KEYLA merapatkan topi berwarna pinknya ketika gadis itu berhasil kabur dari sekolah melewati pagar kayu yang berada di antara semak belukar. Tersenyum samar sebelum membersihkan sweater pinknya dari dedaunan yang sempat menempel.
Melirik ke arah kiri dan kanannya, kembali menampilkan senyuman saat maniknya tak menemukan siapapun yang melihat aksinya tadi. Segera mengeluarkan ponselnya begitu keadaan sudah dipastikan aman, mencari kontak seseorang dan segera menghubunginya.
Menunggu sambil berjalan, mencari tempat berteduh dan pilihannya jatuh pada kursi kayu yang terletak di bawah pohon rindang.
"Hm?"
Manik Keyla membulat bahagia, "Ijalku!"
"Kenapa?"
"Gue abis cabut dari sekolah, jalan yuk?"
Tut Tut Tut
Terdengar suara telfon yang terputus, menghadirkan ekspresi kesal Keyla dengan tatapan tajam yang memburu ponselnya. Secepat kilat kembali menghubungi nomor yang sama.
"Jal, ayolah. Gue gak tau harus kemana ini." Keyla kembali memohon, mengeluarkan nada manjanya.
"Balik ke sekolah lo."
Tut Tut Tut
Sambungan kembali terputus. Membuat Keyla dengan geram menghentakkan kaki berbalut sepatunya ke tanah.
"Untung ganteng ya, setan!" umpatnya kesal sebelum kembali menghubungi nomor Raynzal.
"Apasih?" suara itu terdengar kesal, namun malah menghadirkan senyum di bibir Keyla.
"Gue bakal pergi ke club pake baju seksi kalo lo gak kesini lima menit lagi!" ancaman tak masuk akal itu Keyla keluarkan, jurus terakhir yang bisa ia fikirkan saat ini.
"Serah lo."
"Bentar--" sebelum kembali dimatikan, Keyla bersuara, namun kali ini dengan nada yang pelan, "Kayaknya gue diikutin deh."
"Sama?"
"Gak tau, ada orang rambutnya putih gitu mantau gue sedari gue duduk disini."
Dari ujung telfon, Keyla dapat mengetahui kalau cowok itu menahan napasnya.
"Lo dimana?" bahkan nada bicara si tampan berubah menjadi serius.
"Di bawah pohon samping sekolah."
Hembusan napas kasar Raynzal keluarkan, "Lo beneran cabut dari sekolah?"
"Iyalah, ngapain gue boong."
"Satu, jangan liatin mata orang itu, dan dua jangan pergi kemanapun."
Dalam hening Keyla tersenyum, tingkah cowok itu memang selalu mengejutkan, "Mau kesini?"
Tak ada tanggapan, hanya sambungan yang kembali terputus saja yang menjadi jawaban atas pertanyaan Keyla. Membuat gadis itu kembali tersenyum girang sebelum memasukan ponselnya ke dalam tas. Menunggu dengan sabar di bawah pohon rindang, sesekali matanya melirik ke arah seseorang yang benar-benar memperhatikannya dari dalam mobil.
Keyla menyadari hal itu, walau tak begitu mempermasalahkannya. Siapa sangka kalau hal itu dapat dijadikan alasan untuk membuat Raynzal datang menghampirinya. Manik Keyla yang tak sengaja kembali pada stalkernya tiba-tiba melebar ketika menyadari cowok berambut putih dengan umur yang sepertinya lebih muda darinya itu nampak turun dari dalam mobil.
Membuat Keyla terkejud, kembali mengalihkan pandangannya. Berpura-pura tak melihat walau sebenarnya ia mengetahui kalau orang asing itu tengah berjalan menghampiri. Semakin dekat dengan orang itu, semakin berdebar jantung Keyla.
Ia memang biasa menjadi pusat perhatian, namun dihampiri oleh orang asing, sepertinya baru kali ini Keyla mengalaminya.
"Hei?"
Napas Keyla tertahan ketika suara asing menyapanya, membuatnya mau tak mau menoleh. Mendapati orang asing tadi tengah berdiri tak jauh darinya.
Memasang ekspresi biasa saja, Keyla mencoba memalingkan wajahnya, "Iya?"
Terlihat cowok itu menggaruk tengkuknya bingung, "Ehm, maaf tiba-tiba ngomong gini, tapi boleh bagi nomornya, gak?"
Alis Keyla menaut, "Nomor? Untuk?"
"Untuk chatting, abis gue perhatiin lo cantik banget." lanjutannya yang membuat gadis itu bingung, antara senang karna dipuji dan takut.
"Gitu, ya? Tapi gimana--" ucap Keyla terputus, membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya.
"Gimana apanya?"
"Sebentar lagi cowok gue dateng, gue takut dia marah." lanjut Keyla yang segera membuat orang asing itu berwajah masam.
Tersenyum kikuk atas jawabannya, "Udah punya pacar, ya?"
Dalam diam Keyla mengangguk samar sebelum perhatiannya beralih pada sebuah mobil sport berwarna merah yang saat ini berhenti tepat di hadapannya.
"Itu cowok gue, maaf ya." tunjuk Keyla menggunakan dagunya.
Tak lama, si tampan yang saat ini tengah mengenakan baju berwarna biru dengan tambahan kacamata hitam itu muncul.
Kedatangan yang segera Keyla sambut dengan antusias. Bahkan gadis itu nampak bangkit dari posisi duduknya sebelum menghampiri cowok itu.
"Ijalku!" Keyla tersenyum lebar, bahkan meraih lengan cowok itu sebelum melilitkan tangannya.
Sedangkan Raynzal nampak tak merespon, tatapannya lurus kepada cowok asing yang baru saja menggoda miliknya.
"Lo siapa?" si tampan bertanya, menghadirkan wajah terkejud campur bahagia dari arah Keyla, menyukai keposesifan Raynzal.
Menatap Raynzal dan cowok asing itu secara beegantian.
"Sorry, cewek lo terlalu cakep, makanya gue kegoda."
Entah apa maksudnya, yang jelas saat ini, Raynzal mengartikan ucapan itu sebagai kalimat merendahkan. Untuk itu, setelah menyingkirkan tangan Keyla, si tampan nampak maju selangkah mendekati lawannya.
"Maksud lo?"
Tawa kecil menjadi respon dari ekspresi dingin Raynzal, "Sorry, boss. Jangan salah paham. Gue gak tau kalo itu cewek udah punya cowok."
Gantian Raynzal yang tertawa, namun bermaksud meremehkan tentu saja, "Jadi kalo dia gak ada cowok, lo mau godain?"
Dari samping pintu mobil, Keyla membulatkan mulutnya. Calonnya itu memang terlalu sempurna untuk dijadikan pacar. Tanpa menunggu respon, Raynzal kembali mendekatkan dirinya, mengikis jarak untuk kemudian membisikkan sesuatu.
"Lain kali, jaga mata lo sebelum gue congkel dari tempatnya."
Ancaman penuh penekanan disetiap kalimat itu dengan tenangnya Raynzal ucapkan. Membuat lawannya itu bisu dengan tubuh mematung. Setelah puas, Raynzal kembali membalikkan badannya. Nampak berjalan ke arah Keyla sebelum membukakan pintu penumpang yang berada tepat di belakang gadis itu.
Kemudian ia nampak berputar, memasuki pintu lainnya sebelum menancap gas.
Kebisuan dan ekspresi dingin yang mampu memunculkan senyum manis Keyla.
Dari jok penumpang, gadis itu dengan serius memandangi Raynzal. Tak mengatakan apapun memang, namun berhasil mengganggu konsentrasi sang pengemudi.
"Kenapa?" tanya cowok itu singkat, sudah salah tingkah karna mendapat tatapan tajam dari Keyla.
"Pacaran, yuk?"
Tak ada respon mengejutkan dari si tampan, hanya tepukan pada dahi Keyla saja yang bisa Raynzal berikan atas ajakan konyol Keyla.
Membuat pemiliknya mengusap ganas dahinya yang terasa perih dengan tatapan tajam pada sang pelaku.
"Iya yaudah, nanti aja pacarannya," Keyla menyerah untuk kali ini, "Tadi dari mana? Kok cepet?"
"Main."
"Dimana?"
"Gak usah pengen tauan."
Bibir gadis itu maju selengkah. Memilih membuka sweater pinknya sebelum melanjutkan pertanyaannya.
"Lo gak pake seragam?" Raynzal sudah lebih dahulu bertanya ketika gadis itu selesai membuka sweaternya, menghadirkan baju berwarna kuning ditubuh mungilnya, belum lagi tambahan celana jeans berlubang yang nyatanya baru Raynzal sadari. Keyla melirik bajunya sebelum kembali mengeluarkan cengirannya, "Enggak, emang udah gak niat sekolah," katanya tenang, "Barusan ganti celana di toilet sekolah."
"Jadi, ide picik ini udah lo buat dari rumah?"
Anggukan cepat Keyla tunjukan, "Kita mau kemana?"
"Mulangin lo."
"Ih! Gak mau! Ngapain gue capek-capek cabut dari sekolah kalo ujungnya lo mulangin gue?" tanyanya dramatis.
"Salah sendiri cabut. Gaya-gayaan gak sekolah."
"Ngaca, bang. Murid mana yang pagi buta gini make baju bebas terus main?"
Raynzal berdehem, memilih tak menjawab debat capres itu. Merasa sudah kalah telak.
"Jalan-jalan, yuk?" ide cemerlang yang sudah Keyla idam-idamkan muncul, "Gue punya tempat favorit, mau gak?"
"Enggak."
Bibir itu kembali maju. Bahkan Keyla terlihat melipat tangannya di depan d**a. Memposisikan duduknya dengan kasar.
Mencari ide baru yang mungkin bisa membuat ajakan itu berhasil.Dengan diam melirik ke arah Raynzal, cowok itu masih fokus dengan jalanan pagi hari yang lumayan ramai.
Pandangannya beralih pada lengan kekar penuh tatto itu, membuat ide cemerlang part dua kembali muncul. Tanpa ampun, Keyla terlihat memeluk lengan Raynzal yang saat ini tengah memegang stir mobil. Menempelkan kepalanya pada bahu cowok itu erat-erat.
Seakan tak ada yang bisa melepaskan pelukannya di dunia ini.
Hal yang Raynzal respon dengan mata membulat, tak percaya atas apa yang gadis itu lakukan padanya. Mencoba menjauhkan tubuhnya walau di ending, kendali Keyla nampak lebih besar dari pada cowok itu yang masih harus berkonsentrasi pada jalanan.
"Nabrak nanti! Lepas, gak?" Cowok itu memperingati.
Sedangkan Keyla, malah semakin mengeratkan pelukannya, tak perduli dengan ancaman sepihak itu.
"Bodo, janji dulu mau ngajak jalan-jalan gue!"
"Key! Ya Tuhan ini anak! Sumpah ini nabrak nanti!"
Senyum geli Keyla perlihatkan, tak menghiraukan ucapan itu, "Nabrak aja. Seru kayaknya."
Ucapan itu terdengar tepat saat lampu merah menyala, hal yang segera Raynzal manfaatkan untuk melepaskan pelukan pada lengannya, sebelum di rangkulnya leher Keyla dengan brutal. Membuat gadis itu menjerit, apalagi karna tambahan gelitikan pada bagian perutnya. Menghadirkan gelincatan dari Keyla, berusaha menjauhkan tubuhnya walau ia tahu hal itu mustahil.
"Iya-iya, sumpah gue diem, sumpah!" Keyla menyerah dengan rambut yang sudah berantakan.
"Diem, janji?"
"Janji."
Satu kata yang keluar, berhasil membuat si tampan melepaskan rangkulannya. Membuat Keyla dapat bernapas lega dan kembali pada posisi awal.
"Curang, main kasar." Keyla menggerutu, menghadirkan senyum geli di bibir cowok itu.
Senyum yang jelas saja mengagetkan Keyla, senyum pertama yang gadis itu lihat begitu indah di dunia ini.
"Ijal, lo bisa senyum?"
Raynzal melirik Keyla, lalu secepat kilat menghilangkan senyumnya.
Membuat penyesalan itu menghampiri gadis itu, menyesal karna sudah bertanya, "Kok ilang? Senyum lagi dong?"
"Apaansi?"
"Itu senyum, lo ganteng banget kalo senyum, sumpah!"
"Gak senyum juga ganteng."
"Iyasih," kata Keyla membenarkan, "Tapi makin ganteng kalo senyum."
Dengan canggung cowok itu berdehem, "Lo kenapa panggil gue Ijal, sih?"
Walau tahu kalau Raynzal mengalihkan pembicaraan, Keyla tetap meresponnya, "Panggilan sayang gue."
"Nama bagus-bagus jadi Ijal, udah kayak tukang bakwan."
Ucapan sederhana itu nyatanya mampu menghadirkan tawa geli dari Keyla, "Namanya juga panggilan sayang, babe."
Tak ada respon, hanya decihan singkat. Membuat keheningan sempat tercipta diantara mereka. Hanya suara klakson dan kendaraan lain saja yang sesekali terdengar.
"Lo gak punya takut, ya?" nyatanya, Raynzalah yang memulai percakapan kembali.
Menghadirkan pandangan Keyla, "Maksudnya?"
"Semalem sama tadi, lo gak ada takut-takutnya sama cowok?"
"Oh, Kevin sama orang asing barusan maksud lo?"
Raynzal mengangguk.
"Ngapain harus takut? Mereka gak bakal ngapa-ngapain gue juga," kata Keyla tanpa beban, "Kecuali sama lo,"
Gantian cowok itu yang melirik Keyla singkat, "Sama gue? Takut?"
Keyla mengangguk sebelum kembali melakukan hal yang sama. Memeluk lengan cowok itu erat, posisi ternyamannya saat ini.
"Takut jatuh cinta."
Ucapan yang memunculkan dengusan geli dari arah Raynzal. Membuat gadis itu mendongak menatap Raynzal, kembali mendapati senyuman manis yang memancarkan semburat cahaya dihatinya.
"Ganteng," puji Keyla yang terlihat semakin menyamankan kepalanya di bahu Raynzal, tak ada niatan untuk melepaskannya sama sekali, "Senyum terus ya, Ijalku."
Tak ada penolakan seperti yang cowok itu lakukan tadi, yang ada malah senyuman yang semakin mengembang. Membiarkan Keyla berada diposisi sedekat itu dengan dirinya.
Posisi yang belum pernah terisi oleh siapapun.
Dan mungkin, Keyla akan menjadi orang pertama yang menempatkannya.