"JEMBATAN penyebrangan jalan?"
Raynzal bertanya ketika sepasang anak manusia itu menginjakan kaki mereka tepat di sebuah jembatan penyebrangan jalan. Walau sudah dapat diyakini kalau Raynzal membenci ide Keyla untuk pergi menuju 'tempat favoritnya', gadis itu terlihat masa bodoh dan malah melompat-lompat bahagia seraya menikmati hembusan angin.
"Tempat favorit lo jembatan penyebrangan jalan?" si tampan berbaju biru kembali bertanya, memastikan situasi aneh ini.
Dan dengan menyebalkannya, anggukan penuh damai terlihat di kepala Keyla. Masih dengan bahagianya melompat-lompat tak karuan. Membuat rambut panjangnya berantakan akibat tertabrak angin.
"Lo bisa diem, gak?" omelan Raynzal akhirnya keluar, menghadirkan diamnya Keyla secara dadakan.
Bahkan gadis itu nampak berjalan mendekati Raynzal dan berakhir disampingnya. Ikut memandangi jalanan yang saat ini terlihat cukup sepi. Belum lagi kondisi cuaca yang mendukung, menjadikan tempat pilihan Keyla saat ini bukanlah ide yang begitu buruk.
Dalam hening gadis itu memejamkan matanya, membiarkan dirinya serasa terbang. Seperti di dalam film titanic, saat Rosè memejamkan matanya karna ide yang Jack berikan. Bahkan sesekali Keyla tersenyum, membuat perhatian Raynzal sempat terpancing untuk menatapnya.
Namun segera membuang wajah begitu mata Keyla mulai kembali terbuka. Tak ingin membuat gadis itu semakin kepedean. Sudah cukup kalau kata Raynzal, jadi terimakasih.
"Kenapa?" suara Raynzal berteman dengan angin yang berhembus kencang ditelinga Keyla, masuk dengan indah ke dalam indra pendengarannya.
Mengalihkan pandangannya untuk menatap Raynzal dengan kerutan di dahi, "Kenapa apanya?"
"Kenapa ini tempat favorit lo." perjelas si tampan masih dengan gaya stay coolnya, tangan yang di masukan ke dalam kantong celana dan wajah yang kalem.
"Oh-" respon gadis itu mengerti, pandangannya kembali pada pemandangan dihadapannya, "Gue pernah cerita kalo gue sempet diculik, kan?"
Cowok itu mengangguk samar.
"Waktu itu si penculiknya buang gue ke jembatan penyebrangan jalan."
"Dibuang?"
Gantian Keyla yang mengangguk, "Seharian gue di atas jembatan penyebrangan jalan, sebelum bokap dateng buat jemput."
Wajah bingung cowok itu terlihat, "Bukannya seharusnya lo trauma sama jembatan penyebrangan jalan? Kenapa bisa dijadiin tempat favorit?"
Keyla sempat menghirup mapasnya dalam-dalam sebelum membuangnya, "Kenapa, ya? Gue juga bingung. Gue cuma ngerasa tempat ini tuh kayak ngelindungin gue aja,"
Cukup terkejud memang saat Raynzal ternyata bisa mendengarkan curhatan hatinya. Menghadirkan senyum dibir Keyla sebelum perlahan, Gadis itu nampak menggeser tubuhnya. Mendekati Raynzal sampai tubuh mereka berdua bersentuhan. Lalu dengan sekurang ajar itu nampak kembali mengulangi keberhasilannya saat di mobil.
Melilitkan tangannya pada tangan kekar penuh otot itu tanpa beban.
"Tapi kayaknya sekarang, gue gak perlu lagi tempat ini, karna udah ada yang bisa ngelindungin gue," centil Keyla kumat, semakin merapatkan tubuhnya pada cowok itu.
Tak perduli jika Raynzal sebentar lagi akan mendorongnya dari atas jembatan karna sudah mengganggunya bahkan menyentuhnya tanpa izin.
"Siapa?" cowok itu bertanya, sempat melirik Keyla dengan singkat yang terlihat masih menempelkan kepalanya pada lengannya.
"Lolah, siapa lagi?"
Diam.
Tak ada tanggapan dari cowok itu. Kembali membuat Keyla melebarkan senyumnya yang tak mungkin ia tahan. Mencoba menikmati sensasi hembusan angin sejuk bersama seseorang yang dapat menyejukkan hatinya.
Dan hal ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kehidupan Keyla.
Berdiam untuk waktu yang cukup lama hingga satu buah ide cemerlang yang ia yakini akan berhasil nampak terlintas dibenaknya.
Maniknya sempat melirik Raynzal yang saat ini tengah menatap lurus ke arah depan, lalu tak lama ia mulai melepaskan lilitannya.
Kembali berdiri dengan normal di samping cowok itu.
Ingin menormalkan detak jantungnya terlebih dahulu. sebelum kepalanya berputar, menghadap sempurna ke arah Raynzal.
"Ijal?"
"Hm?" respon si tampan tanpa menoleh.
"Ngadep sini dulu coba." Keyla memerintah walau Raynzal masih enggan untuk menurutinya.
"Enggak, gue tau lo lagi berniat menjalankan ide picik lagi."
Hampir meledakkan tawanya, ia lupa kalau Raynzal adalah pakar dari sang pelopor ide picik. Jadi pasti cowok itu sudah tau gerak-gerik aneh yang seseorang akan lakukan.
"Please?" Keyla memohon dengan dua tangan yang menyatu di depan wajahnya, belum lagi tambahan puppy eyes.
"Gak mempan."
Bibir Keyla maju selangkah, bahkan ia terlihat menghentakkan kakinya dengan kesal. Hampir berjalan pergi sebelum cowok itu dengan tiba-tiba beralih pandang ke arahnya.
Dan hal itu Keyla manfaatkan untuk menjalani ide piciknya.
Dengan berjinjit dan mata terpejam, Keyla terlihat menempelkan bibirnya dengan bibir si tampan walau dalam waktu singkat. Hanya dalam waktu hitungan detik malah. Namun tetap saja memberikan sensasi tersetrum pada jantung Keyla.
Hal yang jelas saja menghadirkan mata membulat dari arah lawannya karna mendapatkan 'sosoran' itu. Terpaku dengan napas tertahan, tidak dengan Keyla yang saat ini nampak melebarkan senyumnya.
Lalu dengan bersemangat, terlihat berlari menjauhi Raynzal. Tak ingin mendapatkan hukuman atas tingkah lakunya barusan. Tertawa bahagia dengan tubuh yang sesekali melompat-lompat seperti cacing kepanasan.
"Yeay! Udah official!" gadis itu berteriak girang, tak perduli tatapan garang yang saat ini tengah memburunya.
Hampir menelan Keyla hidup-hidup kalau saja gadis itu sedang tak cantik hari ini.
"Key, sini gak?" cowok itu memanggil, bahkan memberikan isyarat agar Keyla kembali ke arahnya.
Merasa dipanggil, gadis itupun menolehkan kepalanya. Masih mendapati wajah garang dari arah Raynzal. Bukannya menghampiri, malah tawa yang menjadi respon atas perintah cowok itu. Kembali melanjutkan langkahnya, semakin berjalan menjauhi cowok itu. Tak ingin mengambil resiko atas nyawa berharganya.
Siapa sangka, dalam waktu hitungan detik, si tampan terlihat berlari menghampiri Keyla.
Menghadirkan jeritan dibibir gadis itu kala menyadari kalau Raynzal mengejarnya. Semakin mempercepat langkahnya walau iapun nyatanya sudah pasrah saat tubuhnya tertangkap dan berakhir ke dalam bekapan tangan kekar Raynzal. Tak bisa lagi berlari, hanya bisa merontah saat kelitikan kedua datang menyerangnya.
Jurus andalan Raynzal saat ini yang mampu melumpuhkan Keyla dengan cepat.
"Ijal gak boleh gitu sama pacarnya!" Keyla bersuara walau napasnya sudah terdengar tak karuan.
Duduk dengan lemas di atas semen dengan Raynzal yang masih juga membekapnya erat.
Tak memperdulikan kehadiran beberapa orang yang saat ini juga tengah berniat untuk melewati jembatan penyebrangan jalan ini. Menatap sepasang umat manusia itu dengan kening berkerut. Apalagi karna tawa yang berasal dari mulut Keyla terdengar nyaring, membuat Raynzal mau tak mau membekap mulutnya menggunakan telapak tangannya.
"Suara lo kedengeran sampe bawah, gila." cowok itu memperingati, menatap mata indah Keyla dengan lekat.
"Mau minta maaf apa lanjut gue kelitikin?" dua buah opsi tak mengenakkan itu terdengar di telinga Keyla.
Menghadirkan hening dari gadis yang saat ini berada di dalam pelukannya itu.
"Pilih, buruan."
Nyatanya, tak ada opsi yang ingin Keyla ambil. Untuk itu, sebelum Raynzal kembali mengelitiknya, jilatan pada telapak tangan yang saat ini membekap mulutnyapun nampak menyapa Raynzal.
Dengan segera, cowok itu melepaskan bekapannya. Membiarkan Keyla kembali berlari menjauhinya. Kembali pula tertawa lebar saat maniknya menatap jelas ekspresi jijik cowok itu. Meratapi telapak tangannya yang baru saja menjadi korban ketiga atas perilaku kriminal yang Keyla lakukan sebelum tangan dan bibirnya.
Menatap Keyla dengan penuh gerutuan, "Sampe ketangkep, itu anak gue culik."