07 MENGIGAU

1130 Words
Semalam Rio mabuk berat karena ulah cewek nakal yang tidak diketahui asal-usulnya. Sepertinya dia ingin memanfaatkan Rio, namun untung saja sahabat-sahabat Rio sangat peduli dengannya, terutama Kevan. *** Geng Rio sudah sampai di depan gerbang rumah Rio, bunyi klarkson mobil terdengar cukup keras, dengan terburu-buru seorang satpam membukakan gerbang. Kevan menjalankan mobil Rio memasuki gerbang dengan cepat dan langsung menuju depan pintu rumah, suara rem mobil terdengar nyaring, disusul oleh Fahri dan Max yang naik motor di belakang mobil. Kevan segera turun dari mobil dengan tergesa-gesa, kemudian membantu Rio turun dan membantunya berjalan masuk ke dalam rumah. Satpam terkejut melihat keadaan itu dan segera datang menghampiri. "Apa yang terjadi dengan Tuan muda?" tanya Satpam. "Dia sedang mabuk berat. Tolong jangan beritahukan ini ke orang tua Rio," pinta Fahri. "Baiklah!" "Dan tolong ambilkan segelas air putih untuk Rio agar kondisinya membaik," tambah Max kepada Satpam. Satpam tersebut segera teriak memanggil pembantu yang selalu merawat dan menjaga isi rumah Rio. Seorang wanita paruh baya datang tergesa-gesa dan langsung terkejut melihat kondisi Rio. "Aaa... Ada apa dengan Tuan Ganteng Rio?" teriak pembantu itu. "Udah jangan teriak-teriak! Cepat ambilkan segelas air putih!" perintah Satpam. "Siap, siap, siap." Namun pembantu itu malah mendekati mereka karena saking bingungnya. "Ehh, Salah. Harusnya ke dapur," kata pembantu itu sambil menepuk jidat, pembantu wanita itu memang mempunyai tingkah lucu dan sering membuat Rio tertawa. Nama pembantu wanita itu adalah Bik Velma, sedangkan satpam itu bernama Pak Franko. Kevan membawa Rio ke atas lantai 2 menuju kamar tidur Rio, sedikit kesulitan menaiki tangga karena tubuh Rio sangat lemas, namun Kevan berusaha sebaik mungkin. Fahri, Max dan Satpam ingin membantu namun tidak bisa karena melewati tangga, mereka bertiga hanya mengikuti dari belakang. Dengan bersusah payah akhirnya sampai juga di kamar tidur Rio, selanjutnya Kevan mencopot jaket yang dipakai Rio, kemudian membaringkannya di kasur agar lebih nyaman, tak lupa Pak Franko mencopot sepatu yang dipakai Rio. "Kenapa Tuan Muda bisa mabuk berat begini? Biasanya kalau pulang malam baik-baik saja," tanya Pak Franko. "Maaf Pak Franko. Sebenarnya tadi ada cewek cantik yang mendekati Rio dan mengajaknya untuk berdansa, tapi kami tidak mengira sampai terjadi seperti ini," jawab Max. "Sepertinya Cewek cantik itu adalah cewek nakal, namun yang terpenting sekarang sudah di rumah. Biarkan Rio istirahat cukup, nanti kondisinya pasti akan pulih dan baik-baik aja," tambah Fahri. "Baiklah." jawab Satpam. Tiba-tiba saat mereka mengobrol, Rio mengigau lagi, "Minum, aku mau minum lagi..." "Mana Bik Velma, kok lama banget?" tanya Kevan. Tidak lama kemudian pembantu wanita itu datang membawa segelas air putih, segera memberikan air putih itu untuk Rio, agar diminum. Kebetulan tadi dia mengigau minta minum, perlahan badan Rio dibangunkan oleh Kevan agar bisa minum dengan mudah. Kevan merasa bertanggung jawab karena dia sudah lama mengenal Rio, bahkan orang tua Rio juga berharap agar Kevan menjadi teman baiknya, mereka juga meminta agar selalu membantu Rio saat mendapat masalah. "Kenapa Bik Velma lama mengambil air putihnya?" tanya Pak Franko. "Oh, tadi perlahan-lahan saat naik tangga, takut tumpah, hehe." Pak Franko hanya menepuk jidat mendengar itu, Fahri dan Max terlihat sedang menahan tawa. Setelah Rio diberi minum, selanjutnya dibaringkan lagi ke kasur, membiarkannya agar tertidur. Kevan merasa lega karena Rio sudah cukup rileks, karena semua sudah tampak aman, teman-teman Rio berpamitan ingin pulang. "Ya udah Bik Velma, Pak Franko. Karena kondisi Rio sudah membaik, kami pamit pulang!" kata Kevan. "Loh... Loh... Loh, kenapa kalian ingin pulang? Kenapa gak tidur di sini saja semuanya?" tanya Bik Velma. "Hahaha, Bik Velma ini ada-ada aja. Mana bisa berempat tidur sekasur di sini," jawab Fahri, sedangkan Kevan dan Max juga ikut tertawa. "Oh iya, cuma muat berdua. Kalau gitu Nak Kevan saja yang tidur bersama Tuan Ganteng Rio." "Hehee... Makasih Bik Velma, lain kali aja," jawab Kevan sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya. "Bik Velma gak perlu khawatir. Biarkan Rio tidur nyenyak, nanti pasti akan baik-baik aja," kata Fahri. "Oke, oke. Siap kalau begitu." Kemudian teman-teman Rio berpamitan lagi untuk pulang, Kevan meminta agar Bik Velma menjaga sebentar sahabatnya sampai benar-benar tertidur pulas, pembantu wanita itu menyanggupinya. Sedangkan Pak Franko juga ikut keluar dari kamar Rio untuk mengantar teman-teman Rio sampai di depan dan selanjutnya menjaga rumah Rio di post satpam. Tak lupa Pak Franko mengucapkan terima kasih kepada Kevan, Fahri dan Max karena telah mengantar Rio sampai ke rumah serta memberi pesan agar hati-hati di jalan karena sudah larut malam. Untung saja besuk hari libur, jadi teman-teman Rio tidak perlu khawatir karena Rio bisa istirahat lebih lama. Pak Franko memperhatikan kepulangan teman-teman Rio, setelah itu menutup gerbang dan berjaga malam. Dia juga membiarkan mobil Rio berada di depan rumah, karena besuk pasti diurusin Rio saat sudah pulih. Apalagi malam ini tampak cerah, jadi Pak Franko tidak perlu khawatir. Bik Velma masih berada di kamar tidur Rio, dia malah mondar-mandir ke sana kemari seperti orang bingung, tampaknya masih merasa khawatir dengan kondisi Rio. "Duh, semoga Tuan Ganteng Rio baik-baik saja. Untung saja orang tua-nya sedang keluar Negeri, seandainya saja mereka di rumah, Tuan Ganteng pasti dimarahin. Aku gak tega melihatnya dimarahin, hiks...hiks," kata Bik Velma sambil mengusap kedua matanya, padahal sama sekali tidak ada air mata. Pembantu wanita itu masih mondar-mandir tidak jelas. Sesaat kemudian mencoba untuk tenang, tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan sampai 3 kali, setelah melakukan itu tampaknya lebih tenang. Namun tiba-tiba Rio mengigau lagi, meskipun masih memejamkan mata. "Rea... Hey Rea, sini temenin aku sekali-kali, aku lagi butuh seseorang. Serius, kali ini aku gak akan menjahili kamu." "Waduh, siapa itu Rea? Aku belum pernah mendengar nama itu. Jangan-jangan pacar Tuan Ganteng, huh. Jangan selingkuhin aku Tuan Ganteng, hiks," kata Bik Velma dengan cemberut. Namun mendengar Rio mengigau, dia semakin khawatir, lalu mencoba mengecek kening Rio dengan menempelkan punggung telapak tangan, kemudian pindah ke pipi kanan dan kiri, tampaknya tidak ada masalah setelah dicek, suhu bandannya juga terasa normal. Saat Bik Velma sedang mengecek, tiba-tiba tangan Rio meraih tangan pembantu wanita itu. "Rea, terima kasih sudah datang menemani aku." "Aaa... Tuan, Tuan Ganteng Rio ini aku, Bik Velma," kata Bik Velma dengan terkejut. Rio yang masih belum sadar dari mabuk itu tidak bisa mengetahui siapa yang ada di dekatnya, Rio juga tidak bisa berpikir dengan benar. Setelah memegang tangan pembantu wanita itu, Rio menariknya dengan pelan kemudian malah ingin menciumnya, hal itu membuat pembantu wanita itu sangat terkejut. "Aaa... Tuan Ganteng Rio!" teriak Bik Velma. Karena saking terkejutnya, Bik Velma malah pingsan dan tergeletak di lantai yang ada karpet tebalnya. Lantai kamar tidur Rio memang cukup mewah, terdapat karpet tebal dengan warna biru dan motif matahari berwana kuning. Karena Rio gagal ingin menciumnya, dia mencoba meraba-raba untuk mencarinya, akan tetapi tidak menemukan dan akhirnya Rio menyerah hingga tertidur pulas. Rio terlihat manis ketika tidur, wajahnya tampak tersenyum karena mungkin sedang bermimpi lucu. Bik Velma pun malah tidur di karpet kamar Rio, mungkin hingga dia tersadar dari pingsannya. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD