Oh my God..
Molly langsung menarik tangan Shally agar segera duduk. Ternyata pria yang menyoraki mereka tak lain adalah Kenzo dengan tatapan tajamnya. Tapi Shally malah menarik tangannya kembali.
“Tidak ada apa-apa kak.” Jelas Shally dengan senyum.
Sementara Molly sudah duduk dengan menundukkan kepala, tangannya memegangi tepi rok Shally. Dia tidak mau berurusan lagi dengan Kenzo.
Shally gadis cantik, si Kenzo pasti bisa lebih tolerin padanya, bukan? Ya benar. Aku diam saja adalah pilihan terbaik.
“Ok ok.. Sekarang duduk yang rapi. Jangan ribut lagi, sebentar lagi akan di mulai.” Kenzo berucap dengan lembut.
“Iya kak.” Lalu Shally melirik pada Molly yang masih memegangi roknya.
“Duduk di sini saja. Aku sudah menyiapkannya untukmu.” Molly menoleh dengan mendongakkan wajahnya, lalu dia memindahkan tasnya ke pangkuannya.
Shally menganggukkan kepalanya. Dia duduk dengan senyum-senyum dengan tatapannya masih tertuju pada Kenzo yang berada di panggung sana. Molly melirik Shally yang masih sumbringah, lalu dia memperhatikan arah pandang Shally.
Apa Shally tertarik dengan si iblis itu? wah.. bagaimana bisa sang bidadari jatuh cinta pada iblis.
Molly menggigit ujung jempolnya. Dia masih mencoba menimang-nimang temuan barunya ini.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 07.45. Semua kursi di aula sudah di isi penuh oleh para siswa/siswi baru. Begitupun dengan kursi yang berada di panggung juga sudah di isi oleh para ketua setiap organisasi di sekolah Royal High School.
Ya, pagi ini adalah acara pengenalan tentang organisasi apa saja yang ada di sekolah ini. Baik organisasi intra maupun ekstra. Gunanya untuk merangsang para siswa-siswi untuk mengembangkan keterampilan dan wawasan serta membantu untuk membentuk karakter sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
Sudah ada 15 orang duduk di depan. Wibawa dan penampilan mereka sudah bisa di tebak organisasi apa yang mereka pimpin. Tentunya yang menjadi favorit di sini adalah sang kapten basket yang sudah banyak di kenal oleh para siswa dan siswi, bahkan sebelum memasuki sekolah ini. Begitu kuat pesonanya dan juga gelar yang melekat sebagai kapten. Membuat para siswi ribut-ribut bahkan sejak pertama kemunculannya.
Dan yang paling cantik, modis dan girly tentunya adalah kapten Cheerleader yang juga dari awal sudah mendapat sorakan hangat dari para siswa. Dan di susul dengan organisasi favorit berikutnya seperti Seni, Tataboga, Pecinta alam dan lainnya.
Acara di mulai. Sang MC mempersilahkan Kenzo sebagai wakil ketua OSIS untuk memberikan kata sambutan.
Hah? Jadi hanya wakil ketua? Kenapa dia sok keren dan berkuasa begitu. haha.. Ternyata aku terlalu meninggikan dia. Siapa ketuanya? Kenapa menyuruh si iblis ini yang maju ke depan. Kan kasihan jalan dengan tongkat.
Molly menahan tawa dengan menutup mulut dengan tangannya melihat Kenzo yang bertongkat menuju podium.
Praakk! tongkat Kenzo terjatuh saat dia menyandarkannya di podium.
“Ah hahaa…” Molly cekikikan dengan keras. Tanpa dia sadari hanya dia yang tertawa. Sementara yang lain hanya diam dan menoleh padanya. Lagi-lagi dia membuat masalah untuk dirinya sendiri.
“ Molly kamu gila ya..” bisik Rose cepat sambil meremas tangan Molly yang asyik dengan dunianya.
“Akh.. Rose kamu..” sambil menoleh.
“Molly kamu sadar tidak, hanya kamu yang tertawa.. “ bicara dengan geram.
“Molly kamu sungguh suka cari masalah ya..” bisik Shally dengan kasihan.
Molly menoleh ke sekitar. Ketika tatapannya sampai di depan 15 orang hebat itu menatapnya dengan berbagai ekspresi, lanjut Kenzo yang menyeringai senyum ramah padanya. Molly tidak tahu maksud dari senyum itu, yang jelas dia di buat semakin merinding.
Molly langsung menunduk dan memukul kepalanya kesal.
Ya Tuhan.. ternyata terlalu bahagia bisa menambah masalah ya..
Harus siap-siap mental buat menahan malu, dia pasti akan menyindiriku di kalimat pembukanya.
Kenzo memulai kalimat pembukanya dengan penuh wibawa dan elegant. Suara yang sedikit parau menambah karismanya sebagai pria dengan perawakan yang manly. Molly meremas tangan dengan tepi bajunya. Dia benar-benar sedang mempersiapkan mental jiwa dan raganya untuk menerima sindiran dari Kenzo. Menantikan di kalimat bagian manakah Kenzo akan menyindirnya.
Pembuka sudah lewat. Isi juga sudah lewat. Apakah di kalimat penutupnya?
Dia tetap menunduk dengan menggigit bibirnya.
Prok, prok, prok! sambutan dari Kenzo di tutup dengan tepuk tangan yang meriah dan juga ada beberap siulan dari para siswa/siswi yang jahil.
Kemudian MC mempersilahkan kapten basket. Kapten Wira sebagai orang pertama untuk menjelaskan bagaimana prosedur masuk dengan team basket ataupun lainnya. Sontak hal itu membuat semua orang bersorak gembira memanggil sang kapten yang populer itu
“Hah, dia sudah selesai bicara?” Molly menoleh kiri kanan, depan belakang. Serasa tidak percaya jika Kenzo tak membalasnya sama sekali.
“Shally, Rose aku tidak bermimpikan. Kenzo sudah selesai bicarakan?” sambil menggenggam tangan kedua gadis itu.
“Iya.. kamukan bisa lihat sendiri.” jawab keduanya cetus.
Terimakasih ya Tuhan… sambil mengangkat tinggi tangannya dengan mode high-five.
Eh, tapi tunggu dulu. Hal seperti ini juga tak asing. Berhenti sejenak untuk menelaah situasi yang familiar ini.
Akh iya, kecelakaan kemaren juga seperti ini. Aaaaa… dia pasti membalasku setelah ini. Sama seperti kejadian kemaren. Dia melepaskanku seketika, tapi membalasku setelahnya dengan hal yang gila. Dia kan iblis. Oh Tuhan apakah takdirku di sekolah ini hanya akan berputar padanya.
Molly bersandar dan terkulai lesu.
“Molly, Molly kamu kenapa?” Rose dan Shally menepuk-nepuk pipinya.
Molly kembali duduk seperti semula. Dia mengusap wajahnya dan mengibaskan rambutnya. Lalu dia menatap kesal Kenzo yang berada di depan.
Ini pengalaman kedua. Setidaknya aku harus bisa lebih berhati-hati ketika dia ingin menghukumku nanti. jika bisa aku harus selalu menghindarinya. Heh! Molly menayangkan bibir sinisnya.
Sementara Shally dan Rose merasa kewalahan melihat tingkah aneh Molly. Mereka memilih duduk berjarak dengan Molly. Tangan mereka mengusap kening dengan gumam kecil mereka.
Bukan temanku, bukan temanku. Dia bukan temanku.
Frustasi menahan malu melihat tingkah aneh Molly.
Di sisi lain terdapat JB yang yang duduk dengan menundukkan kepalanya, lalu tiba-tiba Smirk terukir di bibirnya.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 12.15 siang. Acara di tutup oleh MC dan dalam seketika ruangan bergemuruh oleh tepuk tangan. Kemudian orang-orang juga mulai bubar. Ada yang langsung keluar dengan berbagai percakapan organisasi apa yang akan mereka masuki.
Namun ada juga yang gerak cepat. Langsung mendekati para senior ke depan. Mereka memulai pendekatan yang memang karena tertarik dengan oraganisasi atau tertarik dengan sang ketua.
Mereka mengerumuni bahkan ada yang bergelantungan tanpa segan. Cara bicara polos dan manja membuat Molly bergedik ngeri melihat pemandangan itu.
Cih, apa tidak malu seperti itu, kalau mau bicara ya bicara saja. Kenapa mesti bergelantungan seperti mony*t.
Gerutu Molly yang masih stay di tempat duduknya bersama dengan Shally dan Rose.
“Molly kamu mau masuk organisasi apa?” tanya Rose dan Shally serentak.
Eh.. hal itu sontak membuat tawa Molly peceh seketika.
“Hahaha.. kalian kenapa kompak sekali? Oh iya kalian sudah saling kenal juga kan? Gimana sekarang kita bertiga berteman.” Ajak Molly bersemangat.
Shally mengangguk semangat, sementara Rose yang jutek hanya mengangguk kecil seperti orang terpaksa saja.
“Haha.. ok sekarang kita jadi 3 serangkai ya..” Molly mendekap 2 orang itu kepelukannya.
“Siapa yang bernama Molly di sini?” tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya. Sehingga Molly yang tadi terlihat gembira, langsung berhenti dan menatap bingung orang yang berada di depannya itu.
“Sa-saya.” Jawab Molly sedikit terbata-bata.
“Ini ada surat untuk kamu.” sambil menyerahkan secarik kertas yang di gulung rapi di lengkapi dengan pita berwarna pink muda.
Molly semakin bingung. Dia mengambilnya dengan sedikit ragu-ragu.
“Dari siapa?” tanyanya bingung dan polos. Tapi wanita itu langsung pergi ketika Molly sudah mengambilnya.
“Eh.. kenapa pergi?” teriak Molly.
“Cie cie.. hari kedua sudah dapat sura cinta saja.” Goda Shally.
Surat cinta? Aku tidak merasa begitu. Aku malah merasa ini surat eksekusi.
Molly memandangi surat di tangannya dengan perasaan tak karuan hingga dia menggigit bibirnya.
Deg deg,deg! jantungnyapun berdebar tidak menentu.
Bersambung...