Malam harinya Molly menepati janji untuk menceritakan pengalaman ospeknya pada sang kakak. Demi merchandise dia rela menceritakan pengalaman buruknya itu.
Molly tidur telungkup, dengan mengangkat kepalanya. Kedua tanggannya bertumpu pada bantal boneka RJ. Ya…Rj, boneka BT21 yang merupakan brand collaboration dengan boyband ternama asal Korea Selatan yaitu BTS. Dimana kolaborasi ini berawal dari project pertama Line Friend Creator, yang menghasilkan kolaborasi dari Line Friend dengan BTS.
Tidak hanya menciptakan karakter yang menunjukkan sang artis, BT21 juga terdiri dari 8 karakter yang menawan di ciptakan oleh member BTS, dan RJ merupakan boneka karakter yang mewakili member tertua BTS yaitu Kim Seokjin.
Jadi dapat di ketahui bahwa Molly tidak hanya mengidolakan Irene dari Red Velvet tapi dia juga mengidolakan boyband BTS dengan bias sang Wordwide Handsome yaitu Kim Seokjin.
Tapi meskipun dia seorang K-Popers, namun dia masih di batas normal, tidak fanatic, tenang dan tercontrol. Bahkan poster-posterpun tidak ada yang menghiasi dinding kamarnya. Palingan ya.. beberapa merchandise, album yang tersusun rapi di dalam lemari kaca dan boneka yang juga tersusun rapi di ranjang dan sofanya.
“Haha.. serius dek, ibu salah membeli ukuran seragammu?” tawa puas sang kakak di dalam panggilan video.
“Ya.. sungguh memalukan. Kakak tau tidak, aku di panggil jelek karena penampilan gembel itu.” sambil memonyong-monyongkan bibirnya.
“Terus-terus apa lagi?” tanya Fano semakin bersemangat.
“Maksud kakak apa? kakak berharap hal sial selalu menimpaku ya?”
“Hahaha.. bukan begitu. Kakak cuma ingin tau keseluruhannya.”
“Baiklah. Selanjutnya….” Molly menceritakan semuanya, kecuali tentang hal sialnya yang berhadapan dengan pria iblis yang bernama Kenzo itu.
Cerita Molly dengan sang kakak terus berlanjut di iringi dengan tawa mereka di setiap hal lucu dan sial yang Molly ceritakan.
Kakak idaman, Fano memang selalu peduli pada adiknya. Jika bisa dia ingin mengetahui apapun yang Molly alami setiap detiknya. Tapi tak jarang juga hal itu membuat Molly kesal, hingga dia sering masa bodoh dengan kakaknya yang terkadang serasa wartawan baginya.
Satu setengah jam telah berlalu, Molly sudah mengakhiri panggilan vidionya dengan sang kakak. Dia membalikkan badannya dengan senyum bahagia, karena bayangan merchandise yang datang membuatnya seperti orang yang sedang jatuh cinta saja.
“Aduh.. gila ya. Ayolah, berhenti senyum-senyum.” umpatnya pada diri sendiri. Molly mengusap wajahnya, lalu dia meraih tas untuk melihat draf ospek terakhir besok.
Ada tujuh submit kegiatan untuk besok, tapi Molly terfokus pada penampilan bakat dan membuat surat kesan dan pesan. Untuk penampilan bakat, dia tahu tidak mungkin semuanya yang maju dan juga di lakukan tanpa paksaan. Awalnya dia lega, tapi tiba-tiba pikirannya gusar, karena mengingat Kenzo yang selalu ingin melihatnya sial. Di sedikit khawatir jika Kenzo memanfaatkan kesempatan ini untuk mempermalukannya lagi.
“Huft.. sudahlah. Jika dia besok menyuruhku tampil, ya tampil saja seadanya. Yang terpenting sekarang adalah.. surat kesan dan pesannya. Aku akan menulisnya dari sekarang. Awas kamu ya Kenzo, aku akan mengungkapkan semua unek-unekku di surat ini.” dengan tawa jahatnya, lalu dia mengambil pulpen dan kertas untuk dia tulis.
***
Semua orang masih berkumpul di lapangan yang hijau. Lapangan bola yang di tepinya terdapat sirkuit lari. Beruntung hari ini juga mendukung, cerah tapi tak panas dan anginpun berembus dengan sejuknya. Jadi acara bisa berlangsung dengan damai dan santai, tanpa ada keluhan kepanasan dari mulut para junior.
Sudah 4 rangkaian kegiatan terlewati. Pengumuman raja dan ratu yang paling menghebohkan tadi. Hingga sekarangpun orang-orang masih berbisik, memuji kecantikan sang ratu dan dan tampannya sang raja.
Dan sekarang masuklah ke acara suka-suka yaitu acara pennampilan bakat, dengan sistem mengajukan diri sendiri atau di tunjuk secara random oleh senior.
Di acara suka-suka ini, semuanya di beri kebebasan yang penting nyaman saja. Tapi entah apa yang terjadi para siswa-siswi sedikit ribut dan pergi entah kemana, katanya untuk mengambil sesuatu. Begitu juga dengan Shally yang tiba-tiba menghilang dari sisi Molly dan Rose.
Lima menit kemudian Shally muncul dengan senyum bahagianya. Molly melototi sebuah kotak hadiah yang pegang dengan sayang oleh Shally.
“Shally itu kotak hadiah untuk siapa? Siapa yang ulang tahun?” tanyanya polos.
“Hahaha.. ya ampun. Kita punya teman, kenapa bodoh seperti ini ya. memangnya kotak hadiah di berikan cuma saat ulang tahun saja?” dengan tawa khasnya sambil mengusap pelipisnya, tak abis pikir dengan pertanyaan Molly yang aneh menurut Shally.
“Terus.. ini untuk kamu kasih ke orang yang kamu suka? Siapa? Kenzo?” tebak Molly dengan suara yang mulai memelan.
“Iya..” senyum dan anggukan cerianya Shally membenarkan. Lalu dia mendekat dan duduk kembali diantara Molly dan Rose.
“Oouu.. “ Molly angguk-angguk paham. Dia juga memperhatikan siswa-siswi lainnya yang juga memegangi kotak hadiah dengan berbagai variasi. Molly tersenyum tipis melihat itu semua. Tidak abis fikir kenapa kebanyakan orang melakukan itu, karena dia seumur-umur tidak pernah melakukan hal bodoh itu menurutnya.
“Rose ayok tos.. sepertinya hanya kita berdua yang tidak membawa kotak hadiah.” Sambil mengangkat tangan di udara. Tapi Rose tidak menyambut tangannya, Rose malah terlihat malu-malu.
Ya ampun.. ekspresi apa ini? apa Rose membawa kado juga?
“Sebenarnya aku membawa kado juga. Tapi aku tidak tahu mau memberikannya pada siapa.” Jelasnya tersipu malu, serta tangannya mengeluarkan kotak kado super mini di balik saku blezernya.
Hello… ini Rose si judes kan? Kenapa bertingkah seperti ini, tidak cocok Rose ku… batin Molly berteriak.
“Mohon perhatiannya! Sekarang acara penampilan bakat akan kita mulai. Semua junior di harapkan untuk kembali duduk dengan rapi berdasarkan kelas masing-masing.” Intruksi dari seorang senior di depan dan di sana juga sudah tersedia peralatan music yang lengkap.
Sontak saja Molly harus mengurung niatnya untuk menanyai lebih lanjut Rose, karena mereka duduk di baris paling depan.
Acara pembukaan sangat meriah, karena di buka oleh senior yang menampilkan bakat mereka duluan. Para senior menampilkan bakat mereka bernyanyi, berpuisi dan juga dance. Tepuk tangan meriah pecah di setiap akhir atraksi mereka.
Dan sekarang tibalah waktunya penampilan dari junior. Untuk 2 penampilan sudah di lakukan secara suka rela dari 2 orang junior pria. Mereka menampilkan kemampuan bermain gitar dan satunya lagi kemampuan dance K-popnya yang membuat para fangirls menggila melihat dancenya yang epic seperti sang idola.
Sekarang hal mendebarkan datang lagi, apa lagi Molly melihat Kenzo yang sedari tadi duduk menikmati penampilan, sekarang dia berdiri dengan tongkatnya. Molly berusaha untuk cuek dan tidak melihat kearah Kenzo yang berada di depan. Jika bisa, ingin rasanya dia mengecil saja saat ini, agar Kenzo tidak melihatnya.
Oh My God, anugrahi aku jurus mengecil atau jurus menghilangnya Naruto juga boleh. Bisik Hati Molly saat menyadari Kenzo mengambil mic.
Kenzo menyadari kegelisahan Molly. Dia senang dan semakin menikmati wajah kekhawatiran itu. Dia mendekati Molly dengan tongkat dan masih sempat-sempatnya membawa mic.
Eh ini iblis mendekat lagi. Apa dia akan menyuruh aku tampil? Tidak masalah tampil, tapi kenapa aku merasa tidak ikhlas karena dia. Apa aku mengajukan diri saja untuk tampil?
Molly berperang dengan dirinya sendiri dengan menolehkan wajahnya ke samping dan memejamkannya. Dia masih berharap jika Kenzo tak berjalan ke arahnya.
“Eh eh Molly, itu senior Kenzo.. “ bisik Shally yang duduk di sampingnya sambil menyenggol-nyenggol tangan Molly dengan sikunya.
Dengan terpaksa Molly memutar kepalanya dan mendongak melihat Kenzo dengan tawa bodohnya, karena Kenzo sudah mengulurkan mic itu padanya.
Kenzo sialannnnn……
Kenzo memiringkan kepalanya dan menaikkan alisnya sebagai intruksi agar Molly mengambil mic itu.
“Maju ke depan!!!” ucapnya penuh perintah.
“Baik.” jawab Moly dengan senyum terpaksa. Dalam hati dia mengutuk Kenzo sebisanya.
Molly mengambil Mic dan maju ke depan.
“Hu.. semangat Molly.” teriak Rose dan Shally, kemudian di susul dengan teriakan semangat dari yang lainnya.
Molly melemparkan senyum penuh percaya diri, meski tangannya sedikit gemetaran.
“Kamu mau menampilkan bakat apa?” Kenzo memulai pembicaraan yang seolah ingin menyudutkan.
“Kenapa kakak bertanya, bukannya kakak memberikan Mic padaku? ya tentu aku akan bernyanyi.” Jawab Molly santai namun sedikit menohok untuk membalas Kenzo menyebalkan itu.
Huh.. memangnya kamu pikir aku tidak bisa apa-apa ya? tidak berbakat? Mencekikmu saja, sekarang aku sudah menanam bakat itu sekarang.
“Jika begitu bernyanyilah sambil memainkan gitar.”
What? Sungguh otoriter dan semena-mena, bahkan dia tidak menanyaiku terlebih dahulu apakah bisa bermain gitar atau tidak.
“Aaa.. begini kak, aku tidak terlalu bisa bermain gitar.”
"Tidak ada alasan, tampilkan sebisamu!”
“Ta-tapi..”
“Biar aku yang memainkan gitar untukmu.” Tiba-tiba suara pria menyela kegaduhan antara Molly dan Kenzo.
Sontak saja semua mata langsung tertuju pada sumber suara, tak terkecuali Molly dan Kenzo. Ketika menoleh mata Molly langsung terbelalak.
“J-J-JB??” ucap Molly pelan dan menutup mulutnya.
JB melangkah ke depan dengan santai. Kharisma dingin itu sangatlah menarik. Semua mata mengarah padanya, mengikuti kemana dia berjalan. Sementara Molly di depan sudah terpesona dengan masih menutup mulutnya dan matanya yang melotot tak berkedip sama sekali.
Omo.. bukankah ini seperti adegan romantis dalam drama. Seorang pangeran datang menyelamatkan sang putri dari cengkaraman sang iblis..
Bersambung....