08 LARI PAGI

1283 Words
Sebelumnya Rio mengigau karena masih belum sadar dari mabuk berat, namun menariknya Rio menyebut nama Rea saat mengigau. Apakah itu isi hati Rio yang sesungguhnya? Sepertinya masih belum bisa dipastikan karena dalam kondisi mabuk. *** Jam menunjukkan pukul 04:30 pagi. Bik Velma yang masih berada di kamar tidur Rio baru saja tersadar dari pingsannya dan merasa bingung. Sambil memegang kepalanya yang terasa berat, dia berkata ... "Duh, kepalaku sedikit pusing. Apa yang terjadi? Oh, iya. Bagaimana keadaan Tuan Ganteng Rio?" Perlahan pembantu wanita itu segera bangun untuk mengecek kondisi Rio, sambil mengelus dadda dan mengembuskan napas, dia merasa lega karena mengetahui Rio sedang tertidur pulas. Bik Velma tersenyum menatap wajah tampan Rio yang sedang tertidur, lalu memasangkan selimut padanya karena semalam Rio tidur tanpa selimut. Selanjutnya Bik Velma keluar dari kamar tidur Rio untuk mencuci muka dan melakukan pekerjaan sebagai pembantu sebagaimana mestinya. Seperti menyiapkan sarapan, bersih-bersih dan lainnya. Tampaknya pembantu wanita itu lupa dengan kejadian mengejutkan tadi malam sebelum pingsan. *** Jalanan di pagi hari masih terasa sepi meski gelap sudah mulai menghilang, hanya ada sedikit kendaraan yang lewat, namun beberapa penduduk terlihat sedang berolahraga menaiki sepeda. Pepohonan rindang di pinggir jalan menambah suasana sejuk di pagi hari. Di tepi jalan tampaklah seorang gadis sedang olahraga lari pagi, rambutnya diikat rapi ke belakang, pakaian olahraganya terlihat feminim dan indah dengan kaos lengan pendek berwarna pink serta celana panjang warna putih. Terdapat pula kacamata khas di wajahnya, siapa lagi kalau bukan Rea Feliza. Rumah Rea memang cukup jauh dari pusat kota, jadi udaranya sangat sejuk dan segar untuk lari pagi. Dengan wajah ceria, Rea menikmati lari pagi secara santai, setiap bertemu dengan orang di jalan dia selalu menyapa dan memberi senyuman, hal tersebut membuat para penduduk bersimpati padanya karena Rea sangat ramah. Saat sedang asik lari pagi, di pertigaan jalan ada seseorang memanggilnya. "Rea!" teriaknya sambil melambaikan tangan. "Hay, Feny!" Orang tersebut ternyata adalah sahabatnya, Feny. Mereka sering janjian untuk lari pagi bersama, rumah Feny tidak terlalu jauh dari rumah Rea, mungkin sekitar 1 kilo meter, Feny adalah sahabat Rea sejak kecil. Mereka kemudian lari pagi bersama-sama sambil asik mengobrol. "Gimana tidurmu semalam, nyenyak?" tanya Feny. "Sangat nyenyak, tapi aku mimpi menyenangkan," jawab Rea sambil terkekeh pelan. "Ciee... mimpi apaan itu?" "Aku berantem sama Rio, adu pukul hingga tidak ada yang mau menyerah, tapi akhirnya aku menang, hahaha." "Hah, serius?" "Iya, terus Rio minta ampun dan ketakutan sama aku." "Hahaha...," mereka tertawa senang bersamaan. Lari pagi disertai dengan canda tawa yang menyenangkan hingga hari semakin siang, matahari sudah terbit menyinari seluruh tempat di daerah itu. Orang-orang sudah mulai beraktifitas seperti biasa di akhir pekan, kendaraan juga sudah mulai terlihat melintasi jalan tersebut. Karena hari sudah cukup siang, Rea dan Feny mengakhiri lari paginya. Mereka mampir ke warung untuk membeli minuman dan makanan ringan sekalian untuk istirahat sebentar. Feny membelikan makanan dan minuman itu pada Rea secara gratis, sebenarnya Rea ingin menolaknya, namun Feny pasti sedih jika dia tidak mau menerima pemberiannya. Sekitar 15 menit mereka istirahat, badan yang tadinya lelah sudah berkurang. Kemudian mereka pulang dengan berjalan santai dan pada saat melewati pertigaan yang biasa mereka lewati, mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. *** Hari untuk kuliah sudah tiba. Suara gemericik air terdengar dari dalam sebuah ruangan kecil, di situ tampaklah si tampan Rio sedang asik mandi pagi sambil bernyanyi dan bersiul, air dingin dari shower di pagi hari membuat badan Rio langsung terasa segar. Saat mandi pagi, Rio suka memakai air dingin karena sangat baik untuk kesehatan badan, berbeda saat mandi sore, dia selalu memakai air hangat. Kurang lebih 10 menit Rio selesai mandi, setelah itu memakai pakaian rapi untuk berangkat kuliah, wangi parfum menyegarkan disemprotkan ke seluruh pakaian. Sambil berkaca dia merapikan rambut hitamnya, sesekali Rio mencoba gaya rambut ala cowok Korea, dia tersenyum manis memandang dirinya sendiri. Hari ini tidak seperti biasanya yang bangun kesiangan, namun kali ini Rio bangun lebih awal. Karena semua persiapan untuk kuliah sudah lengkap, selanjutnya dia turun ke lantai bawah dan menuju meja makan. Di sana sudah tersedia segelas sussu coklat, buah-buahan segar dan roti tawar. Dengan duduk santai Rio meminum segelas sussu tersebut, tidak butuh waktu lama dia menghabiskan segelas sussu coklat itu sampai tak tersisa. Sejak kecil Rio sangat suka sussu coklat, karena Ibunya selalu membuatkannya setiap pagi saat sarapan. Sejenak Rio memandang roti tawar dan buah-buah segar di depannya, namun dia tidak nafsu untuk memakannya dan memilih beranjak untuk berangkat kuliah. Saat baru sekian langkah, terdengar suara. "Eits, tunggu dulu, tunggu dulu... Tuan Ganteng Rio mau ke mana?" tanya Bik Velma. "Ya berangkat kuliah Bik, emangnya mau ke mana lagi pagi-pagi begini." "Sini dulu... sini dulu!" Bik Velma menarik tangan Rio perlahan dan menyuruh untuk duduk di kursi ruang makan. Pembantu wanita itu mengambil roti tawar sekalian diolesi selai rasa stroberi, menaruhnya di depan Rio yang sedang duduk. Rio hanya memandang roti tawar itu dengan malas. "Tuan Ganteng harus sarapan dulu sebelum berangkat, Oke!" kata Bik Velma, namun Rio malah geleng-geleng kepala, tingkah Rio tersebut membuat Bik Velma menghela napas kecewa. "Apa perlu Bik Velma suapin? Nih, ayo buka mulutnya lebar-lebar, Aaa...!" pinta Bik Velma sambil menyuapi paksa Rio, melihat hal itu malah membuat Rio tertawa senang. "Ya udah deh Bik, aku mau sarapan sekarang. Sini rotinya!" Bik Velma menyerahkan roti tawar itu dan akhirnya Rio makan sendiri dengan lahap. Pembantu wanita itu terlihat senang melihat Rio makan dengan lahap. "Nah, gitu kan tambah ganteng. Nanti kalau gak sarapan, Tuan ganteng bisa sakit, wajah pucat, gantengnya jadi berkurang, Bik Velma jadi sedih melihatnya." "Hahaha... Bik Velma itu ada-ada aja." Rio sudah selesai sarapan dan beranjak untuk berangkat kuliah, namun sebelum melangkah, Rio mengambil sebuah apel merah. Kemudian Rio berpamitan dengan Bik Velma yang selalu menghiburnya saat Ibunya tidak di rumah. Bik Velma memberi pesan agar hati-hati di jalan, Rio hanya mengangguk. Selanjutnya dia melangkah pergi sambil memakan apel merah yang diambilnya tadi, Bik Velma yang melihat itu menggelengkan kepala sambil tersenyum. Beberapa menit kemudian, Rio sudah sampai di area Kampus. Mobil warna biru yang selalu dipakainya saat kuliah melaju cepat menuju parkiran, dengan gesit menempatkan mobilnya secara teratur. Rio segera turun dari mobil lalu berjalan menuju kelasnya, seperti biasa Rio melewati depan gedung fakultas lain serta taman-taman di sekitar Kampus dan selalu banyak cewek yang memandangnya dengan suka cita. Saat melewati koridor, Rio sedikit terheran ada seorang gadis datang menghampirinya dari depan, kemudian gadis itu berhenti tepat di depan Rio. "Kak Rio, ini buat kakak," kata gadis itu sambil tersenyum dan menyodorkan bunga mawar merah 1 tangkai, namun Rio tidak langsung menerimanya, dia terdiam sesaat menatap gadis itu sambil tersenyum. "Buat aku?" jawab Rio. "Iya, ini buat kak Rio." Gadis itu menyodorkan bunga lebih dekat dan kali ini wajahnya terlihat merah merona. "Oke, makasih." Rio menerima bunga itu, kemudian gadis itu pergi menjauh, tampaknya sangat bahagia. Setelah jauh dari Rio, gadis itu menjerit sangat senang sambil lompat-lompat. Rio mengecek bunga mawar merah itu, terlihat ada kertas kecil bertuliskan nomor ponsel. Rio hanya tersenyum melihat ada nomor ponsel di situ, Rio memperhatikan tangkai bunganya sangat halus tanpa duri, lalu menaruh tangkai bunga itu ke mulut dan menjepitnya dengan kedua bibir merah Rio. Dia segera melanjutkan berjalan ke ruang kelas sambil mengambil ponsel di saku celananya, membaca pesan-pesan yang masuk di ponsel. Banyak cewek yang membicarakan Rio saat perjalanan menuju ruang kelas. "Lihat, si tampan Rio dapat bunga dari siapa?" "Iya, siapa yang berani memberinya bunga itu?" "Aaa... Rio terlihat semakin tampan membawa bunga mawar merah seperti itu. Hatiku semakin meleleh." Tidak lama kemudian Rio sampai di kelasnya. Ketika memasuki kelas, dia masih membawa bunga itu di bibirnya, hampir semua cewek menjerit terpesona sekaligus penasaran dari siapa bunga itu. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD