Chapter 42

1515 Words
Naufal mengangguk setuju dengan ucapan dari Gaishan. "Om tidak tahu jika hari ini kamu tidak sedang berada bersama dengan Ariel, mungkin sesuatu hal buruk akan terjadi," ujar Gaishan agak sedih kemudian Gaishan berkata lagi, "jika terjadi kecelakaan apa yang harus Om lakukan? apa yang harus kamu katakan pada adik Om?" "Meskipun Ariel bukan anak kandung dari Om, tapi di sepanjang hidup Om dan istri Om, kami telah menganggap Ariel adalah sebagai anak perempuan kami. Dan lagi istri Om sangat menginginkan anak perempuan, namun di usia seperti sekarang, mustahil untuk melahirkan lagi," ujar Gaishan. Wajah Nibras terlihat tak lebih baik daripada wajah Gaishan, mereka juga menginginkan seorang anak perempuan, namun sayangnya, Tuhan hanya menitipkan satu anak laki-laki untuknya dan istri. Ariella adalah penawar yang membuat dia dan istri bahagia ketika mereka tak lagi punya anak perempuan, meskipun Ariella mengalami gangguan kepribadian ganda, namun mereka tetap menyayangi Ariella. Gaishan mendekat ke arah Naufal, dia menyentuh bahu kanan Naufal. Gaishan berkata lagi. "Om ingin agar kamu selalu berada di dekat Ariel, kedepannya jika Aril ingin pergi untuk melatih para Junior menembak, Om ingin kamu menjemput dia." Naufal mengangguk. "Opal nggak keberatan, Opal malah setuju Om jika itu mau Om dan keluarga, dari awal setelah Tante Mentari mengatakan bahwa Aril membutuhkan suatu perawatan agar dia bisa sembuh, Opal sudah berjanji akan membantu penyembuhan Aril, tapi masalahnya jika pada saat tubuh Aril dikuasai oleh Lia kecil, dia agak susah untuk menerima Opal Om, apalagi menerima orang lain takutnya dia tidak mau dijemput atau berdekatan dengan Opal." Gaishan melirik ke arah Nibras. "Untuk bisa tetap bersama-sama dengan Lia kecil, mari kita diskusikan ini bersama dengan Mentari," ujar Gaishan. Nibras mengangguk membenarkan. "Baik, hal ini memang harus didiskusikan dengan Mentari," balas Nibras. Naufal melirik ke dalam ruang UGD tepatnya ke arah di mana Ariella sedang duduk meringkuk, pada saat itu sang Ibu mendekat ke arah Ariella lalu mengusap punggung Ariella. Kemudian sang Ibu menghapus air mata yang turun membasahi dua pipi dari Ariel. "Om, Opal masuk ke dalam dulu," ujar Naufal. Gaishan dan Nibras mengangguk mengerti. Setelah berkata bahwa dia ingin masuk ke dalam UGD, Naufal melangkah mendekat ke arah Ariella. Kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Ariella. "Adik Aril, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Naufal. Mendengar suara laki-laki yang disukai olehnya, Ariella mendongak menatap Naufal, namun saat melihat bahwa kening Naufal diperban dan ada beberapa jejak luka gores ringan, Ariella terlihat ingin menangis. "Kakak Opal … maaf," ujar Ariella pelan. Nada suaranya terdengar penuh ketakutan bercampur rasa bersalah. Tubuhnya masih bergetar, Naufal melihat betapa traumanya Ariella. Popi tak tega hati melihat wajah Ariella yang pucat, wajahnya berubah menjadi rasa sayang dan mengusap sayang punggung Ariella. Saat itu Fathiya mengembuskan napas agak kasar dan dia juga merasa sayang pada Ariella. "Apakah adik Aril baik-baik saja? jika ada yang terluka, katakan pada Kakak Opal." Naufal bertanya dengan nada lembut. Sekarang Naufal belajar untuk harus cepat menguasai situasi di setiap kepribadian dari adik sepupunya muncul. "Kakak Opal … luka … maaf …," ujar Ariella. Setelah berkata demikian, Ariella menunduk ketakutan dia tidak berani mendongak dan menatap mata Naufal, sebab dia benar-benar takut dan tidak enak hati dengan Naufal. Dia juga tidak tahu entah mengapa dia tiba-tiba mengendarai mobil itu. Sebuah usapan lembut berada di kepala Ariella, tangan yang mengusap kepalanya ini terasa lebar dan besar berbeda dengan tangan yang mengusap punggungnya, kemudian suara Naufal terdengar. "Kakak Opal tidak apa-apa. Kakak Opal adalah orang yang kuat, lihat ini! tidak ada luka yang serius hehehe!" Naufal tak ingin membuat Ariella khawatir atau ketakutan lagi, dia menenangkan Ariella agar tidak lagi menangis. Setelah mengusap sayang kepala adik sepupunya, Naufal berkata lagi. "Kamu tenang saja selama ada kakak Opal di sisimu semua akan baik-baik saja, Kakak Opal akan melindungi kamu, Kakak Opal adalah orang yang kuat." Setelah mendengar kalimat yang yang dilontarkan oleh Naufal, Ariella mendongak perlahan menatap mata Naufal, dia melihat bahwa tidak ada rasa marah atau kesal terhadap dirinya di mata Naufal, ini seperti pandangan mata yang dulu pernah dikatakan oleh Naufal pertama kali padanya ketika mereka terjebak dalam baku tembak di sebuah mal, sudah 18 tahun berlalu namun Ariella masih mengingat kata-kata dan tatapan Naufal yang akan melindunginya. Ariella berkata, "Tidak ada orang jahat lagi, ada Kakak Opal yang melindungi Ariel." Naufal mengangguk membenarkan. "Ya, ada Kakak Opal di sini yang akan selalu melindungi kamu, tidak perlu kamu takut adik Ariel. Adik Aril akan selalu aman." "Um, Aril tidak takut," ujar Ariella sambil mengangguk patuh, kemudian dia berkata lagi, "ada Kakak Opal di sini." Melihat bagaimana menurutnya Ariella pada Naufal, membuat Popi bertambah sayang pada keponakan yang ini, jelas saja Mentari meminta Naufal untuk ikut dalam penyembuhan Ariella, sebab dia melihat sendiri bagaimana Ariella sangat penuh kekaguman dan menurut terhadap anak laki-lakinya. Popi melirik ke arah sang anak. "Opal, jangan jauh-jauh dari Ariel, Nak." Naufal mengangguk. "Tentu saja Opal tidak akan berjauhan dengan Ariel, Ma." Popi mengangguk lega, dia ke arah Ariellal. "Apakah Ariel lapar?" tanya Popi. Ariella terlihat gugup untuk menjawab pertanyaan dari ibu Naufal, sebab pertama dia telah membuat Naufal kecelakaan, kedua dia tidak berani mengatakan bahwa dia benar-benar lapar setelah latihan menembak yang dilakukan oleh kepribadiannya yang lain, dia membutuhkan tenaga dan harus mengisi ulang sumber tenaganya, namun Ariella tidak berani mengangguk, jadi dia hanya menunduk. Kryuuk kryuukk! Terdengar bunyi yang berasal dari perut Ariella, ternyata perutnya sendiri yang menjawab pertanyaan dari Popi. "Ayo makan bersama Kakak Opal!" ujar Naufal. Ariella menatap mata Naufal. Lagi dan lagi, Naufal benar-benar pahlawan ketika dia dalam bahaya. Naufal selalu melindunginya dan ketika dalam keadaan lapar Naufal akan mencari makan untuknya. Tatapan mata Ariella terlihat sangat kagum dan takjub melihat ke arah Naufal. Popi melirik Ben. Er …. Apa yang dikatakan oleh Mentari adalah fakta. Ariella benar-benar memuja anak mereka. Mulai sekarang Popi akan percaya apa yang dikatakan oleh Mentari nanti. "Papa akan memesan makanan kalian," ujar Ben. Ariella terlihat agak ragu-ragu ketika melirik ke arah Ben. "Adik Aril ingin makan apa? ayo makan bersama Kakak Opal," ujar Naufal. Dia tidak lupa menanyakan makanan apa yang ingin dimakan oleh adik sepupunya. "Kakak Opal … bolehkah Aril makan soupe a'loignon?" tanya Ariella. Naufal tersenyum lembut. "Tentu saja boleh, kenapa tidak boleh?" Mendengar jawaban dari Naufal malah membuat Ariella benar-benar menatap Naufal dengan tatapan penuh pemujaan. Ben, Popi, Atika, Nibras, Fathiyah dan Gaishan, "...." mereka tidak dapat berkata apa-apa setelah melihat tatapan Ariella pada Naufal. Keenam orang itu saling melirik. Tidak ada salahnya kan ada sebuah ikatan pernikahan lagi antara dua keluarga? Suara Naufal terdengar. "Apakah ada yang sakit? jika ada yang sakit, katakan pada Kakak Opal. Kakak Opal akan obati." Ariella dengan gerakan pelan menyentuh bahu kanannya. "Apakah itu sangat sakit? ada cedera? apakah dislokasi?" tanya Naufal. Sungguh perhatian sekali. Hal ini membuat wajah Ariella agak memerah, dia menggelengkan kepalanya pelan lalu menjawab, "Tidak cedera … um … hanya sedikit nyeri." "Kakak Opal akan tiup!" kalimat ini adalah kalimat spontan yang diucapkan oleh Naufal. Lalu setengah detik kemudian Naufal agak menunduk dan meniup bahu kanan Ariella. Blush! Wajah Ariella benar-benar memerah tersipu. Ini adalah pengobatan paling mujarab dari Naufal untuk Ariella. "Um … Kakak Opal tiup … tidak sakit lagi," ujar Ariella. Popi benar-benar merasa bahwa satu-satunya orang yang dapat membuat kepribadian asli dari keponakannya itu tetap muncul adalah anak laki-lakinya. Ben menyadari bahwa sang istri terlihat agak emosional. Dia mendekat ke arah sang istri dan berbisik di dekat telinga kanan istrinya. "Ada apa? kenapa wajahmu seperti itu?" Popi menjawab pelan bisikan sang suami. "Aku ingin agar Aril tetap terjaga lama, dia … dia mungkin bisa sembuh jika Opal terus berada di sampingnya." Ben mengangguk membenarkan. Dia tidak keberatan. Setelah Naufal 'mengobati' rasa sakit dari Ariella, dia menatap Ariella dan bertanya, "Apakah masih sakit lagi? jika masih sakit lagi Kakak Opal akan obati." Ariella menunjuk pelan ke arah pinggul bagian belakang. Naufal sadar bahwa pinggul belakang Ariella sakit pasti karena terjadi hantaman pada saat pipi kanan mobil menghantam pembatas jalan tol. Apalagi saat itu posisi Ariella meringkuk ketakutan seperti bola. Naufal menunduk dan meniup pinggul belakang Ariella. Ben dan yang lainnya tidak berkata apapun, mereka terlihat agak canggung saat melihat Naufal sedang 'mengobati' Ariella. Popi menarik sang suami agar keluar dari ruang UGD, sementara itu Fathiyah juga tak membiarkan dia dan suaminya berlama-lama di dekat Ariella dan Naufal. Pasangan suami istri itu keluar dari ruang UDG. Sementara itu, Nibras yang merasa bahwa dia dan istri yang tersisa, dia berinisiatif untuk menarik pelan sang istri keluar dari ruangan itu. Sesampainya di luar UDG, Gaishan berkata, "Ehm! aku setuju jika ada ikatan pernikahan lagi antara Basri dan Nabhan." Ben dan yang lainnya melirik ke arah Gaishan. Gaishan mengedikan bahunya dan berkata, "Lebih banyak ikatan pernikahan antar dua keluarga malah lebih baik, dua keluarga akan semakin erat." "Ehm!" Popi berdehem. "Aku sih nggak keberatan, pasalnya saat pernikahan antar Nabhan dan Basri, putri kami dibawa ke rumah Nabhan." Popi melirik ke arah Naufal yang kini sedang meniup punggung Ariella. Dia tersenyum lalu melanjutkan kata-katanya. "Mungkin pernikahan kedua antar Basri dan Nabhan kali ini, kami dapat membawa masuk satu anak cucu dari Nabhan ke rumah Basri, hitung-hitung biar impas." "Hahahaha!" Gaishan dan yang lainnya tertawa geli setelah mendengar ucapan Popi. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD