri sebagai karakternya. Iseng-iseng ia bertanya kepada teman Gamersnya, ia mendapatkan jawaban yang mengejutkan. " Han, apa ada yah game real life dimana gue sendiri sebagai karakternya? " tanya Fahmi saat menelpon Reyhan. Reyhan tertawa," Apa udah nyerah nih jadi buruh pabrik," ucap Reyhan dengan nada mengejek. " b******k Lu, mentang-mentang pergi ke Amrik Lu jadi sombong yah, " balas Fahmi mengalihkan topik. " Gue sibuk main game Real life bro. " Fahmi melebarkan matanya begitu mendengar jawaban Reyhan, " Dimana lu sekarang gue ke tempat lu. " Reyhan terseyum, " Tenang bro, gue aja yang kesitu nyamperin Lu." " Okk, Gue tunggu yah. Awas aja gak dateng! Rumah gue kagak pindah, jangan salah alamat." " Okeh! " Mata Fahmi bersinar, kilatan cahaya nampak jelas padanya. Mendengar game real life ada membuatnya senang. " Akan seperti apa yah, game itu," gumam Fahmi dengan nada penasaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD