BAB 4

1386 Words
Hari ini kelas gue cuma ada satu makul, setengah jam lagi kelas Yura juga bakalan selesai jadi gue mutusin buat nunggu di depan kelasnya buat ngasih penjelasan. Ternyata kelas Yura selesai lebih cepat dari jam biasa, tapi nihil Yura nggak ada, sampai orang yang terakhir keluar Nara. “Nar!” “Loh? No, ngapain lo disini,” “Heh, sopan dikit jadi orang, gue kan kakak tingkat lo, panggil sunbae kek,” “Males, ngapain lo disini?” “Yura mana? Kok nggak keluar kelas?” “Gimana mau keluar kelas, dianya aja kaga berangkat,” “Kenapa?” “Katanya si lagi nggak enak badan. Lagian lo kan pacarnya, kenapa nanya ke gue harusnya lo lebih tau dong,” “Berisik lo, sekarang Yura dimana?” “Dirumahlah,” “Okeh, gue cabut duluan,” “Asal cabut ajalo, kasih gue tumpangan kali,” “Siapa elu. Bye,” Setelah ambil mobil gue langsung pergi ke rumah Yura. Gue mohon Yur, jangan salah sangka gue jadi bingung gini. Baru kali ini lodiemingue. Akhirnya sampai juga, Ting tong “Iya sebentar,” “Eh, Minho. Pasti nyariin Yura ya?” “Nde, annyeonghaseyeo eommoni. Nde, majjayeo,” “Ayo masuk, Yura ada di kamarnya masuk saja ke kamarnya,” “Nde gamsahabnida eommoni,” Setelah di ijinin masuk, gue langsung ke kamarnya Yura di lantai satu. Untungnyaeommoniudah biasa kalo gue main ke rumah langsung ke kamar Yura. Tok tok “Nde, masuk saja eomma tidak di kunci,” Gue langsung buka pintu kamar Yura, walaupun Yura ngira bahwa gue eommoni. “Yura yaa,” “Oppa? Kenapa oppa disini?” “Yura yaa, kenapa kau mengabaikanku eoh?” “Aku tidak mengabaikanmu oppa,” “Apa kau marah pada ku?” “Marah? Tentang?” “Tentang perempuan di bandara kemarin. Dia benar – benar hanya teman masa kecilku Yura yaa, aku tidak mungkin berbohong padamu. Kau juga tau sendiri bahwa aku hanya mencintaimu, ku mohon jangan salah paham Yura yaa. Jangan mendiamkanku seperti ini, ini membuatku sesak,” “Pfft. Oppa, ada apa denganmu?” “Kenapa kau tertawa? Aku sedang meluruskan kesalah pahamanmu,” “Siapa yang salah paham? Aku?” “Eung, maafkan aku Yura yaa,” “Kau ini sangat aneh oppa, aku tidak salah paham tentang apa pun padamu. Sepertinya kaulah yang salah paham padaku oppa,” “Geunde, sejak pulang dari bandara kemarin kau hanya diam saja. Kau bahkan tidak menjawab panggilanku,” “Oppa, batrai ponselku habis kemarin dan aku sedikit tidak enak badan. Maka dari itu aku tidak menjawab panggilanmu,” “Tapi eommoni bilang bahwa kau kesal dengan temanku,” “Hahahaha, kau percaya dengan eomma? Oppa, kau seperti tidak tau saja bahwa eomma senang menggodamu,” “Aish, mau di taruh mana mukaku jika bertemu dengan eommoni nanti,” “Hahaha, aigooo uri oppa hahaha,” “Jangan tertawa, kau membuatku semakin malu karena sudah salah paham,” “Hahahaha ani, hanya saja mukamu saat ini sangat imut oppa. Mukamu bahkan lebih merah dari kepiting rebus dan lihatlah telingamu hahahah,” “Aish, berhenti menertawakanku tokki,” “Arraseo arraseo, mianhae. Lalu apakah oppa kemari hanya untuk menjelaskan hal seperti itu padaku?” “Iya, tadi aku menunggu kelasmu selesai tapi ternyata kau tidak masuk. Lalu aku bertemu Nara dan bertanya kenapa kau tidak masuk, lalu Nara bilang bahwa kau tidak enak badan,” “Lalu, setelah tau aku sedang tidak enak badan kau langsung menuju rumahku?” “Eung, majja,” “Tanpa membawa apa pun?” “Ahhh, sepertinya aku melupakan itu,” “Pergi kau dari sini. Keluar dari kamarku sekarang juga, untuk apa punya pacar yang tidak peka sepertimu,” “Kau mengusir pacarmu yang tampan ini?” “Aku tidak butuh pacar yang tidak peka sepertimu. Keluar sana,” “Hahahaha sepertinya aku lebih baik dalam hal menggodamu tokki yaa. Tentu saja aku kesini membawa pizza keju kesukaanmu,” “Jinjja? Mana? Dimana pizzaku?” “Poppo dulu, maka aku akan memberimu pizza,” “Ahhh sirheoo, mana pizzaku oppa. Aku benar – benar lapar,” “Tokki yaa, cukup di pipi saja. Kumohon, hanya satu kali,” Cup “Sudah kan? Ayoo, mana pizzanya oppa?” “Cepat sekali, sekali lagi,” “Oppa, kau mau mati? Kau bercanda denganku sekarang?” “Arraseo, mianhae. Pizzanya ada di bawah, tadi aku memberikannya pada eommoni,” *** Author PoV Rahasia. Semua orang tentunya punya rahasia bukan? Sama halnya dengan keluarga Min. Yang diketahui oleh orang – orang awam mereka hanyalah salah satu keluarga pengusaha yang memiliki pengaruh perekonomian terbesar di Korea Selatan. Tentu saja banyak orang yang belum mengetahui bahwa selain otak bisnis keluarga Min juga memiliki tingkat bela diri yang tinggi. Untuk setiap cabang bela diri, keluarga Min memiliki pelatih yang sangat handal bisa di katakan bahwa mereka menyewa tentara bayaran untuk melatih anak – anak mereka. Drrt drrt  “Yeoboseyeo? Ada apa oppa?” “....” “Tapi saat ini aku sedang bersama Minho, bisakah aku kesana satu jam lagi?” “...” “Aish, arraseo. Aku akan secepatnya kesana. Ku tutup,” Yura menutup panggilan telepon dari Seungho, kakak kedua Yura. Saat ini Yura memang tengah makan siang dengan Minho di kantin fakultas, beruntunglah Yura karena setelah ini dia tidak memiliki kelas, sehingga dia bisa pulang cepat hari ini. “Siapa yang meneleponmu?” tanya Minho. “Seungho oppa,” “Wae? Apa ada masalah?” “Ah, ani. Hanya saja dia memintaku untuk cepat pulang,” “Bukan kah Sengho hyung jarang pulang ke rumah? Tumben sekali dia memintamu untuk cepat pulang,” “Katanya dia sangat merindukanku, jadi dia memutuskan untuk pulang ke rumah hari ini,” jawab Yura. “Ahhh, baiklah. Mau aku antar pulang?” “Tidak perlu oppa, hari ini kebetulan aku bawa mobil. Lagi pula setengah jam lagi kau ada kelas kan? Jadi aku pulang sendiri saja,” “Kau bisa pulang sendiri tokki?” “Aku bukan anak kecil lagi oppa, tentu saja aku bisa pulang sendiri. Kalau begitu aku pulang dulu, habiskan makanan oppa setelah itu masuk lah ke kelas,” ucap Yura sembari membereskan semua diktat – diktat kuliahnya.  “Arraseo, hati – hati saat menyetir tokki,” “Hmm, oppa annyeong,” Yura melangkahkan kakinya dengan lebar untuk mempercepat jalannya. Hari ini ternyata ada latihan tembak mendadak, ini di luar jadwal latihan biasanya dia berlatih hanya saat hari libur kecuali untuk bela diri yang lain dia bisa melakukannya saat senggang. Yura dan Minho memang sudah menjalin hubungan sejak lama, tapi untuk hal ini Yura tidak mau memberitahu Minho bahwa dia juga sama dengan semua kakaknya, yaitu ahli dalam semua bela diri. Bisa di bilang bela diri Yura di atas Minho, maka dari itu dia tidak mau memberitahu Minho. Yura mengendarai mobilnya dengan cepat menuju tempat latihan. Jika dia telat satu menit saja, maka jam latihan menembaknya akan semakin di perketat, itulah konsekuensi yang di berikan oleh ayahnya. Setelah sampai di tempat latihan, Yura buru – buru untuk mengganti pakaiannya dan segera pergi ke ruang tembak, ternyata disana sudah ada Jun dan Seungho yang menunggunya. “Aku tidak telat kan?” tanya Yura pada kedua kakaknya itu. “Tidak, hanya saja waktumu tinggal lima menit lagi. Jika kau dalam lima menit tidak datang tamatlah riwayatmu Yura,” jawab Jun dengan santainya. “Jun oppa, bisakah kau berkata lebih halus sedikit pada adikmu ini. Cukup jawab pertanyaanku dengan ya kau tidak telat atau kau tepat waktu, tidak perlu menakutiku seperti itu,” jawab Yura dengan ketus.  “Hyung, berhentilah menggodanya. Tidak apa – apa Yura, lagi pula Pak Baek sedang pergi sebentar, jadi dia tidak akan tahu kau telat atau tidak,” jawab Seungho. Seungho memang memiliki sifat yang sangat tenang. Dia sangat dingin jika dengan orang lain, tapi dia sangat menyayangi adik – adiknya, atau bisa di bilang kalau Seungho itu tsundere dingin tapi peduli. “Seungho oppa, kau memang yang terbaik. Tidak seperti orang tua di sebelah kananku ini,” “Yura, sekali lagi kau memanggilku orang tua aku tidak akan meminjamkan black card ku padamu,” balas Jun.  “Andwae, arraseo jinjja mianhae Jun oppa,” “Kalian sudah berkumpul ternyata,” suara barito dari arah belakang membuat mereka bertiga melihat ke arahnya. Pak Baek, ahli tembak dalam tim khusus.  “Annyeonghaseyeo,” ucap mereka bertiga pada Pak Baek secara bersamaan. “Nde annyeonghaseyeo. Hari ini kita akan menguji ke akuratan tembakan kalian, aku tahu bahwa ini di luar jadwal latihan kalian, tetapi ayah kalian meminta agar aku melakukan evaluasi terhadap latihan kalian selama ini. Jadi kita akan memulai evaluasinya sekarang, pakai perlengkapan kalian dan dimulai dari Yoonjun masuk ke ruangan terlebih dahulu kita lihat bagaimana perkembanganmu,” jelas Pak Baek. Jun memasuki ruang tembak. Dia menembakkan semua isi pelurunya tepat di tengah sasaran. “Bagus sekali Yoonjun, seperti biasa keahlianmu dalam hal menembak tidak berkurang sama sekali, selanjutnya Seungho giliranmu,” Sama seperti Jun, Sengho juga menembakkan semua pelurunya di tengah sasaran. Tentu saja mereka berdua ahli dalam hal ini karena mereka memang sudah berlatih lebih lama dari pada Yura. “Bagus Seungho, seperti Yoonjun kau tidak pernah mengecewakanku. Baiklah, terakhir Yura, fokuskan pikiranmu pada sasaran. Jangan seperti evaluasi bulan lalu, pelurumu banyak yang meleset dari sasaran,” Yura menganggukkan kepalanya dan segera memasuki ruang tembak. Kali ini dia benar – benar berusaha untuk memusatkan pikirannya pada target. “Caa kita lihat bagaimana perkembangan menembak Yura. Cukup bagus Yura, pelurumu banyak yang mengenai angka 8 oh dan ada yang hampir memasuki angka 9. Perkembangan yang bagus Yura, teruslah berlatih di ruangan menembak ini. Aku akan mengantar Yoonjun dan Seungho ke arena tembak di luar, mereka juga harus berlatih menembak jarak jauh. Jika tembakanmu sudah seperti kedua kakakmu maka kau juga akan bisa berlatih di luar,” “Nde, gamsahabnida," Sementara Pak Baek menuju ke arena luar bersama Jun dan Seungho, Yura melanjutkan kembali latihan menembaknya sendirian. Saat sedang fokus berlatih tiba-tiba ada seseorang yang memasuki ruangan dan sedikit mengacaukan fokus Yura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD