3| Enmeshed

1761 Words
SUASANA heningnya malam di tambah hembusan angin yang serasa menusuk kulit itu nampak terpecah saat bunyi knalpot dari sebuah motor ninja berwarna putih itu terdengar bising menggelegar. Berhenti di salah satu kompleks perumahan yang nampak sunyi dan gelap, Raynzal memilih meminggirkan motornya tepat dibawah sorot lampu jalan. "Turun." Cowok itu memerintah sesudah melepaskan helm yang sedari tadi bersarang di kepalanya. Perintah yang segera Keyla turuti, gadis itu terlihat melompat turun dari atas motor besar itu sebelum berdiri tepat disamping Raynzal yang masih setia berada di atas motornya. Dalam suasana yang remang-remang, Keyla masih dapat melihat jelas sebuah lebam yang menghiasi wajah tampan itu, sempat berfikir kalau luka itu di dapat dari perkelahiannya tadi. Raynzal terdiam dengan tatapan lurus ke arah jalanan sepi yang berada di hadapannya. Tak lama, cowok itu terlihat mengacak rambutnya frustasi, sempat menyesali keputusannya karna sudah ikut campur dengan urusan orang yang bahkan tak dikenalnya. Ini seperti bukan dirinya sekali. Berkelahi demi membantu orang asing tak pernah terlintas dibenaknya. Melihat kekesalan cowok di hadapannya, Keyla hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat sembari menundukan kepalanya. Tak berani mengeluarkan suaranya sampai sebuah pertanyaan menyapa, "Mereka siapa? Kenapa mau bawa lo?" Dengan takut-takut, Keyla mengangkat kepalanya, menatap manik indah itu lekat, "Orang suruhan bokap gue." "Orang suruhan bokap lo!?" beo Raynzal tak percaya yang segera dijawab Keyla dengan anggukan kepala sebanyak dua kali. Lagi, kembali di acaknya rambut yang padahal sudah berantakan itu, "Lo bilang mereka orang jahat?" "Ya, dimata gue mereka emang orang jahat." "LO TUH—" bentakan itu Raynzal tahan ketika melihat gadis asing disampingnya kembali menunduk, membuat rasa tak tega kembali dirinya rasakan. Memilih menghembuskan napasnya dalam-dalam, mencoba menghilangkan emosinya, "Lo kabur dari rumah?" Keyla menggeleng walau kepala itu masih menunduk, membuat dua kepangannya bergoyang lucu, "Enggak, gue cuman lagi males pulang." Jawaban yang aneh namun masuk akal di telinga Raynzal. Karna dirinyapun juga tengah merasakan hal seperti itu. Malas untuk pulang ke rumahnya sendiri, rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman di dalam hidup. "Kenapa?" entah mengapa, dari segala jenis rasa penasaran yang ada di benaknya, hanya kalimat itu yang ia keluarkan. Pertanyaan yang membuat kepala Keyla kembali terangkat, "Bokap gak pernah bolehin gue keluar, jadi gue ngerasa jenuh harus dirumah terus." "Jadinya lo kabur malem-malem gini?" "Bukan kabur—" ralat Keyla, "Cari udara segar." Raynzal kembali menghembuskan napasnya, walau terdengar lebih kalem dari biasanya. Kembali terdiam di tengah heningnya malam sebelum getaran pada ponselnya terasa. Sempat merogoh saku jaketnya sebelum menempelkan benda pipih bercase hitam itu ke telinga, "Halo?" Keyla terdiam, memilih menatap makhluk ciptaan Tuhan yang saat ini terlihat begitu tampan dimatanya. "Sekarang?" Raynzal kembali bersuara, sebelum lirikan singkat tertuju pada Keyla, "Harus banget sekarang?" "Yaudah, gue kesana." Panggilanpun berakhir, cowok itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya sebelum kembali pada Keyla. "Rumah lo dimana? Biar gue anter balik." Secepat kilat Keyla menggeleng, "Gue gak mau balik sekarang." "Kenapa?" diliriknya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Ini udah jam satu, gila." "Gue takut, bokap pasti marah besar sama gue." "Yaudah sih, gak bakal ditabokin juga. Paling diceramahin doang." respon Raynzal enteng, tak memperdulikan ekspresi Keyla yang saat ini tengah cemberut. "Gue ikut lo aja gimana?" idenya cemerlang dengan ekspresi yang seketika berubah ceria, keceriaan yang Raynzal respon dengan dengusan tak suka. "Gila, ya? Gak mungkin lah!" tolak cowok itu singkat. Dan tolakan itu kembali menghadirkan bibir manyun dari Keyla, "Emang lo mau kemana?" Raynzal sempat berdehem sebelum menjawabnya, "Bukan urusan lo." Lagi-lagi jawaban ketus yang Keyla dengar, memang cowok dihadapannya ini tak ada manis-manisnya sama sekali, untung tampan. "Pilihan lo cuman dua, gue tinggalin disini atau gue anter pulang?" Sontak perhatian Keyla beralih, menatap sekitar dengan takut-takut. Menyadari lingkungan sepi nan sunyi tengah mengelilingi dirinya, dan tadi apa yang dikatakan cowok jahat ini? Meninggalkanya disini? Sebenarnya siapa yang gila? "Kalo orang suruhan bokap gue dateng lagi atau ada psiko atau bahkan hantu gimana?" "Ya gak gimana-gimana." Benar, apa yang Keyla harapkan dari si tampan bertatto ini. Untuk itu, tanpa mau berdebat lagi yang hanya akan berujung pada kekalahan telak dirinya, Keyla memilih beranjak. Tak mungkin menerima tawaran si tampan yang ingin memberinya tumpangan untuk pulang. Ia benar-benar tidak mau untuk kembali ke rumah saat ini. Memutar tubuhnya untuk berniat pergi, entah kemanapun, yang jelas, ia hanya ingin merasakan kebebasan walau hanya untuk sesaat. Namun siapa sangka, langkah Keyla berhenti saat ia merasakan tarikan cukup kuat pada rambut terkepangnya yang membuat tubuh itu kembali berjalan mundur. Dengan tangan yang terlihat mengusap-ngusap pangkal rambut miliknya, kepala Keyla kembali berputar. Menatap si tampan yang menjadi tersangka utama atas kasus kali ini. "Mau kemana?" tanyanya saat manik mereka sudah kembali bertemu. "Pergilah, tadi katanya lo mau ninggalin gue disini." Jawaban ketus yang kembali membuat Raynzal menghela napasnya. Keputusan yang dia ambil malam ini memang sepertinya keputusan yang salah. Cowok itu kembali terdiam, berdebat dengan fikirannya sendiri , tak pernah dirasa serumit ini di dalam mengambil keputusan. "Dua syarat kalo lo mau ikut gue." akhirnya, keputusanpun dirinya ambil, keputusan yang membuat mata Keyla kembali berbinar. "Jangan ngomong sampe kita balik," syarat pertama terdengar, dan respon Keyla adalah anggukan kepala setuju. Sangat setuju malah. "Dan jangan lakuin apapun." "Siap, bos!" •••• Rumah megah yang letaknya sedikit bersembunyi di dalam sebuah gang itu nampak menyapa kedatangan kedua orang yang saat ini baru saja turun dari atas motor. Segera disambut oleh empat orang lelaki bertubuh kekar yang saat ini terlihat sedang berjabat tangan dengan si tampan yang membawanya menuju tempat asing ini. Tanpa bersuara, Keyla hanya diam saat memperhatikan bangunan megah tepat dihadapan matanya. Samar-samar, gadis itu dapat mendengar suara musik yang mengalun dari arah dalam. Di samping kirinya, terdapat beberapa mobil yang sudah terparkir rapih. Sepertinya, pemilik rumah ini sedang mengadakan pesta. Tarikan pada pergelangan tangannya membuat perhatian Keyla beralih. Nampak dengan diam mengikuti Raynzal untuk masuk ke dalam rumah megah itu. Pandangannya segera disambut oleh kondisi yang remang-remang, sangat minim cahaya di ruangan ini. Belum lagi tambahan lampu berwarna-warni yang membuat rumah ini terasa seperti sebuah club. Musik yang mengalun kencang sudah cukup menyempurnakan kondisi lingkungan asing ini. Beberapa meja bundar nampak tersusun ketika Keyla dan Raynzal menginjakkan kakinya di ruang tengah. Tepat disekeliling meja bundar itu, terdapat orang-orang berjas yang tengah duduk disana. Ditemani beberapa wanita dan minuman keras yang sudah tersedia di hadapannya. Walau bibirnya sudah gatal, ingin sekali bertanya mengenai tempat ini, namun sebisa mungkin Keyla tahan mengingat janji yang sudah ia setujui tadi. Sedangkan Raynzal, terlihat mencari tempat duduk di pojok ruangan untuk kemudian meminta Keyla duduk menempatinya, "Duduk disini, jangan kemana-mana." pesan cowok itu yang kembali Keyla setujui. Setelahnya, ia nampak berjalan meninggalkan Keyla. Kepergian yang gadis itu tatap dengan mata elang. Terus memperhatikan punggung Raynzal yang menjauh dan berakhir tepat di kerumunan orang-orang di tengah ruangan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, yang jelas, tawa cowok itu dapat Keyla dengar dari arah tempatnya duduk. Tak lama, cowok itu terlihat menyerahkan sebuah benda yang diambil dari saku jaketnya kepada seorang lelaki berjas merah. Entah apa yang diserahkannya, Keyla hanya melihat senyum cemerlang dari arah arah lelaki itu. "Hay, manis?" Mata elang Keyla pergi saat telinganya mendengar seseorang menyapa, secepat kilat gadis itu mengalihkan pandangannya. Cukup terkejud saat melihat seorang laki-laki dengan setelan jas-lah yang menyapanya barusan. Lelaki cukup umur yang Keyla rasa pantas menjadi Ayahnya itu terlihat menebarkan senyum ke arahnya. Tak lama terlihat duduk diatas kursi kosong yang berada tepat di sampingnya. "Sendirian aja?" suara dari arah Om-om bermata sipit itu kembali terdengar cukup jelas di tengah lautan musik yang mengalun kencang. Malas merespon, gadis itu kembali memusatkan perhatiannya ke arah si tampan yang tadi datang bersamanya, masih terlihat berbincang dengan orang yang sama. "Mau ikut saya? Kita senang-senang bareng?" Mulai merasa risih, lirikan mata tajam menjadi respon dari ajakan menjijikan yang ditawarkan kepadanya barusan. Lirikan yang malah menghadirkan tawa geli dari Om-Om itu. "Manis banget, sih," ucapan menggelikan yang diakhiri dengan colekan pada dagunya kembali menyapa Keyla, "Dikasih makan apa sama orang tuanya?" Perlakuan itu membuat Keyla cukup tercengang, memilih mengatur napasnya sebelum menatap mata lawan bicaranya itu tajam, "Dikasih makan apa?" Om-Om bermata sipit itu mengangguk, "Iya, dikasih makan apa?" Keyla tersenyum, lalu terlihat mendekatkan wajahnya ke arah telinga lawan bicaranya, "Makan orang!" Tepat setelah berbisik, Keyla sempat kembali menjauhkan wajahnya, lalu terlihat memberikan sebuah wink pada Om-Om itu sebelum menginjak kaki dari laki-laki tak punya otak yang baru saja mengajaknya 'bersenang-senang'. Membuat teriakan kencang terdengar dari arah korban Keyla, teriakan yang malah menghadirkan senyum di bibir gadis itu. Tak perduli kala semua mata menatap ke arahnya. Bahkan Raynzal, yang tadi masih sibuk berbincang, nampak dengan panik berlari menghampiri. Segera menjauhkan Keyla dari korbannya dengan cara menarik pergelangan tangan gadis itu. Menariknya untuk kemudian dibawa keluar dari rumah megah namun memiliki isi sampah ini. Berjalan menuju motor miliknya sebelum dilepaskannya cengkraman itu. "Udah gue bilang jangan ngomong dan jangan lakuin apapun!" Raynzal memulai, menatap Keyla dengan tak suka. Keyla sempat mengusap lengannya yang terasa perih sebelum berbalik menatap Raynzal, "Menurut lo gue harus diem aja disaat orang gila itu nyentuh gue dan bahkan ngajak gue buat 'senang-senang'!?" Raynzal mengusap wajahnya kasar, "Itu semua resiko buat lo karna udah maksa untuk ikut gue!" "Ya karna gue gak tau kalo ternyata lo bakal pergi ke tempat aneh kayak gini!" "Biar itu jadi pelajaran buat lo supaya gak ikut campur sama urusan orang!" "Lo duluan yang ikut campur urusan gue! Lupa?" Dahi Raynzal berkerut, "Ha?" "Siapa yang sok-sok bayarin gue terus buat gue jatuh cinta pada pandangan pertama!?" kalimat terakhir yang Keyla katakan membuat kedua orang itu mematung. Raynzal yang tak menyangka dengan kejujuran yang Keyla katakan, dan Keyla yang merasa malu karna sudah seberani itu mengeluarkan isi hatinya. Untuk itu, setelah memukul mulutnya kesal, ia terlihat memutar tubuhnya. Ingin segera menenggelamkan dirinya ke dalam lautan api sekarang juga, berniat melangkahkan kakinya dari sana sebelum hal yang sama kembali terjadi. Dan kali ini, sasaran dari tarikan tangan Raynzal adalah kedua kepangan rambut Keyla. Membuat pemiliknya mundur dengan meringis. Mengusap pangkal rambutnya dengan bibir manyun. Hampir mendatangkan senyum geli di bibir Raynzal walau cowok itu masih sekuat tenaga menahannya. "Gak usah sok tahu jalan, mau nyasar?" Raynzal bertanya, lebih tepatnya mengancam. Tanpa mengatakan apapun, Keyla kembali pada posisi awal. Terlihat menaiki motor milik Raynzal tanpa permisi, sedangkan pemiliknya masih berada di tempatnya, menahan senyum sebisa mungkin. "Ngapain naik motor gue?" "Pulanglah!" "Gak mau pulang sendiri?" Keyla melirik tajam Raynzal, cowok itu masih memasang tampang stay coolnya. Bahkan terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya, menatap Keyla balik yang masih juga memajukan bibirnya. Dan kali ini, fikirannya berubah. Apa, keputusan yang ia ambil untuk menyelamatkan gadis asing ini, tepat?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD