bc

Invisible Rich Man (Indonesia)

book_age18+
6.6K
FOLLOW
55.5K
READ
billionaire
revenge
friends to lovers
powerful
independent
bxg
mystery
male lead
city
like
intro-logo
Blurb

Jefri adalah seorang yatim piatu yang mewarisi kekayaan berlimpah. Sedari kecil dia diasuh oleh Paman Hendrik.

Setelah dia dewasa, Paman Hendrik menipu Jefri dan membuat semua harta warisan miliknya dibalik nama menjadi milik Pamannya.

Dita pacarnya Jefri juga langsung memutuskannya karena Jefri sudah jatuh miskin dan ternyata selama ini Dita berselingkuh dengan Hendrik di belakang lelaki itu.

Jefri yang sudah tidak punya apa-apa lagi dan tidak punya tempat untuk dituju pergi ke pemakaman kedua orangtuanya, dia bermalam di sana di samping makam kedua orangtuanya.

Jefri menangis dan bersumpah di atas tanah pekuburan bahwa dia akan membalas semua perbuatan jahat Paman Hendrik dan pengkhianat Dita, serta dia akan merebut kembali harta yang telah dirampas darinya.

Di pemakaman Jefri menemukan rahasia besar yang akan membawanya menjadi seorang triliuner dalam semalam.

Selain itu Jefri juga dipertemukan dengan Tuan Jaelani seorang Pengusaha kaya raya yang sedang berpura-pura menjadi tunawisma demi mencari lelaki tulus untuk anak perempuannya.

Berhasilkan Jefri menghancurkan Paman Hendrik dan merebut kembali harta yang seharusnya jadi miliknya?

cover : artbyoala

chap-preview
Free preview
1. Kehilangan Segalanya
Brukk! Koper baju milik Jefri dilemparkan oleh Paman Hendrik tepat di hadapan Jefri saat pemuda itu baru saja pulang kuliah. Kedua mata Jefri menatap heran ke arah Paman Hendrik yang sedang berdiri di atas anak tangga teras depan rumah dengan wajah angkuhnya. "Paman kenapa koperku dilemparkan keluar dari dalam rumah?" tanya Jefri polos. "Apa kamu benar-benar tidak paham apa yang sedang terjadi saat ini?" dengus Paman Hendrik bertanya balik. "Aku tidak mengerti, Paman." geleng Jefri. "Aku sedang mengusirmu dari rumah ini," jelas Paman Hendrik blak-blakan. "Kenapa Paman mengusirku dari rumahku sendiri?" tanya Jefri dengan kening yang berkerut karena belum bisa mencerna situasi saat ini. "Rumahmu? Hahaha," Paman Hendrik tertawa mendengar pertanyaan itu. "Iya, rumahku," Brukk! Kali ini Paman Hendrik melemparkan salinan berkas-berkas yang kemarin sudah Jefri tandatangani. "Ambil itu dan bacalah!" perintah Paman Hendrik angkuh. Jefri mengambil berkas-berkas di hadapannya dan mulai membaca satu persatu. "Kenapa? Kenapa ini bisa jadi begini?" Jefri menatap Paman Hendrik dengan pandangan yang murka. "Kenapa ada tandatanganku di berkas-berkas pengalihan semua aset dan sahamku? Aku tidak pernah menandatangani surat-surat seperti ini," "Hahaha," Paman Hendrik tertawa lagi. "Apa kamu tidak ingat tentang kertas kosong bermaterai yang kamu tanda tangani kemarin hm?" "Bukankah Paman bilang bahwa itu untuk kepentingan bantuan sosial bencana alam?" "Kamu itu memang bodoh dan mudah ditipu. Hahaha," Paman Hendrik mulai turun dari anak tangga dan menghampiri Jefri lalu mengelilinginya dengan tangan kanannya memegang bahu kanan Jefri. Saat ini posisi Paman Hendrik sudah seperti orang yang sedang merangkul pundak Jefri saat tubuhnya sudah berada di sisi kiri tubuh pemuda itu. "Apa kamu tidak pernah berpikir bahwa kertas kosong bermaterai yang aku sodorkan kepadamu itu mencurigakan?" bisik Paman Hendrik. Jefri hanya mematung mendengar bisikan itu. "Pasti kamu tidak berpikir ke arah sana," tebak Paman Hendrik. "Jika anak yang pintar, dia tidak akan pernah berani menandatangani surat kosong bermaterai seperti itu. Sayangnya kamu anak yang bodoh," Paman Hendrik menepuk-nepuk ringan bahu Jefri. Jefri mulai menggertakan giginya karena merasa marah. "Wow," seru Paman Hendrik melongokkan wajahnya melihat wajah Jefri yang sedang menahan amarah. "Apakah kamu sedang marah sekarang?" ledek Paman Hendrik yang bisa mendengar dengan jelas suara gemeletakan gigi Jefri. Tangan Jefri mulai terkepal. "Ayo marahlah!" Paman Hendrik semakin meledek Jefri dan menantang pemuda itu untuk meluapkan emosinya. Jefri melirik sinis ke arah Paman Hendrik yang ada di sampingnya. Secepat kilat Jefri bergerak agak menjauhkan tubuhnya dari tubuh orang di sebelahnya lalu tangannya yang sudah mengepal dia ayunkan. Bukk! Satu pukulan mendarat di pipi kiri Paman Hendrik. "Aw," ringis Paman Hendrik dengan tubuh sedikit terhuyung. Tubuh Paman Hendrik yang tadi sempat membungkuk akibat pukulan Jefri mulai dia tegakkan kembali dengan tangan kiri yang mulai memegangi pipi kirinya yang kesakitan. "Apa kamu pikir setelah memukulku semua harta yang telah aku rebut darimu akan bisa kembali kepadamu?" Paman Hendri tersenyum dengan sebelah bibirnya. "Jangan pernah bermimpi! Hahaha," ledak tawa Paman Hendrik memenuhi area ini. Jefri mulai bergerak kembali dan anak buahnya Paman Hendrik yang berada di sekitar tempat ini mulai berlari mendekat maju ke arah Jefri dan meringkusnya setelah mendapatkan aba-aba dari Paman Hendrik. Tubuh Jefri sudah terkunci dan dia tidak bisa melawan para anak buah Pamannya. "Lepaskan aku!" pinta Jefri sambil meronta-ronta. "Hajar dia!" perintah Paman Hendrik kepada para anak buahnya. Anak buah Paman Hendrik mulai menjalankan perintah dari majikannya. Tubuh Jefri dipukuli dengan sekuat tenaga oleh mereka semua, Jefri hanya bisa melindungi bagian-bagian vital di tubuhnya agar cedera yang dia alami tidak terlalu parah. Bukk bukk bukk! Tubuh Jefri sudah babak belur setelah dipukul beramai-ramai oleh mereka semua. Paman Hendrik tersenyum puas melihat keadaan Jefri yang sudah sangat mengenaskan. "Seret dia keluar!" perintah Paman Hendrik kemudian. Anak buah Paman Hendrik menyeret tubuh Jefri dan mendorongnya keluar melewati pintu gerbang. Brukk! Tubuh Jefri jatuh tersungkur ke arah bawah. Koper Jefri juga dilemparkan keluar oleh salah satu dari anak buahnya Paman Hendrik. "Pergi jauh-jauh kamu dari sini!" anak buahnya Paman Hendrik mengusir Jefri. Jefri yang masih kesakitan hanya bisa meringis dan memilih untuk tidak membalas perkataan mereka. Kreb! Pintu gerbang bekas rumah Jefri ditutup dari dalam oleh salah satu anak buahnya Paman Hendrik. "Arghhhh," Jefri berteriak frustasi sambil menjambak rambut sendiri dengan kedua tangannya. "Kenapa aku sebodoh ini!" rutuknya menyesali kebodohannya yang dengan mudahnya memercayai Paman Hendrik. Drrt drrt drrt! Ponsel Jefri bergetar. Dengan segera lelaki itu mengambil ponselnya di dalam saku celananya. Keningnya mengerut karena ada pesan masuk dari nomor pacarnya yang bernama Dita. "Jef, temui aku di kafe Blue Moon!" "Kenapa Dita meminta bertemu lagi?" gumam Jefri bertanya-tanya. "Bukankah tadi di kampus kita berdua sudah bertemu." "Baiklah. Tunggu aku sebentar!" Jefri membalas pesan Dita. Lelaki itu segera bangkit dari posisinya saat ini sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. Tangannya yang terdapat beberapa luka meraih koper miliknya dan segera menariknya pergi ke kafe Blue Moon. Sebenarnya jika Dita tidak meminta untuk menemuinya, pasti saat ini Jefri sudah menghubungi Dita terlebih dahulu untuk meminta bantuan dari pacarnya itu karena dia sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Kafe Blue Moon tidak terlalu jauh dari lokasinya saat ini, jadi Jefri memilih untuk berjalan kaki saja. Sesampainya di kafe Blue Moon, terlihat Dita sedang duduk di salah satu kursi dengan ekspresi wajah tidak senang saat melihat wajah Jefri. Jefri berjalan sambil menarik koper di tangannya dengan senyum mengembang saat menghampiri Dita. "Sudah lama ya nunggunya?" tanya Jefri sambil tersenyum. Raut wajah Dita masih tidak bersahabat, Jefri bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa wajah Dita tidak semanis biasanya, ada apa dengan pacarnya hari ini. "Ayo kita putus!" ucap Dita to the point. "Hah!" Jefri kaget mendengar penuturan Dita. "Kamu jangan bercanda, Dit!" pinta Jefri dengan tawa kecilnya. Jefri menyangka bahwa saat ini Dita sedang mengerjainya karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. "Aku sedang tidak bercanda. Ayo kita putus sekarang juga!" ajak Dita tegas. "Aku tahu kamu itu pasti sedang mengerjaiku kan?" ucap Jefri yang masih menyangka Dita tidak sedang bersungguh-sungguh. Dita memutar malas kedua bola matanya. "Terserah kamu -mau putus atau tidak. Pokoknya -detik ini juga kita sudah resmi putus!" tandas gadis itu. Dita segera bangkit dari tempat duduknya dan segera berjalan keluar dari kafe Blue Moon. Kening Jefri mengernyit, dia mulai menyadari bahwa Dita bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Jefri bangkit dari duduknya dan segera berjalan dengan langkah cepat meski tubuhnya masih kesakitan. Koper yang tadi dia bawa, Jefri tinggalkan sementara di dalam kafe itu karena akan sulit jika mengejar Dita sambil membawa koper bajunya. "Dita!" panggil Jefri. Dita tidak menoleh sedikitpun. Tangan Jefri kini telah berhasil memegang tangan Dita dan membuat wanita itu terhenti dari langkahnya. "Lepaskan tangan pacarku!" seru seorang lelaki yang berada tidak jauh dari sana. Jefri melihat ke sumber suara dan matanya terbelalak saat melihat wajah lelaki itu yang ternyata adalah .... ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook