BAB 11

1438 Words
Suatu hari di minggu pagi yang cerah, Yura bangun dari tidur lelapnya. Hari ini Yura tidak memiliki jadwal apa pun atau dengan kata lain dia masih belum tahu harus melakukan apa. Dia bangun dari posisi tidurnya sebentar untuk mengambil ponselnya yang terletak di atas meja belajarnya, setelah mengambil ponselnya dia kembali lagi ke kasurnya yang besar dan mengambil posisi tidur lagi. Dia membuka kontak telepon untuk menghubungi siapa pun yang bisa diajaknya untuk menghilangkan kebosanan. Di layar ponselnya tertera nama Nara, dia segera mengirimi Nara pesan untuk menanyakan hal apa yang akan Nara lakukan hari ini. “Nar, hari ini lo mau ngapain?” send. Tidak perlu menunggu waktu lama, Nara langsung  membalas pesan Yura. “Hari ini gue mau nemenin nyokap belanja kebutuhan bulanan habis itu ke rumah nenek gue  di Jeonju,” “Ummm okeh deh,” send.  “Kenapa emang? Tiba – tiba lo nanya gue hari ini mau ngapain,” “Sebenernya gue pengin jalan – jalan, tapi lo udah ada rencana ya udah deh,” send. “Emang lo mau jalan kemana?” “Belum tau si hehe,” send. “Yeee dasar. Tapi hari ini gue sorry banget ya nggak bisa nemenin lo,” “Santai kali, lagian lo juga udah punya rencana kan. Kita bisa jalan lain kali,” send. “Okeh deh, gue off dulu ya. Gue mau siap – siap pergi,” “Okeh, hati – hati,” send. “Okeh,” Yura sedikit kecewa karena Nara sudah memiliki hal yang akan Nara lakukan, sementara dia masih belum tau mau melakukan apa. Yura melempar ponsel ke sebelahnya dan memejamkan matanya. Membalikkan badannya ke arah jendela luar, berbalik lagi menghadap pintu dan begitu seterusnya Yura hanya berputar – putar di kasur saja selama hampir setengah jam. Dia mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi seseorang. “Oppa, apa kau sedang sibuk?” send. Kali ini Yura mengirim pesan pada Minho, ternyata menunggu balasan pesan Minho cukup lama juga. Sehingga Yura memutuskan untuk mencuci muka dan menggosok giginya terlebih dahulu. Setelah selesai melakukan kedua hal tersebut, Yura kembali naik ke kasurnya untuk mengecek ponselnya apakah ada balasan dari Minho atau tidak. Ternyata Minho baru saja membalas pesannya. “Aku sedikit sibuk tokki yaa, wae?” “Ani, hanya saja aku sedikit bosan,” send. “Haruskah aku ke rumahmu?” “Tidak perlu oppa, kau sedang sibuk bukan,” send. “Ya benar, aku harus segera menyelesaikan tugas akhirku agar bisa cepat lulus,” “Kalau begitu semangat uri oppa,” send. “Gomawo tokki yaa, apa kau mau main ke apartku?” “Molla oppa, jika aku masih tidak tahu apa yang harus aku lakukan sepertinya aku akan ke  apartmu,” send. “Aigoo, sepertinya yeoja chingu ku ini benar – benar kebosanan. Apakah aku harus  menunda tugasku untuk bermain denganmu?” “Andwae, kau harus segera menyelesaikan tugasmu oppa. Tidak masalah jika aku merasa bosan, tapi jika tugas akhirmu masih belum selesai itu baru masalah namanya,” send. “Arraseo arraseo, kalau begitu aku harus mengerjakan tugasku dulu. Malam nanti aku akan menghubungimu tokki ya,” “Nde oppa,” send. “Saranghae,” “Nado saranghae,” send. Yura menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia benar – benar tidak tahu harus melakukan apa hari ini, semua tugasnya sudah diselesaikan sebelum deadline maka dari itu dia tidak tahu harus melakukan apa.Yura melihat jam di ponselnya sebentar, ternyata jam sudah menunjukan pukul sebelas siang dan yang dia lakukan sejak pagi hanya lah berguling – guling tidak jelas di kasur. Akhirnya Yura memutuskan untuk mandi dan mendingin kan pikirannya, setelah mandi dan memakai bajunya dia segera turun ke bawah. Hari ini Yura hanya memakai kaos kebesarannya dan celana pendek. Saat menuruni tangga dia melihat  ibunya sedang menonton tv dengan santainya.  “Eomma morning,” sapa Yura pada Sara. Sara yang mendengar suara Yura pun langsung melihat ke arah datangnya Yura dengan senyum di wajahnya. “Morning, kamu sudah bangun nak,” balas Sara sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya mengisyaratkan agar Yura duduk di sebelahnya. Yura yang paham maksudnya langsung berlari dan duduk di sebelahnya sambil memeluk Sara. “Kebiasaan memelukmu membuat eomma bahagia, jangan hilangkan kebiasaan memelukmu ya,” tambah Sara. “Aku hanya suka memeluk eomma, tidak dengan yang lain,” jawab Yura. “Bohong sekali, saat ayahmu di rumah kamu bahkan selalu memeluknya dan kamu seperti melupakan eomma,” “Ani, aku tidak akan mungkin melupakan eomma,” jawab Yura sambil memanyunkan bibirnya. “Hahaha arraseo, eomma tahu kamu tidak akan melupakan eomma. Tapi kenapa hari ini kamu bangun siang sekali?” “Sebenarnya aku sudah bangun sejak jam enam pagi, tapi aku terlalu malas untuk bangun eomma,” “Karena sifat malasmu itu kamu bahkan melewatkan sarapan bersama eomma dan appa,” “Mianhae eomma,” “Gwaenchana, lebih baik sekarang makan sarapanmu. Di atas meja makan ada sereal dan susunya ada di kulkas, eomma juga sudah mengupaskan apel untukmu,” jelas Sara.  “Gomawo eomma,” ucao Yura sambil mengecup pipi Sara kemudian dia bergegas menuju meja makan untuk membuat sereal sebagai makanan sarapannya. Setelah selesai membuat serealnya, dia membawa serealnya menuju depan tv tidak lupa Yura juga membawa apel yang sudah di kupas oleh Sara. Yura meletakkan apel di meja dan menjatuhkan pantatnya di sebelah Sara, setelah itu dia memakan serealnya dengan tenang.  "Eomma, sore nanti bolehkah aku pergi ke cafe di depan sana?” “Untuk apa?” tanya Sara yang masih fokus dengan tontonannya.  “Geunyang, aku hanya ingin berjalan – jalan sore dan meminum kopi dari cafe itu,” jelas Yura. “Dengan siapa kamu pergi nak?” “Sendiri eomma,” “Apa kamu berani?” tanya Sara yang langsung menghadap Yura saat Yura mengatakan bahwa dia akan pergi sendiri. “Tentu saja aku berani eomma,” “Baik, pergilah. Tapi kamu harus pulang sebelum makan malam, mengerti?” “Arraseo,” “Berhati – hatilah saat berjalan sendiri,” “Arraseo eomma, aku bukan anak kecil lagi. Lagi pula aku juga bisa melindungi diriku, jangan khawatir eomma,” jelas Yura agar Sara tidak merasa khawatir. “Walaupun begitu tetap saja eomma khawatir karena kamu adalah satu – satunya anal perempuan eomma,”  “Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku eomma,” Setelah meyakinkan Sara sekali lagi, akhirnya mereka berdua kembali fokus menonton acara reality show yang cukup populer. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua sore, Yura segera menuju kamarnya untuk berganti baju dan bersiap – siap untuk pergi. Kali ini  Yura memakai hoodie hitam yang cukup besar di badannya dan celana jeans hitam, tidak lupa dia juga memakai topi bucket hitam dan masker hitam. Terlalu rapat untuk pergi ke sebuah cafe bukan? Tapi mau bagaimana lagi, semua yang dia pakai saat ini adalah syarat dari Sara agar Yura boleh pergi sendirian. Tidak lupa dia membawa buku untuk dibaca saat di cafe nanti, setelah selesai bersiap dia segera turun dan berpamitan pada Sara. Beruntunglah jarak antara rumah dan cafe tidaklah jauh sehingga Yura bisa berjalan kaki, karena dia terlalu malas membawa mobil, saat membawa mobil dia harus memanaskan mesin mobil terlebih dahulu, mengeluarkannya dari garasi, setelah itu dia baru bisa pergi, belum lagi saat sampai di tempat yang dia tuju dia harus memarkir mobilnya dengan benar. Sesampainya Yura di cafe dia memesan satu ice americano, satu potong red velvet, dan satu potong tiramisu yang kemudian dia bawa menuju meja paling pojok dekat tembok dan dengan kaca yang langsung menghadap keluar. Dia segera mengeluarkan buku yang dia bawa dan membacanya. Saat sedang fokus membaca tiba – tiba saja kursi di depannya di tarik oleh seseorang, Yura yang sedikit terkejut hanya melirikkan matanya ke depan sebentar dan sekejap kemudian dia fokus kembali pada bacaannya tanpa mengetahui siapa yang duduk di depannya itu. “Maaf nona cantik, bolehkah aku duduk disini?” ternyata dia seorang laki – laki. “Bukankah anda sudah duduk. Lagi pula ini tempat umum, semua orang boleh duduk disini,”  jawab Yura sambil membalikkan halaman yang dia baca. “Terima kasih nona, kalau boleh tahu apa yang sedang anda baca?” tanya laki – laki itu. “Hanya sebuah buku yang harus saya pelajari,” “Apa itu?” tanya laki – laki itu. “Hanya buku yang wajib dimiliki oleh mahasiswa kedokteran,” jawab Yura. “Jadi anda adalah mahasiswa kedokteran, bagaimana rasanya kuliah di jurusan kedokteran?” tanya laki – laki itu lagi. Yura yang merasa kegiatan membacanya terganggu memutuskan untuk melihat siapakah laki – laki yang duduk di depannya dan mengganggu kegiatan membacanya. Betapa terkejutnya Yura begitu mengetahui siapa laki – laki itu. “K-kau? Ternyata kau, sedang apa kau disini?” tanya Yura. “Seperti yang kamu lihat nona, aku sedang duduk,” jelas Jungwoon. Ya laki – laki itu adalah Yang Jungwoon, laki – laki yang Yura temui di tempat latihan menembak. “Sedang apa kau di sini?” tanya Yura sekali lagi. “Kebetulan saja tadi aku sedang berjalan – jalan sendiri, lalu aku melihatmu jadi aku memutuskan untuk kesini,” jelas Jungwoon sambil memamerkan lesung pipinya. “Apa? Kau tidak menguntitku kan?” tanya Yura dengan nada bicara yang penuh curiga. “Tentu saja tidak nona cantik, aku hanya ingin duduk di sini saja karena melihatmu barusan,” jawab Jungwoon. “Kalau begitu jawabanmu, kumohon jangan ganggu aku. Aku hanya ingin membaca dengan tenang,” pinta Yura. “Tentu saja nona, aku hanya akan duduk di sini tanpa mengganggumu,” jawab Jungwoon.Setelah mendengar jawaban Jungwoon, Yura kembali mencoba untuk fokus lagi dan membaca bukunya. Ya, memang benar Jungwoon kali ini hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun, tapi kali ini tatapannya lah yang mengganggu Yura. “Bisakah kau berhenti menatapku tuan?” tanya Yura dengan nada bicara yang penuh dengan penekanan. “Aku hanya ingin memandangi wajah cantikmu nona,” jawab Jungwoon yang lagi – lagi mengeluarkan senyum dan lesung pipinya. “Tolong hentikan, aku sangat tidak suka jika ada orang asing yang melihatku secara intens,” jelas Yura. Saat sedang berdebat dengan Jungwoon tiba – tiba saha ada seorang laki – laki lagi yang memanggil Yura. “Yura,”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD