Bab 3

1196 Words
Dengan mengumpulkan semua keberaniannya bi cici pun akan memberitahukan revan bahwasannya nica hilang dan kemungkinan yang bi cici takutkan nica kabur. Bahkan bi cici sangat ingat kemarin nica memberitahunya akan bekerja tepat di hari ini. Tok tok tok “Tuan permisi.” Ceklek “Ada apa sih, malam-malam begini ganggu aja.” “Anu tuan i.ttu saya mau bertanya.” tubuh bi cici sedikit bergetar, entah kenapa jika berhadapan dengan tuannya ini pasti ada rasa takut menyerang. “Iya bertanya apa, yang jelas dong.” “Anu tuan.” “Anu apa sih bi, saya gak punya banyak waktu.” “Itu tuan maksud saya, dari tadi pagi non nica tidak ada.” “Terus apa urusannya sama saya, paling dia keluyuran dengan p****************g diluar sana. Asal bibi tau dia itu jalang.” Dan apa yang di duga bi cici pun terjadi. Revan sama sekali tidak mempedulikan nica malah makin menghina nica. “Maaf tuan kalau begitu saya permisi dulu.” pamit bi cici Blam Suara bantingan pintu yang keras akibat ulah revan. Dia sangat kesal mengapa asisten itu malah seenak jidatnya menanyai w***********g padanya. Apa hubungannya coba, bahkan seharian ini revan sangat lelah. *** Nica hanya berharap aka nada seseorang yang bisa membantunya. Tadi nica sempat pingsan karena perutnya yang kosong di tambah dengan rasa pusing di kepalanya tak mampu membuat nica bertahan. “Siapapun tolong aku.” lirih nica hampir tak bersuara. Hingga kesadaran yang nica milikki perlahan tergantikan dengan rasa pusing di kepalanya. Sampai untuk kedua kalinya nica pingsan di tempat yang sama. *** “Bi wanita itu belum pulang.” Tanya revan “belum tuan, tapi anehnya pintu kamar non nica dari krmarin terkunci, apa mungkin non nica pergi.” “Biarin aja dia pergi juga.” revan masa bodo dan lebih focus pada sarapan paginya. “Pintunya dikunci.” batin revan memastikan, seperti ada yang mengganjal dalam kata tersebut. “Sial, aku menguncinya dari kemarin malam.” desisnya kemudian. Buru-buru revan bangkit dan mengambil kunci kamar nica yang berada di ruang kerjanya. Ceklek Pintu terbuka dan revan mualai berjalan menuju kamar mandi yang ada di ruangan tersebut. Revan tak bisa berkata apa-apa ketika melihat sosok yang kini tengah terbujur kaku, dengan keadaan yang sangat menyedihkan. “Semoga kau tidak mati sialan.” batin revan. “Hey bangun,jangan bercanda monic.” panggil revan pada sosok tersebut, melihatnya tak merespon sama sekali kemudian revan membawanya ke tempat tidur. “Apa yang harus aku lakukan.” tanyanya pada diri sendiri. Dengan terpaksa revan mulai mengganti seluruh pakaian yang di gunakan nica. Dirinya juga terlalu gengsi untuk meminta bantuan pada asisten rumah tangganya. Karena semua ini terjadi akibat ulah dirinya sendiri, sehingga nica tak sadarkan diri. “Suhu tubuhnya makin panas.” tak menunggu waktu lama, akhirnya revan menghubungi dokter. “Bagaimana keadaan istri saya dok?” “Istri anda hanya mengalami kelelahan di tambah dengan keadaan perutnya yang kosong. Tapi anda tenang saja, besok juga keadaannya akan segera membaik. Ini saya kasih beberapa vitamin untuk istri anda.” jelas dokter tersebut. “Iya dok, terima kasih banyak.” “Sama- sama pak revan, kalau begitu saya permisi dulu.” ujar sang dokter kemudian pergi meninggalkan revan yang masih menunggu nica. “Monic kamu tidak boleh sakit, karena aku belum puas menyiksa mu.” gumam revan sambil terus mengmati setiap senti wajah nica. “Emhhh, aww sakit.” lirih nica yang telah sadar, mendapati keadaan tubuhnya yang sangat sakit untuk di gerakan. “Akhirnya lo sadar juga. Ngapain pake acara pingsan segala hah, biar gue merasa bersalah begitu.” maki revan. “Maaf mas, tapi mana aku tau bakal kejadiannya seperti ini.” “Maaf mulu yang lo bisa, sekarang gue telat ngantor hanya karena ngurusin wanita kayak lo.” Sementara nica tidak tau harus berucap apa, karena setiap dia buka suara pasti akan selalu salah di indra pendengaran suaminya. “sepertinya, aku harus segera pergi dari kehidupannya. Agar mas revan bisa kembali seperti dulu lagi.” “Aduh non, dari kemarin bibi udah Tanya sama tuan, tapi dia malah bilang tidak tau. Padahal kenyataannya dia sendiri yang ngurung non di kamar mandi. Sampai