05 KELUARGA REA

1303 Words
Ternyata seorang Rio Farezi yang sangat tampan bagai Pangeran dari negeri dongeng, berbadan atletis dan jago berkelahi mempunyai sifat manja dan seperti anak kecil, mungkin karena anak tunggal dan Ayahnya jarang sekali mendidik Rio. Akan tetapi bagaimana Rio yang mempunyai sifat seperti itu bisa jago dalam berkelahi? *** Rio yang baru saja masuk ke kamar tidurnya merasa lelah. Dia melempar tas gendong miliknya ke kasur, lalu melemparkan tubuhnya juga ke kasur dan rebahan sambil melihat langit-langit di kamar tidurnya. "Apa aku bisa mandiri ya, suatu saat nanti?" Dia merasa ragu memikirkan masa depannya suatu saat nanti, dan memikirkan hal seperti itu membuat Rio mengantuk. Perlahan dia memejamkan mata dan akhirnya tertidur. Rio masih mengenakan jaket kulit warna hitam dan celana jeans warna biru saat tidur. Kamar tidur Rio terlihat cukup rapi, tetapi itu karena hanya ada sedikit barang-barang di dalamnya, mungkin Rio malas membereskannya jika terlalu banyak barang di situ. Hanya ada meja belajar yang ada komputernya, satu almari namun terlihat besar dan mewah, tempat berkaca beserta perlengkapannya. Di dindingnya pun jarang ada tempelan-tempelan seperti poster atau semacamnya, hanya ada jam dinding dan satu foto kebersamaan, sepertinya itu foto Rio saat SMA bersama teman-teman sekelasnya. Dalam foto itu lucunya ada Rio yang sedang memicingkan kedua matanya ke arah Rea sambil melipat silang kedua tangannya di dadda, sedangkan Rea melirik ke arah Rio dengan cemberut sambil berkacak pinggang. Rio dan Rea berada di tengah-tengah namun ada Kevan yang sedang jongkok di antara mereka berdua dengan pose dua jari tanda damai menggunakan tangan kanan, ada juga Feny yang berdiri di belakang Kevan, dia sedang mengacungkan jempol kanan. Benar-benar foto yang menunjukkan permusuhan sejak dulu. Selain itu terdapat juga kamar mandi di dalam ruang, membuat kamar tidur Rio terasa sangat nyaman. Beralih di tempat Rea berada. Dia baru saja sampai di rumahnya dan mengendarai motor melewati gerbang yang tidak ditutup. Dia memarkirkan motornya di halaman depan rumah, segera turun dan masuk. Rumah Rea terlihat sederhana namun indah dengan cat warna ungu, terdapat juga taman bunga di depan rumah. "Aku pulang!" Dengan senyum dan semangat, Rea mamasuki rumahnya dan kebetulan pintunya terbuka sedikit. Dari dulu Rea mempunyai sifat yang ceria meskipun wajahnya tidak cantik. Rea tengak-tengok di dalam ruang tamu namun nampaknya sepi, mungkin Ibunya sedang di dapur. Rea menaruh sepatu ke raknya dan setelah itu menuju ke kamar tidurnya. Di taruhnya tas selempang warna pink yang selalu dibawanya saat kuliah ke sebelah meja belajar. Rea mencopot jaket warna putih yang dipakainya dan mengganti pakaian kuliah dengan pakaian keseharian yang terlihat simpel, memakai rok kuning yang menutupi lututnya dengan motif bunga dan kaos warna pink. Sambil berkaca di depan almari, Rea memperhatikan bentuk tubuhnya, dia tersenyum gembira mengenakan pakaian itu, terlihat sangat pas dengan bentuk tubuhnya. Setelah itu Rea mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya, sebentar dia mengecek ponsel itu dan membaca pesan-pesan yang masuk, Rea tampak senyum-senyum membaca pesan itu. Bergegas Rea meninggalkan kamar tidurnya, tak lupa menutup pintu kembali. Kamar tidur Rea terlihat sangat rapi dan bersih, terdapat beberapa boneka lucu berwarna pink di kasurnya. Ada lukisan-lukisan pemandangan indah di dinding dan ada satu hal yang menarik di dinding itu, yaitu foto kebersamaan yang sama persis dengan foto yang ada di kamar Rio, foto teman-teman saat SMA. Namun ada sedikit perbedaan, wajah Rio di foto itu ditempeli sebuah stiker warna hitam berbentuk bulat, lucu sekali Rea melakukan itu. Apa yang ada dalam pikirannya sampai menutupi wajah Rio dengan stiker? Mungkin Rea tidak kuat memandang wajah tampan Rio setiap hari. Rea berjalan pelan menuju dapur untuk mencari Ibunya, ternyata benar Ibunya sedang di dapur memasak sesuatu. Rea mengendap-endap perlahan ke dapur dan sesampainya di sana ... "Lagi masak apa, Ma?" tanya Rea sambil peluk Ibunya dari belakang. "Ah, kamu ini. Pulang gak bilang-bilang. Sini bantuin Mama masak opor ayam!" "Wah, opor ayam. Masakan kesukaan aku dan kakak nih." Dengan senang hati Rea membantu Ibunya masak di dapur, mereka masak sambil membicarakan banyak hal. Rea dan Ibunya terlihat sangat dekat dan saling menyayangi. Sejak dulu Rea selalu rajin membantu orang tua, terutama menjaga kebersihan dan keindahan rumah. Kurang lebih satu jam Rea membantu masak Ibunya dan setelah itu mereka makan bersama. Ibunya tersebut bernama Rosa, Ibu yang sangat baik dan selalu menyayangi Rea tanpa memandang fisik anaknya. Karena Rea merasa lelah, dia bersantai sebentar di sofa ruang tamu sambil menonton televisi. Ternyata Rea sangat suka dengan drama Korea, dia menonton televisi sambil senyum-senyum sendiri. Rea sering mencopot kacamatanya saat menonton drama, mungkin agar lebih menyentuh bila ada adegan yang menyedihkan. Namun saat asik menonton, tiba-tiba ada 2 telapak tangan menutupi kedua matanya. "Ma... lagi seru nih. Jangan di tutupin!" "Hahaha, dikira Mama. Adikku yang pintar ini berhasil tertipu," kata seorang laki-laki. "Kak Brian! Lepasin, keburu terlewat adegan romantisnya." Kakaknya segera menyingkirkan kedua tangannya dari wajah Rea. Ternyata yang mengganggu Rea adalah kakak kandungnya yang bernama Brian. Dia sering mengganggu Rea saat sedang bersantai, namun sebenarnya sangat menyanyangi Rea, apalagi Rea adalah adik yang pintar. Kakaknya mempunyai badan tinggi, atletis dan kulitnya lebih putih daripada adiknya, entah kenapa bisa berbeda warna kulit. "Ciee... adikku ini sukanya nonton begituan. Jangan-jangan lagi suka sama cowok nih?" kata Kakaknya dengan bercanda. "Apaan sih, Kak Brian berisik. Tumben jam segini udah pulang?" jawab Rea cemberut. "Iya, tadi semua kerjaan sudah beres. Jadi bisa pulang lebih cepat. Coba sini lihat mukanya! Ciee... cemberut itu tanda cinta loh," kata Kak Brian sambil memutar dagu Rea agar melihatnya. "Idihh, sembarangan aja kalau ngomong. Sana pergi mandi! Kakak bau keringat tau." "Gak usah mengalihkan pembicaraan. Jujur aja kenapa sih sama Kakak," kata Kak Brian sambil menaikkan alisnya. "Sudah, pergi sana...!" Rea sedikit kesal dan mendorong kakaknya agar pergi dan tidak mengganggu Rea yang lagi asik menonton televisi. Kakaknya akhirnya pergi meninggalkan Rea, namun di raut wajahnya tampak tersenyum. Ayah Rea sepertinya belum pulang dari kerja, nama ayahnya adalah Rudy, seorang karyawan tetap di sebuah Bank Nasional. *** Sore hari Rio berada di tempat fitness, dia sering ke tempat kebugaran itu untuk menjaga bentuk tubuhnya agar selalu atletis dan kuat. Melatih otot-otot lengan dengan angkat beban dan segala macam peralatan fitness lainnya. Biasanya Rio ditemani oleh Kevan di tempat fitness ini, namun sepertinya Kevan tidak bisa datang, mungkin ada kepentingan lain. Saat sedang melatih otot kaki dengan sepeda fitness, Rio melihat seseorang yang tidak asing baginya, akan tetapi dengan pakaian yang cukup ketat karena pastinya dia ingin fitness juga. Rio sedikit terkagum dengan penampilannya, karena sangat berbeda, dia baru saja memasuki tempat fitness dan berjalan menuju ke arah tempat Rio latihan, namun sepertinya dia tidak melihat Rio. "Hey Gadis Jellek, tumben ke sini?" ucap Rio agak keras saat dia lewat di dekatnya. Ya, ternyata dia adalah Rea Feliza, musuh sekaligus rivalnya. "Rio! Ehh, Pria Bego. Jadi kamu sering ke sini?" tanya Rea dengan kaget. "Kamu belum jawab pertanyaan ku tadi." "Oh, memangnya kenapa kalau ke sini? Aku cuma ingin mencari kakakku, ya sekalian mencoba fitness." "Jadi kakakmu juga sering ke sini. Aku baru tau." "Hemm...," jawab Rea singkat, kemudian pergi untuk mencari kakaknya. Meski Rio sudah kenal Rea dari dulu, tetapi dia belum pernah mengenal kakaknya, karena memang belum pernah berkunjung ke rumah Rea. Tapi Rio sering melihat Rea dari jauh sedang di jemput seorang pria, namun Rio tidak mengetahui siapa pria itu. Sekarang dia sadar bahwa itu adalah kakaknya Rea. Dengan seksama Rio memperhatikan ke mana Rea berjalan untuk mencari kakaknya. Ternyata dia berhenti di tempat angkat beban barbell, terlihat Rea sedang berbicara dengan kakaknya. Rio sebenarnya penasaran dengan apa yang mereka bicarakan itu, namun setelah dipikir-pikir untuk apa penasaran, karena itu tidak penting dan tidak ada hubungannya dengan Rio. "Oh, jadi itu kakaknya," kata Rio sambil mengerutkan dahi. Kemudian Rio melanjutkan aktifitas fitness yang lain dan Rea sendiri juga latihan menggunakan alat treadmil, lari di tempat untuk membakar lemak di dalam tubuh. Mereka melakukan aktifitas fitness masing-masing hingga hari mulai petang. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD