Chapter 41

1643 Words
Setelah latihan menembak, Lia Kecil berjalan ke arah tempat parkir. Setelah menjadi seorang prajurit, Lia kecil tidak lagi disupiri oleh bodyguard Nabhan melainkan dia sendiri yang menyetir ke manapun dia pergi. Sebab, Lia kecil sekarang tidak lagi butuh perlindungan dari siapapun, dia sekarang bisa menjaga dirinya sendiri, di manapun dia berada, gadis ini tidak terlihat takut sama sekali. Saat hendak memasuki mobil di bagian jok kemudi, suara seorang pria terdengar. "Adik Lia!" ini adalah panggilan dari Naufal pada Lia kecil. Lia kecil menghentikan sementara aktivitasnya, dia melirik sekilas ke arah suara yang memanggilnya. Melihat bahwa orang yang dipanggil olehnya berhenti, Naufal bergegas mendekat ke arah Lia kecil. "Bolehkah Kakak Opal menumpang di mobilmu untuk ke depan markas saja? kamu tahu bahwa kendaraan lain tidak boleh masuk ke sini selain militer," ujar Naufal. Tatapan mata Lia kecil tetap terlihat datar seakan dia tidak ingin menanggapi ucapan Naufal, namun suara Naufal terdengar lagi. "Kakak Opal ke sini karena bertemu dengan Om Irwan, jadi bisa diizinkan masuk," ujar Naufal. Tanpa ekspresi Lia kecil berkata, "Masuk." Setelah mengizinkan Naufal menumpang di dalam mobilnya, Lia kecil melanjutkan duduk di jok kemudi dan menutup pintu mobil, namun dia agak sedikit terkaget saat melihat Naufal telah berada di dalam jok penumpang depan. Hanya sedikit kaget, dan Lia kecil dengan cepat mengembalikan ekspresinya ke keadaan semula yaitu datar. Tidak diragukan lagi bagaimana caranya Naufal hingga dengan tiba-tiba telah mendahului Lia kecil masuk ke dalam mobil, pria ini dari dulunya dilatih dengan pelatih yang profesional gerakan dia cepat dan gesit hingga Naufal dengan cepat bisa lebih dulu masuk ke dalam mobil daripada Lia kecil. Naufal memasang sabuk pengaman, dia melirik ke arah Lia kecil yang juga sedang memasang sabuk pengaman, saat Lia kecil mengendarai mobilnya keluar dari markas TNI, wajahnya tetap terlihat datar dia hanya melihat ke depan yaitu jalan raya tanpa niat untuk menyapa atau pun berbicara basa-basi dengan Naufal. Sungguh bukan tipe dari seorang Lia kecil yang tegas dan dingin untuk akrab dengan orang lain. "Adik Lia, apakah besok kau akan melatih menembak lagi?" tanya Naufal. Lia kecil menjawab, "Ya." Jawabannya sangat singkat. Naufal mengangguk mengerti. Memang pada dasarnya Naufal yang tidak bisa diam, juga di dalam keluarga dia terkenal dengan nama sebutan yaitu tukang ngadu dan seorang laki-laki cerewet, dia tidak ingin suasana di dalam mobil terasa hening. "Berapa hari jadwal untuk melatih para junior?" tanya Naufal. "Setiap hari," jawab Lia kecil. Mata Naufal agak terbelalak. "Setiap hari?! lalu kapan hari libur?" tanya Naufal. Lia kecil menjawab, "Tidak ada libur." Naufal sama sekali tidak percaya dengan jawaban Lia kecil, dia menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya dia bertanya lagi. "Apakah militer tidak ada hari libur? setahuku ada, Askan sepupu kita juga ikut militer angkatan laut, dia juga ada hari libur dan juga aku rasa bahwa aku ini meskipun bukanlah orang militer aku bisa mengetahui beberapa hal-hal yang umum dalam militer, militer juga ada hari libur, kan?" "Ya," jawab Lia kecil. Naufal berpikir mungkin jawaban 'ya' ini akan ada ekornya yaitu mungkin ada sedikit saja penjelasan dari Lia kecil, namun nyatanya pikir Naufal salah, Lia kecil tidak lagi melanjutkan kata-katanya. Naufal benar-benar menelan susah air ludahnya, dia harus benar-benar berhadapan dengan orang yang sangat irit bicara. Dalam hati dia berkata, "Lia kecil ini dia memang benar-benar sangat dingin dengan orang, pantas saja seluruh keluarga Nabhan ingin dia cepat-cepat tidur untuk selamanya dan tidak ingin dia mengambil alih tubuh adik Ariel." Naufal melirik pelan ke arah Lia kecil. "Jika ada hari libur, lalu mengapa Adik Lia tidak ada hari libur dalam jadwal menembak Adik Lia?" tanya Naufal, dia berhati-hati untuk bertanya hal ini kepada Lia kecil, sebab Lia kecil ini tidak mudah diajak bergaul apalagi akrab, mungkin tebakan Naufal, Lia kecil ini mungkin tidak pernah ada sahabat sejatinya di sekolah kecuali Gendhis sepupu mereka. "Tidak ingin berlibur," jawab Lia kecil singkat. Naufal hanya bisa terlihat cengo ke arah Lia kecil, orang lain berbondong-bondong untuk menginginkan hari libur sedangkan sepupunya ini sama sekali bertentangan dengan pemikiran lazim dari orang-orang. "Adik Lia, Kakak Opal bukan ingin mengatur kamu tetapi hanya ingin mengatakan padamu bahwa ingat tubuhmu itu juga butuh istirahat, janganlah terlalu keras bekerja sebab tubuh seseorang itu pasti ada batasannya. Sekuat apapun tubuh mereka, pasti akan ada batasan. Batu saja bisa bolong dengan hanya tetesan-tetesan dari air yang menetes di permukaan batu itu, apalagi tubuh manusia yang ada daging dan tulangnya yang mudah remuk," ujar Naufal. Entah mengapa perkataan Naufal ini seperti ada makna bijak dalam perkataannya. Mari kita bertepuk tangan karena pemikiran Naufal yang sangat bijak kali ini ketika dia berhadapan dengan Lia kecil. Setelah mendengar ucapan Naufal, Lia kecil terdiam sesaat, ucapan Naufal terngiang dalam kepalanya. Jika dia terlalu lelah maka tubuhnya akan sakit, jika tubuhnya sakit maka dia akan terlihat lemah, Jika dia lemah maka dia akan beristirahat dan tidur. Jika dia tertidur maka sulit untuk bangun lagi, sebab pasti ada kepribadian lain yang akan bangun menguasai tubuhnya. Di dalam pemikiran Lia kecil, dia tidak ingin kepribadian lain terbangun, namun ternyata tatapan Lia kecil terlihat lain. Dia terlihat sangat berbeda dengan tatapan dingin yang berangsur-angsur terlihat melunak, kelopak matanya agak terturun dan pandangan matanya seperti pandangan orang yang lelah. Pada saat itu Naufal merasa bahwa ada yang tidak beres, dia melihat laju mobil ini tidak stabil, mobil yang dia tumpangi agak oleng atau mungkin itu hanya perasaannya saja batin Naufal. Namun, beberapa detik kemudian dia terkaget saat melihat tatapan kebingungan dari orang yang sedang menyetir mobil yang ditumpangi olehnya. Tatapan mata Naufal terbelalak ketika Lia kecil ah atau tepatnya adalah Ariella melirik bingung dan ketakutan ke arah jalan raya. Tangan Ariella secara spontan melepas setir dan kakinya terlihat gemetaran, seketika Naufal tersadar ini bukanlah Lia kecil yang menyetir melainkan ini adalah kepribadian asli yang penakut, pemalu dan penurut. Seluruh tubuh Ariella gemetaran setengah mati, dia benar-benar takut. Naufal tersadar bahwa sang adik yang telah mengambil kembali kesadaran tubuhnya ini sama sekali tidak bisa menyetir. "Sialan!" umpat Naufal. Naufal bergerak cepat mengambil alih setir mobil, pada saat itu Lia kecil menatap ke arah Naufal, bibir Lia kecil berkata, "Kakak Opal …." Matanya merah dan ada genangan air mata yang akan segera menetas. "Kakak Opal …," cicit Ariella ketakutan. Tiba-tiba kecepatan mobil bertambah, rupanya kaki Ariella menginjak gas. "Kakak Opal …." Panggil Ariella, nada suaranya benar-benar ketakutan. Ariella langsung menangis, dia meringkuk dalam jok kemudi. Naufal panik, namun dia berusaha untuk menguasai rasa panik itu dan cepat-cepat mengambil alih kemudi. Naufal berkata kepada Lia kecil. "Duduk menyamping! Kakak Opal akan mengambil ahli mobil!" Lia kecil gemetaran lalu dia menangis ketakutan sambil menekuk badannya hingga seperti bola yang tertekuk. Mobil hampir saja menabrak mobil lain, dengan gerakan cepat Naufal membanting setir ke arah kanan. Braakk! "Aakhh!" Suara Naufal terdengar. Tabrakan terjadi. * Popi dan Ben buru-buru keluar dari mobil mereka dan berlari memasuki rumah sakit, pada saat yang bersamaan Atika dan Nibras juga tiba di rumah sakit tujuan. Mereka tidak ada kesempatan atau tidak ada waktu untuk saling menyapa sebab baru saja terjadi kecelakaan yang menimpa anak dan keponakan mereka. Tujuan mereka yaitu masuk ke ruang UGD di mana ketika mereka masuk ke ruangan itu, mereka melihat kening Naufal telah diberi perban. "Opal!" Panggil Popi panik. Ben berjalan menyusul istrinya yang sedang memeluk sang anak. "Bagaimana ini bisa terjadi? bagaimana kamu bisa sampai kecelakaan? bagaimana sampai tabrakan terjadi? apa yang terjadi?! katakan pada Mama! apa yang terjadi?!" Popi benar-benar panik dan khawatir hingga dia hampir saja menangis histeris. Meskipun Naufal terluka namun itu tidak serius, terlihat sangat santai dan berkata kepada sang ibu. "Terjadi sesuatu pada saat Lia masih menguasai tubuh adik Ariel, tiba-tiba dalam perjalanan mobil yang disetir oleh adik Lia oleng, ternyata pada saat di tengah perjalanan memasuki jalan tol tiba-tiba kepribadian asli muncul," bisik Naufal pelan ke arah ibunya. Namun bisikan Naufal ini dapat didengar oleh Atika dan Nibras yang sedang memeluk Ariella. Brankar rumah sakit yang diduduki oleh Naufal berdekatan dengan tempat Lia kecil yang kini sedang duduk meringkuk, Lia kecil terlihat sangat takut. Naufal melirik ke arah Lia kecil yang matanya membengkak setelah Lia Kecil menangis. Naufal berkata kepada Nibras. "Ariel nggak bisa menyetir mobil, Om." Dengan perlahan Nibras mengangguk, dia melirik ke arah Naufal. "Ikut Om keluar." Naufal mengangguk, dia berjalan mengikuti Nibras dan meninggalkan ruangan. Saat berada di samping ruang UDG, Naufal berkata lagi. "Jadi apapun yang dipelajari oleh setiap masing-masing kepribadian dari Ariel mereka tidak saling mengingat, kan?" tanya Naufal. "Ya," jawab Nibras. "Mereka tidak akan saling mengingat kemampuan satu sama lain, sebagai contoh kemampuan Lia kecil dalam menembak, bela diri, menyetir mobil, membawa helikopter atau pembawa pesawat tidak akan diingat oleh kepribadian asli sebab dalam kesadaran memori mereka masing-masing ada pembatas," sambung Nibras. "Jika seperti ini bahaya, Om. Jika membiarkan Ariel bepergian tanpa sopir bagaimana jika hal-hal yang seperti tadi terjadi lagi? kita tidak tahu apa yang akan terjadi di tengah perjalanan mungkin saja maksud Opal Om bukannya Opal meminta-minta kecelakaan atau apapun itu, namun kita meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan. Bagaimana jika pada saat adik Lia sedang berkendara dan kepribadian lain tiba-tiba mengambil alih, hal seperti ini sangat mengerikan. Opal lihat jelas bagaimana Ariel meringkuk ketakutan dan kebingungan, dia juga sangat panik setelah kepribadiannya muncul, dia melepas setir dan kakinya bahkan menginjak gas, beruntung Opal dengan cepat mengambil alih, jika tidak kami telah menabrak mobil lain yang berada di depan mobil, beruntung hanya Opal yang sedikit terluka karena cepat menghindar sebelum mobil menghantam pembatas jalan tol." Naufal menarik dan mengembuskan napas lega. Pada saat itu suara dari Ghaisan terdengar. "Opal." Naufal melirik ke arah Ghaisan. Gaishan mendekat ke arah Naufal. "Terima kasih, Om mengandalkanmu untuk penyembuhan keponakan Om." Wajah Gaishan terlihat penuh dengan kekhawatiran bercampur rasa syukur pada sekarang ini. "Om ingin kamu jangan menjauh dari Aril, bisa, kan?" tanya Gaishan dengan penuh harapan. Naufal melihat wajah sang paman yang terlihat susah, kemudian dia melirik ke dalam UGD, dia dapat melihat di celah kain pembatas bagaimana Lia kecil meringkuk memeluk Fathiyah. Naufal mengangguk. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD