OL (08)

1422 Words
“Molly ayo baca. Aku penasaran seperti apa isi surat cintanya.” Shally merebut surat itu dari tangan Molly. “Eh, Shally..” Molly terlihat tidak senang dan berusaha untuk merebutnya. Tapi Shally malah mengangkat tinggi dengan tangannya, hingga Molly meloncat-loncat untuk meraihnya. Srett! Rose merebut surat tersebut dari Shally. “Shally! ini adalah surat untuk Molly, jadi cukup hanya dia yang membacanya. Kamu jangan memaksanya jika dia tidak ingin berbagi.” Rose terlihat dingin. Dia menyerahkan surat tersebut pada Molly. Sementara Shally langsung diam tanpa ekspresi. Aduh bagaimana ini? kenapa suasananya malah jadi seperti ini. Molly meraih surat yang di berikan Rose. “Kalian jangan seperti ini. Shally, aku tidak mau memperlihatkan suarat ini, karena aku merasa sangat malu.” Berusaha untuk membuat suasana tidak canggung. Tiba-tiba Shally mengembangkan senyum cerahnya. "Tidak apa-apa Molly. Rose benar, aku saja yang kekanak-kanakan. Kau jangan merasa tidak enak pula. Sekarang lebih baik kita makan siang dulu. Ingat Molly, nanti kita lanjut menjalani hukuman.”Sambil merangkul Molly dan Rose. “Iya itu lebih bagus dari pada berdebat.” Lanjut Rose. Lalu mereka langsung keluar dari aula menuju kantin sekolah. Hufftt.. syukurlah. Aku kira akan ada perperangan karena hal sepele ini. Lega Molly sambil memandangi wajah Shally dan Rose tersenyum ceria. *** Jam makan siang sudah berlalu. Para siswa/siswi baru kembali berkumpul di lapangan untuk melanjutkan acara ospek. Dimana rangkaian kegiatan ospek siang ini adalah kegiatan game untuk mengasah kekompak tiap team. Para senior sudah memberikan arahan, lalu mereka langsung saja membagi kelompok dengan cara cabut lot. Dan bagi yang mendapat angka yang sama, maka mereka akan sekelompok. Semua orang sudah di panggil ke depan untuk mencabut lot dan mereka sudah mendapatkan kelompok. Tapi berbeda dengan 4 orang manusia malang yaitu Molly, Shally, JB dan Mimo. Mereka lagi-lagi di asingkan karena harus melanjutkan hukuman. Mereka duduk seperti anak buangan di belakang, sementara yang lain bersorak gembira dengan team mereka. “Hei kalian.. selamat menjalani hukuman!” Sorak Rose pada Shally dan Molly dari kejauahan sambil mengacungkan jempol kebawah untuk mengejek. Molly dan Shally hanya memandangi Rose dengan tatapan sedih tak berdaya, bagaikan raga yang sudah di tinggalkan oleh rohnya. “Hey, kalian berempat ikuti aku.” Sorak suara toa senior Luye sambil melambaikan tangannya. “Baik kak.” Molly, Sahlly dan Mimo jalan angguk angguk tak berdaya. Sementara JB tetap pada kharismanya yang dingin dan tatapan mata yang tajam itu. “Kenapa lesu begini?” Luye berucap dengan lembut sambil berjalan dan empat orang itu mengikutinya dari belakang. “Mau masuk neraka siapa juga yang bersemangat kak.” Gerutu Molly berani. “Haha.. kalian harus sabar ya. Ini hukuman terakhir. Besok hukuman ini tidak akan ada lagi untuk kalian. Kalian bisa bebas.” Jelas senior Luye menyemangati. “Hah serius kak?” 3 orang anak manusia selain JB bertanya dengan semangat. “Iya.. dari awal kami para senior memang sepakat bahwa ospek terakhir bebas hukuman bagi siapa saja. Ospek terakhir kita akan bersenang-senang. Kalian sudah membaca semua draf kegiatan kan?” “Belum.” Jawab Molly dan Shally polos sambil menggelengkan kepala. “Aish.. pantas saja kalian seperti ini.” sambil tertawa. Sementara Molly dan Shally hanya bisa pasrah dengan ejekan itu. “Aku sudah kak.” Sela Mimo bersemangat. “Bagus, bagus. Lalu bagaimana denganmu JB?” Luye menoleh pada si manusia muka datar itu. “Aku akan membacanya nanti.” jawabnya seadanya. “Haha.. baiklah. aku harap kalian akan mempersiapkannya dengan baik.” dengan senyum semangatnya. *** Senior Luye dan 4 orang yang di hukum sudah berada di depan gerbang sekolah. Lalu pak satpam datang untuk mengantarkan 4 sekop roll dan tong sampah pada Luye. “Di sini tugas terakhir kalian.” sambil menyerahkan sekop roll dan tong sampah. Molly dan lainnya bergiliran ke depan untuk mengambilnya. “Kerjakan semuanya dengan baik. Aku akan kembali ke dalam. Pak satpam akan memperhatikan kalian. Jangan berulah, jika kalian memang mau bebas untuk besok.” Suara itu terdengar tegas. “Eh bukannya kakak bilang semuanya akan bebas besok.” “Kesepakatan bersama memang begitu. Tapi maaf saja, ini bisa berubah saat dia merasa tidak senang. Oleh karena itu kalian jadi anak baiklah!” sambil mengusap keningnya. “Dia? Dia siapa maksud kakak?” Molly di penuhi rasa penasaran, sementara yang lainnya santai saja. “Nanti juga tau sendiri. Ya sudah saya pergi ya." Eh, kak Luye bikin penasaran saja. Huh.. sudahlah untuk apa di fikirkan. “Baik kak.” Jawab mereka bersamaan. “Pak saya titip mereka ya.” ucap Luye pada pak satpam sebelum dia beranjak pergi. “Siap nona Luye.” Pak satpam terlihat sangat akrab dengan senior Luye itu. Molly dan lainnya mulai dengan aktivitas mengikisnya. Di tengah aktivistas itu, Molly dan Shally saling melirik, lalu mereka mendekati Mimo. “Mau apa kalian?” Mimo langsung berputar arah dari jongkoknya, dia tidak mau meladeni Shally maupun Molly. “Mimo kamu kan sudah membaca draf kegiatan. Memangnya apa kegiatan kita untuk besok?” Molly berucap lembut untuk membujuk, karena Mimo dari awal sudah menunjukkan sikap tidak sukanya pada Molly. Entah kenapa dia menyalahkan Molly atas hukuman yang menyeretnya ini. “Kamu baca saja sendiri, kenapa harus menanyaiku.” Suaranya judes dan tangannya terus saja bekerja. “Hey mana boleh pelit sama teman sendiri.” Molly dan Shally lagi-lagi mendekati Mimo. Namun lagi-lagi Mimo memalingkan wajahnya dan berputar. “Hey.. kalian di sini mau mencari masalah lagi ya? tidak bekerja malah mengganggu orang.” Bentak JB. “Eh.. iya, iya.” Molly dan Shally berbalik badan, langsung berjongkok dan mengikis. “Dasar JB mengganggu saja.” Molly menggerutu. “Hush.. nanti dia mendengarmu.” Ucap Molly. “Biarkan saja. memangnya dia mau apa kalau mendengarnya.” “Kamu memang tidak takut apa-apa ya, aku salut padamu. Tapi hal itu bisa saja membawamu pada kesialan, jadi berhati-hatilah!” Shally berucap sambil tertawa. Molly hanya diam mencerna kalimat Shally, lalu membenarkannya dalam hati. Karena dia memang sering terkena masalah karena terlalu berani. Ah, sudahlah. jangan diikirkan! Gumamnya sambil menggelengkan kepalanya. “Molly menurutmu kak Kenzo itu bagaimana?” tiba-tiba suara Shally terdengar malu-malu. Eeh.. kenapa Shally menanyaiku? Tentu saja dia itu seperti iblis bagiku. “Molly kamu mendengarkanku tidak?” sambil menyentuh bahu Molly yang tak menjawabnya. “Ah aku tidak bisa berkomentar.” Dengan tawa canggungnya. “Benar juga. Kamu pasti masih kesal padanya karena mempermalukanmu waktu itu. Tapi yang aku tanyai adalah pesona wajahnya. Bukankah dia sangat tampan.” Shally berucap seolah tanda lope lope keluar dari matanya. “Dia adalah seorang tuan muda dari JK group, sangat tampan, memikat dan kaya. Dia di juluki pangeran di sekolah ini. Apa kamu tahu, di sekolah ini ada dua peraturan yang tidak tertulis?” saking semangatnya menjelaskan, Shally berdiri dengan mode guru yang sedang menjelaskan. “Pertama, di sekolah ini jika kak Kenzo berkata kamu salah, maka kamu bersalah! Kedua kamu jangan pernah mencari masalah dengannya. Jika sampai kamu menyinggungnya, akibatnya hanya satu. Di keluarkan dari sekolah ini.” Molly yang mendongak melihat Shally yang berdiri di depannya langsung menelan ludah. Aturan macam apa itu? Molly merasa sudah melanggar semuanya. Jadi bagaimana nasibnya nanti di sekolah ini, jika yang di katakan Shally itu benar. “Shally kamu bersemangat sekali. Memangnya kamu tahu dari mana aturan bodoh ini.” dia berharap jika itu bukanlah hal yang nyata. Shally mendekati Molly dan berjongkok. “Aku tahu kamu khawatir, karena masalah tadi pagi kau mentertawainya. Tapi tenang saja, biasanya jika kak Kenzo mau menghukum dia akan langsung saja tanpa ampun. Tadi dia tidak menyinggungmu sedikitpun, berarti kamu itu beruntung.” Sambil menepuk-nepuk pundak Molly. “Shally kamu bercandakan?” dengan tawa penuh kekhawatiran. Jika memang benar. Lalu aku di keluarkan dari sekolah ini, alasan apa yang bisa ku berikan pada ayah, ibu dan kakak. Bisa-bisa mereka langsung menyuruhku menikah saja. Aaaa… aku tidak mau. Molly sudah memikirkan kemungkinan yang terburuk yang akan terjadi jika dia di keluarkan dari sekolah ini. “Molly untuk apa aku bercanda. Kamu kenapa khawatir begini? Aku kan sudah bilang, kamu pasti aman. Aku berani jamin.” “Haha.. benarkah? Terimakasih sudah memberitahuku, aku akan memastikannya sendiri” Berusaha untuk santai, meski di hati sudah sangat khawatir. “Molly, aku dengar kekasih kak Kenzo banyak sekali, hingga tidak bisa di hitung dengan jelas. Aku dengar kak Luye adalah salah satunya.” Dengan suara yang memelan. “Menurutmu apa mungkin kak Kenzo akan tertarik denganku?” sambil bertingkah imut. Molly hanya memandang Shally tanpa ekspresi dan tak merespon sama sekali. sekarang dia sibuk dengan pemikirannya. memikirkan nasibnya. Jadi kesimpulannya Kenzo iblis itu Otoriter, semena-mena dan juga Playboy. Hufftt.. aku sangat benci dengan hal itu. Kakak saja ku sumpahi, apa lagi dia yang bukan siapa-siapa. Aku akan mencoba untuk menyelesaikan permasalahnku dengannya, dan semoga setelah itu tidak akan perbah berurusan dengannya lagi. Molly sibuk dengan pemikirannya, tapi Shally masih saja bicara tanpa henti. “Dasar wanita,” gerutu Mimo mendengar kata pujian untuk Kenzo yang tiada hentinya keluar dari mulut Shally. Sementara JB tetap terlihat tenang dengan ekspresi wajah datarnya. Tangannya dari tadi tiada henti mengikis, jalan dan jongkok sana sini mencari permen karet yang menempel. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD