OL (06)

1140 Words
“ Aaaa.. Kenzo sialan.” Brack! Molly menutup lokernya dengan keras. Sehingga beberapa orang yang ada di dalam kelas melirik padanya dengan heran. Tapi Molly tidak menyadari itu. Dia terus berekspresi sesuka hatinya mengangkat kedua tangannya seolah ingin mencekik seseorang. Namun sesaat kemudian dia mengusap tengkuknya. Eh.. kenapa tiba-tiba merasakan aura dingin? Molly langsung melihat ke sekitar, semua mata tertuju padanya menatapnya dengan aneh, dan sebagian ada juga yang berbisik. “Kenapa dia?” “Hehe..” Molly cengingisan dan langsung berjalan pelan menuju bangkunya. Sial.. kenapa menatapku begitu? apa aku terlalu aneh? “Siapa dia? Kemaren aku tidak melihatnya?” orang-orang kembali berbisik. Mendengar desas-desus itu Molly menahan tawa. Dia duduk di kursinya dengan senyum-senyum. Oouw.. jadi mereka tidak mengenalku? Haruskah aku memperkenalkan diri kembali? haha.. kenapa mereka lucu sekali. Hey.. aku adalah orang jelek yang kalian tatap sinis dari kemaren. Heh.. apa kalian terpesona dengan penampilanku sekarang? Wajahnya berubah ekspresi menjadi dingin. Dia tak memperdulikasn bisik-bisikan teman sekelasnya. Molly menopang dagu dengan kedua tangannya. Melihat keluar jendela yang menyajikan pemandangan lapangan, serta bangunan lainnya yang indah. Lapangan yang luas, begitu banyak pohon rindang dan di setiap pohon ada bangku untuk bersantai. Lay out sekolahnya sangat menarik dan juga strategis. Angin pagi yang berhembus manja serasa menyejukkan ketika menyentuh kulit. Di luar sana terlihat sudah begitu banyak para siswa/siswai berkeliaran. Sekolah yang indah. Molly tersenyum, lalu tangannya meraih kembali buku yang berisi draf kegiatan OSPEK. Tapi belum sempat dia mengalihkan pandangannya dia melihat JB yng berjalan sendirian. Dalam seketika mata Molly sedikit membesar, kemudian menyipit untuk memastikan apakah itu benar-benar JB? Kemuadian Molly tersenyum karena mengingat bagaimana hangatnya JB kemaren ketika memberi sarung tangan padanya. Dari penampilan dan ekspresinya yang dingin itu, Molly masih tidak menyangka jika JB cukup perhatian meskipun dengan cara yang judes. Hah.. apa yang aku fikirkan? ujar hatinya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia langsung membaca draf kegiatan untuk hari ini. 5 menit telah berlalu. Molly menutup bukunya, lalu dia melihat jam tangannya. Masih ada 5 menit lagi, tapi kemana perginya Shally? Apa dia masih belum datang? Molly melihat ke sekitar ruangan. semuanya sibuk berbincang. Dia juga tidak menemukan JB, maupun Mimo di sana. Kenapa JB juga belum sampai? Apa dia siput, lelet sekali jalannya. “Tes.. yak. Selamat pagi semuanya.” Suara dari speaker kelas. “Informasi khusus bagi siswa/siswi baru Royal High School. Berdasarkan draf kegiatan hari ini, maka di harapkan semuanya untuk segera menuju aula perkumpulan, agar acara dapat kita mulai tepat waktu. Terimakasih semuanya, aku akan menunggu kedatangan kalian. tut..” Acaranya sudah mau di mulai, tapi kenapa Shally belum datang juga. Molly terlihat gelisah sambil mengigit bibirnya. Padahal orang-orang di kelas sudah mulai keluar menuju aula. “Hey.. apa kau tidak akan pergi?” tanya seorang perempuan yang sudah berada di depan pintu. “Aku mau menunggu Shally dulu.” “Jangan memberatkan dirimu karena orang lain. Kamu Molly yang di hukum kemarenkan?” “Ah iya, iya. Syukurlah kamu mengenalku.” Dia merasa senang akhirnya ada yang mengenalnya. “Heh, ini bukan hal yang sulit. Wajah jelekmu tetap saja tak berubah meskipun penampilanmu berubah.” Jleb! Molly menelan ludah. A-apa? jelek? Haha.. Molly menahan kesal, tapi dia tetap tersenyum dengan cerah. “Ayo kita pergi bersama! apa kau mau di hukum lagi?” “Tapi Shally…” “Tidak usah pikirkan! siapa tahu dia sudah di aula sekarang.” “Iya, kamu benar juga.” JB dan Mimo juga tidak kelihatan. Mungkin mereka langsung pergi ke aula karena sudah mengetahui tentang ini dari awal. Molly kemudian pergi bersama wanita yang super ketus itu. “Oh iya siapa namamu? Maaf ingatanku tidak begitu baik.” “Aku maklum saja. wajah jelek, otak juga lemot. Humm.. sungguh kasihan.” Ei.. yaakk apa dia tidak bisa basa-basi sedikit? Kenapa langsung menghinaku. “Haha.. apa kau marah?” tanya wanita itu karena melihat ekspresi Molly yang kesal. Molly hanya diam dengan wajah merajuknya. “Namaku Rose” tutur Rose sambil mengulurkan tangan dan tersenyum lembut. “Kamu bisa tersenyum ramah juga ya.” Molly meraih tangan rose dengan senyum yang hangat. “Mulai sekarang kita berteman ya..” “Haha.. ok.” Mereka berbincang hangat selama perjalanan menuju aula acara. Meskipun awalnya Rose menyebalkan, tapi dia ternyata cukup humoris juga. Gelak tawa menghiasi percakapan mereka. Mereka bisa akrab dengan waktu yang singkat. *** Di Aula Acara. Semua orang yang datang sudah mengambil posisi. Molly dan Rose duduk bersebelahan. Dan tak lupa Molly mengambilkan tempat duduk untuk Shally, karena dia belum juga melihat Shally di sana. Padahal duduk di atur berdasarkan kelas masing-masing. Jadi tidak mungkinkan Shally duduk dengan kelas lain. Molly menaruh tasnya di kursi sebelahnya agar orang lain tidak bisa langsung duduk. Molly meminta maaf pada setiap orang yang hendak dudukdi sana. Tak jarang juga orang-orang menjawabnya ketus karena hal itu. Tapi Molly dengan sabar tetap tersenyum. “Kenapa kau melakukan ini? kau sudah di marahi puluhan orang karena kursi itu.” Rose tidak senang dengan sikap Molly yang terlalu baik menurutnya. “Tidak apa-apa. Kasalihan Shally jika duduk jauh di belakang.” “Aishh.. terserah kamulah.” Sambil menggelengkan kepalanya. Molly terus melihat ke sana ke mari, ke depan belakang. Dia ingin memastikan jika Shally datang dia bisa langsung memanggil Shally untuk duduk didekatnya. “Hey.. Shally.” Panggilnnya sambil melambaikan tangan saat melihat Shally yang ternyata sudah berjalan ke arahnya bersama dengan 2 orang perempuan lainnya. “ Ya..” jawab Shally dengan senyum sangat sopan. Sepertinya dia tidak mengenal bahwa itu adalah Molly. Eh… Molly merasa heran, hingga dia memiringkan kepalanya. Sementara Shally melewatinya begitu saja. Eh, tadi perasaan aku mendengar suara. Molly. Shally berhenti sambil clingak-cliguk. “Maaf mau tanya. Kamu ada lihat Molly tidak?” tanya Shally pada Molly yang masih berdiri membatu. Apa? bahkan Shally tidak mengenalku? Haha.. kenapa rasanya sakit. Molly langsung merengek seperti anak kecil, “Huhu.. kamu menanyai Molly padaku?” lanjut dengan rengekannya. Sehingga beberapa orang sekitar melihat ke arahnya. Sementara Rose sudah menahan tawa melihat tontonan gratis ini. Orang yang Molly anggap dekat, tapi malah tidak mengenalnya sama sekali. “Eh kamu kenapa? “ sambil mengusap bahu Molly dengan penuh rasa bersalah. “Shally ini aku Molly.” Sambil mengusap matanya. “Haah.. Molly?” Shally terlihat sangat terkejut serta teman sekelasnyapun juga terkejut, hingga mereka berbisik-bisik. Ya Tuhan.. dia tidak seburuk yang ku kira setelah merubah penampilannya. Shally menatap penampilan Molly dari atas hingga ke bawah berulang kali. Dia juga cantik dan modis. Apakah…? Argh.. apa yang aku fikirkan. “Hey.. kelas 10A, ada apa ribut-ribut?’ tanya seorang senior diatas panggung dengan menggunakan microfon. Sontak semua perhatian tertuju pada sumber suara, lalu berakhir pada Molly dan Shally yang masih berdiri. Sementara semua orang sudah duduk. Shally dan Molly melihat ke arah sumber suara dengan tatapan yang sangat terkejut. Bersambung… Ayo.. kira-kira siapakah senior yang di panggung itu???
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD