DENGAN bersusah payah, gadis pemilik kuku panjang berwarna hitam itu terlihat merogoh saku sweater dan celananya. Mencoba mencari pundi-pundi uang receh yang ia yakini berada disana. Dahinya mulai berkerut panik karna kedua tangannya nampak tak menemukan selembar atau bahkan sepeser uangpun dimana-mana.
Mulut yang sudah tersumpal dengan ice cream itu nampak tersenyum saat maniknya melirik sang penjaga kasir yang sudah cukup lama ini menunggu uang pemberiannya.
"Saya bawa uang kok, Mba. Sumpah deh." gadis itu berkomentar atas tatapan tak nyaman yang diberikan oleh Mba-Mba sang penjaga kasir di dalam minimarket 24 jam ini.
"Makanya lain kali, periksa dulu uangnya sebelum makan belanjaannya, Mba." respon sang penjaga kasir yang sudah terlihat mulai jengah walau masih setia menunggu pelanggannya untuk membayar ice cream yang sudah hampir habis itu.
Rogohan ganas yang menyebabkan dua kuku palsunya rusak kembali gadis itu lakukan, masih berusaha mencari uang yang ia yakini berada disana. Walau di akhir, cengiran manis kembali gadis itu tampilkan.
"Ini harganya berapa, Mba?" tanya gadis berambut terkepang dua itu dengan jari yang nampak menunjuk ice cream gagang yang saat ini berada di mulutnya.
"Sepuluh ribu." respon sang penjaga kasir singkat, sudah kali ke lima pelanggannya itu menanyakan hal yang sama.
"Oke, gini aja—" gadis itu memutar otaknya, terlihat melepaskan cincin dijari manisnya sebelum meletakkan benda berharga itu di atas meja kasir, "Saya ninggalin ini buat jaminan, abis itu saya balik lagi kesini buat bayar, gimana?"
Dengusan singkat tak mengenakan yang menjadi respon dari penawaran itu, "Mba, ini bukan tempat pegadaian, tapi minimarket."
"Iya, saya tau ini minimarket, tapi gimana? Duit saya ilang."
"Mana saya tau kalo ternyata ini cincin gopean yang Mba dapet dari chiki?"
Gantian pelanggan cantik itu yang mendengus, bahkan gadis itu terlihat mengibaskan rambutnya tak suka, menatap horror ke arah sang penjaga kasir, "Mba, saya dapet cincin ini di hari ulang tahun saya. Dan Mba tau berapa harganya? Dua puluh juta!"
"Nah, yaudah, kan? Mba kaya, punya cincin seharga dua puluh juta, masa bayar sepuluh ribu aja gak bisa?" ucapan yang membuat pelanggannya itu mati kutu terdengar dengan indahnya masuk ke telinga.
Digeretakkan gigi itu kuat-kuat ketika mendengar jawaban tak disangka dari sang penjaga kasir, "Bukan gak bisa, tapi duit saya ilang."
"Alesan, bilang aja emang gak punya duit."
"APA!?"
Perdebatan itu berakhir saat seseorang tiba-tiba saja meletakkan selembar uang kertas bernilai seratus ribu disamping cincin gadis itu. Membuat perhatian keduanya beralih, menatap cowok bertatto itu kaget.
"Saya bayarin dia," ucapnya pada sang penjaga kasir, "Sisanya ambil aja, saya cuman beli minum."
Tak banyak bersuara, langkah pasti sudah di ambil oleh cowok tampan itu. Meninggalkan kedua orang itu dengan tatapan lurus kepadanya yang saat ini sudah berjalan keluar minimarket.
"Pacar Mba, ya?" lamunan gadis itu buyar saat sang penjaga kasir bertanya padanya.
Pertanyaan yang segera mendapatkan lirikan tajam darinya, "Calon."
Setelahnya, ia terlihat ikut melangkah pergi. Menyusul cowok asing yang baru pertama kali ia jumpai ini. Cowok asing yang seberani itu ikut membantunya. Menjadi ksatria hitam kalau kata orang-orang.
Berjalan mendekati sosok tampan berjaket kulit yang saat ini tengah meminum minumannya di atas motor ninja berwarna putih miliknya. Sempat memperhatikannya sesaat sebelum langkah pelan dirinya ambil. Berjalan mendekatkan dirinya dan berakhir menepuk punggung kekar itu sebanyak dua kali.
Dan ketika wajah tampan itu menoleh kepadanya, waktu terasa berhenti begitu saja, bunga-bunga bermekaran dimana-mana, petasan tahun baru bahkan berkumandang di otaknya. Dadanya juga terasa sesak, rasanya, paru-parunya tak dapat bekerja dengan normal. Wajah kakunya nampak menatap lurus ke arah cowok tampan dengan rahang kokoh itu.
Ekspresi aneh yang ditampilkan membuat si tampan mengerutkan keningnya, "Iya?"
Gadis itu menutup mulutnya saat tersadar, bahkan tersenyum seperti orang bodoh, "Gue yang tadi lo bayarin."
Cowok itu mengangguk singkat, "Iya, inget."
"Ehm, mau bilang makasih karna udah bantuin—"
"Iya sama-sama." potong cowok itu cepat sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya, terlihat kembali meminum sodanya sebelum meremas dan melemparkan bekas minumannya ke dalam kotak sampah yang berada tak jauh darinya.
"Tapi gue bakal bayar kok, anggep aja tadi ngutang."
Cowok itu menggeleng, "Gak usah, gue ikhlas."
Gantian gadis itu yang menggeleng tak setuju, "Gue minta nomor lo aja gimana? Biar nanti lo kirimin nomor rekening lo ke gue?"
"Gak perlu, gue ikhlas." jawaban singkat lagi-lagi adalah hal yang gadis itu dengar.
Bahkan saat ini, cowok itu berniat ingin memakai kembali helm full facenya, membuat gadis itu kalang kabut dan berakhir kembali menepuk punggungnya.
"Gue Keyla Keylana, panggil aja Keyla. Nama lo siapa?"
Tak ada respon, hanya lirikan tajam saja yang menyapa uluran tangan gadis bernama Keyla itu. Membuatnya terpaksa harus kembali menarik uluran tangannya, digantikan dengan senyuman manis. Pendapat orang-orang mengenai sosok cowok tampan dan keren nyatanya benar, mereka adalah makhluk yang sulit untuk di dekati. Karna hari ini, omongan itu terjadi kepadanya.
Senyuman manis yang Keyla tunjukan, secepat kilat berubah menjadi kaku saat maniknya nampak melihat dua buah mobil sedan berwarna hitam yang tengah berjalan ke arahnya.
Penglihatan yang membuat Keyla sempat mengumpat pelan sebelum menyembunyikan tubuhnya dibalik cowok tampan itu. Hal yang kembali di respon lawannya dengan kening berkerut.
"Maaf kalo kedengaran gak make sense, tapi boleh gak gue minta tolong sesuatu?" bisikan Keyla terdengar, masih berusaha menyembunyikan dirinya dibalik motor ninja itu.
"Apa?"
Mata Keyla menatap lurus ke arah si tampan, "Tolong bawa gue pergi dari sini."
"Ha?" gumam cowok itu tak mengerti.
"Gue gak mau pergi sama orang-orang itu," tunjuk Keyla menggunakan jarinya, membuat perhatian cowok itu beralih.
Menatap ke arah dua buah mobil sedan yang saat ini sudah berhenti tepat tak jauh darinya, "Mereka siapa?"
"Orang jahat, please bantuin gue?"
Permintaan itu sempat meluluhkan hati si tampan, sebelum otaknya kembali berfikir keras. Membuang jauh-jauh rasa kasihannya, "Sorry, itu bukan urusan gue."
Jawaban yang keluar membuat bibir Keyla maju selangkah, bahkan gadis itu terlihat pasrah saat melihat beberapa lelaki dengan balutan jas hitam nampak turun dari dalam mobil itu dan berjalan ke arahnya. Berjongkok di sebelah motor ninja itu dengan pasrah ketika dua orang menarik pergelangan tangannya secara paksa untuk kemudian membawa Keyla menuju salah satu mobil yang terparkir itu.
Merontah kecil karna iapun menyadari kalau tenaganya tak akan menang melawan dua orang berbadan kekar yang saat ini berada di sisi kanan dan kirinya.
"Sakit, ih!" omelnya kesal pada salah satu lelaki ber-jas saat kulitnya tak sengaja tergores oleh kuku panjang milik lelaki itu.
Hampir saja menjalankan idenya untuk menggigit tangan kokoh yang tengah bersarang di lengannya sebelum hantaman keras nampak menyapa salah satu lelaki berjas yang tadi menyeretnya.
Hantaman yang membuat Keyla berteriak kaget, bahkan menutup kedua matanya ketika orang kedua yang ikut meyeretnya kembali terlempar secara tiba-tiba ke aspal. Dengan panik, kepala Keyla berputar. Sangat terkejud ketika mendapati cowok tampan dengan banyak tatto tadilah yang menghabisi ke enam orang lelaki berjas lainnya.
Si tampan yang saat ini terlihat dengan kalemnya berdiri di antara orang-orang yang sudah terkapar tak berdaya akibat ulahnya.
Mata indahnya sempat beralih pada maniknya, sebelum u*****n kecil nampak cowok itu keluarkan saat menyadari apa yang sudah ia lakukan.
Kembali berjalan santai ke arah motor ninjanya sebelum kembali pula memakai helm full facenya yang sedari tadi ia tenteng sekaligus menjadikannya senjata tambahan. Dan sampai detik ini, yang Keyla lakukan hanya terdiam seperti orang bodoh di samping mobil sedan dengan pintu yang sudah terbuka tanpa tahu harus apa.
Hingga sebuah perintah yang Keyla dengar, mampu membawanya terbang menuju langit ke tujuh.
"Mau ikut apa gue tinggal?"