sakit seperti ini.” “Udah bik, nica udah gak papa kok. Mas revan juga udah cerita sama nica bahwa dia lupa kalau sudah menghukum nica.” “Tapi seharusnya tidak sampai seperti itu non.” “Bibi jadi makin mendukung non buat piash dari tuan, non juga pantas bahagia.” Lanjut bi cici. “Makasih bi, selama ini bibi udah baik banget sama nica.” “Itu memang seharusnya non, lagian taka da alasan buat bibi membenci non.” “eh non mau kemana?” Tanya bicici yang kaget melihat nica bergegas dari tempat tidurnya ,kemudian bersiap layaknya seseorang yang akan berpergian. “Nica mau kerja bi, kemarinkan nica gak sempet pergi kerja. Lagian ini masih pagi kok, nica gak bakalan telat berangkat.” “Mendingan non istirahat dulu, bibi takutnya non malah makin parah dan gak sembuh.” “Gak bakal bi, justru kalau tiduran terus bukannya sembuh yang ada makin lemes badan nicanya.” “Non yakin mau kerja? Bagaimana kalau tuan tau?” “Dia gak bakal tau, nanti nica pulangnya sebelum mas revan pulang kok. Jadi bibi jangan khawatir.” “Seharusnya bibi bisa cegah non buat gak pergi kerja. Tapi bibi juga gak mau ngurung non di kamar ini. Jika non tetep mau pergi kerja bibi gak papa kok, asal non tetep jaga kesehatan.” “Nah gitu dong bi, itu baru bi cici yang paling nica sayangi.” Nica memang sangat dekat dengan bi cici. Bahkan menurutnya berbicara dengan wanita paruh baya seperti bi cici bisa menghilangkan beban pikiran nica untuk sementara waktu. “Ya udah bi nica berangkat dulu. Jagain rumah takutnya ada maling.” “Iya non, hati-hati di jalannya.” Nica keluar dari gerbang rumahnya. Ya, hari ini nica memutuskan untuk pergi bekerja. Apalagi kemarin nica pun tak memberi keterangan pada sahabatnya, mengapa dirinya tak masuk. Semoga saja sahabatnya itu masih berbaik hati menerimanya sebagai karyawan di sana. “Aku kira kamu gak jadi kerja di sini.”Tanya reyhan, yang tak lain adalah pemilik tok kue dimna nica akan bekerja. “maaf yon kemarin aku sakit, terus gak sempet ngabarin kamu. Tapi pekerjaannya masih adakan.” “Masih dong, kamu bagian kasirnya.” “Loh bukannya lowongan yang kamu tawarin itu di bagian dapur.” “Kebetulan saat kemarin kamu gak datang, tetangga maya lagi butuh kerjaan jadi maya mengajaknya kesini deh.” “Beneran yon, tapi aku bisa kok jadi pelayan di sini. Masa iya di lokernya jadi tukang cuci-cuci pas datang malah jadi kasir.” “Gak ada nica. Sekarang aku butuhnya kasir, kamu hanya perlu duduk terus menghitung pendapatan dan pengeluaran toko ini.” Bukannya nica gak suka dengan pekerjaannya. Tapi menurutnya itu terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan lowongan kerja yang sedang reyahan butuhkan. Kalau jadinya seperti ini yang ada nica malah malu. Karena lowongan yang ada ternyata udah di isi orang lain dan sekarang reyhan pasti gak enak dengan nica makannya dia malah nawarin dirinya jadi kasir. “Makasih banget loh yon. Kamu masih mau ngasih kerjaan buat aku.” “Sama-sama nica, sekarang kan kamu udah muai kerja. Aku juga mau berangkat kerja dulu ya.” “Kamu kerja di kantor juga?” “Iya dong keren kan aku. Pokoknya selama aku pergi tolong jagain tokonya.” “Iya percaya sama aku.” Nica menatap kepergian deon yang mualai menghilang seiring berjalannya waktu. Kali ini nica sungguh bersyukur masih di berikan sahabat yang baik dan juga pengertian. Walau reyahan itu sahabat masa kecilnya tapi mereka tak pernah hilang kontak. Sejauh apapun mereka berpisah, sebisa mungkin mereka selalu menyempatkan diri untuk bertukar kabar. Tak ada yang berubah dari reyhan, dia masih tetap hangat seperti dulu. Andai waktu bisa di putar kembali, nica lebih memilih untuk jatuh cinta pada reyhan saja ketimbang suaminya. Namun takdir tetaplah takdir, taka da yang tau apa yang akan terjadi. Sekarang yang perlu nica lakukan hanyalah menjalani apa yang telah tertulis untuk kelangsungan hidupnya. Semoga di masa yang akan datang dirinya bisa menemukan arti kebahagiaan. Ya, setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Meski hanya berharap dan masih berupa angin tapi karena harapanlah kita bisa terus bertahan untuk mewujudkan semua agar bisa menjadi nyata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD